Chapter 18

28 5 0
                                    


"Anna."

Bu Tati duduk di samping Anna yang sedang menangis sambil merangkulnya. "Kamu kenapa belum pulang?" tanya Bu Tati.

"Eh, Ibu." Anna menghapus air matanya yang mengalir deras dengan kedua tangannya. "Nanti saya pulang kok, Bu."

"Kamu kenapa nangis di sini? Ini ada orang tua Rendy dan adiknya." Bu Tati memperkenalkan keluarga Rendy.

"Nggak apa-apa kok, Bu." Anna berdiri lalu mencium tangan kedua orang tua Rendy. "Bu, Pak. Saya Anna. Temannya Rendy."

"Terima kasih banyak ya, Anna. Bu Tati cerita tadi. Kamu yang nolong Rendy ya?" tanya Mama Rendy.

"Iya, Bu." jawab Anna singkat.

"Kamu udah bilang ke orang tua kamu belum kalau kamu di sini?" tanya Papa Rendy.

Anna menggelengkan kepalanya. "Gak sempat, Pak. Saya panik duluan."

"Ya udah nanti biar kita antar kamu pulang. Biar Tasya yang temani Rendy disini." ujar Mama.

Bu Tati dan keluarga Rendy masuk ke dalam ruangan dimana Rendy terbaring lemah dengan perban di kepala dan tubuhnya. Anna hanya melihat Rendy dari balik pintu yang terbuka hingga pintu itu tertutup kembali. Dia lebih memilih menunggu di luar daripada dekat dengan Rendy. Anna masih sakit hati karena kata-kata yang keluar dari mulut Rendy.

"Hai, Ma!" dengan entengnya Rendy menyapa Mama seraya melambaikan tangannya.

"Kamu ini. Masih bisa senyum-senyum lagi." ujar Mama.

"Kamu gak apa-apa?" tanya Papa.

"Nggak, Pa. Aku masih hidup kok nih. Luka kecil aja sih." jawab Rendy.

Keluarga Rendy bersama Bu Tati mengobrol dan sedikit memberikan info kronologi yang terjadi. Sepertinya keluarga dari Rendy paham dan memang tidak ada salah yang diperbuat oleh Rendy. Justru, Bu Tati ingin memberikan sanksi tegas kepada mereka yang tega membuat Rendy tergolek lemah di atas ranjang rumah sakit.

"Eh, Ma. Anna masih di luar gak? Kasihan dia." ujar Papa.

"Anna masih di luar, Pa?" tanya Rendy.

"Iya tadi Papa sama Mama ketemu Anna." jawab Papa.

"Ya udah, Papa sama Mama mau antar Anna pulang dulu. Kamu sama Tasya dulu ya." Mama berjalan keluar ruangan.

"Ibu pulang juga ya, Ren. Cepat sembuh ya." Bu Tati pamit.

"Iya, Bu."

Mama dan Papa serta Bu Tati sudah keluar dari kamar. Hanya ada Rendy dan Tasya di sana. "Kak, yang di depan itu pacar kakak?" tanya Tasya.

"Bukan. Ngaco kamu, dek." jawab Rendy.

"Bohong! Cantik gitu, Kak. Ngaku aja deh."

"Cantik dari mana coba. Ngantuk kali kamu." Rendy mengelak.

"Kak Anna tuh cantik, Kak. Berhijab lagi. Aku aja sampai ngiri ngeliatnya. Jadi kepengen berhijab juga gitu." ujar Tasya.

"Terserahlah!" Rendy merubah posisinya memunggungi Tasya.

****

Rendy terbangun dari tidurnya. Getaran dari telepon genggam miliknya berhasil membangunkan Rendy dari mimpinya. Rendy segera mengambil telepon genggamnya dan membaca sebuah pesan yang baru saja masuk.

"08573149889. Itu nomor Fara." received from 'Mak Lampir'.

"Anna, lo masih marah?" sent.

"Udah, gak usah pikirin gue. Gak usah deket-deket gue lagi. Gue gak mau lo kena sial, Ren." received.

"Jujur, Na. Gue ngerasa beda pas liat lo nangis depan gue. Lo marah depan gue." sent.

"Gue gak apa-apa. Udah sana cepetan hubungin Fara." received.

"Kak." Tasya terbangun dari tidurnya yang saat itu sedang tidur di samping Rendy.

"Kalau masih ngantuk tidur aja, dek." Rendy masih menggenggam handphone miliknya.

"Jam berapa nih?" tanya Tasya.

"Setengah sepuluh."

"Mama sama Papa mana? Aku ngantuk mau pulang." ujar Tasya.

"Tunggu aja, Nanti juga dateng."

Rendy memejamkan matanya. Merenung apa yang dia perbuat dengan Anna. Rendy merasa sangat bersalah. Baru kali ini dia membuat perempuan menangis. Rendy yakin, Anna menahan rasa sakit hati yang amat sangat. Bayang-bayang Anna masih berputar dalam pikiran Rendy. Rendy membayangkan sedang apa Anna saat ini. Pasti dia masih menangis karena kejadian tadi. Rendy sadar bahwa dia telah menyakiti hati perempuan yang sudah rela mengorbankan dirinya demi menyelamatkan nyawa Rendy.

"Fara, udah tidur belum?" sent.

Beberapa menit kemudian, balasan pesan masuk. "Belum, ini siapa?" received from Fara.

"Ini Rendy. Maaf ganggu." sent.

"Ya ampun, Rendy. Gue denger lo dikeroyok sama kakak kelas." received.

"Iya bener. Tadi siang gue berantem emang sama mereka." sent.

"Besok gue ke sana, ya. Kasih tau aja nanti lo ada di ruangan mana." received.

"Iya, Fara. Besok gue kasih tau. Lo tidur aja. Gue belom bisa tidur." sent.

"Iya, pasti lo gak bisa tidur karena nahan sakit. Cepet sembuh ya, Ren." received.

Memang benar, Rendy tidak bisa tidur karena menahan rasa sakit. Bukan rasa sakit yang ada di kepalanya, melainkan rasa sakit yang ada di hatinya karena memperlakukan Anna dengan tidak semestinya. Yang ada di pikirannya hanya Anna. Bahkan, Rendy se akan tidak peduli lagi dengan ambisinya untuk mendekati Fara.

Tak lama kemudian, orang tua Rendy datang. Mereka menjemput Tasya yang sudah terlihat lelah menjaga Rendy. Mama dan Papa beserta Tasya berpamitan untuk pulang. Awalnya, Mama ingin menjaga Rendy malam ini. Tapi, Rendy menolak dan meminta Mama untuk istirahat di rumah. Rendy hanya ingin sendirian malam ini. Setelah semua pergi, Rendy kembali merenung memejamkan matanya.

"Kak Anna tuh cantik, Kak."

"Iya. Kamu benar, dek. Anna cantik, kalau dia sedang kesal dan marah sama aku. Bukan menangis." pikir Rendy.

Burung Kertas Merah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang