Mentari melangkahkan kakinya dengan semangat. Seakan baru saja menang undian berhadiah, Mentari bersinar begitu terang. Hingga mereka yang lewat disampingnya terpaku melihat senyum manis Mentari.
"Halo, Guys. Tebak gue abis dari mana!" ucap Mentari begitu ia duduk dibangkunya, sambil tersenyum ke arah sahabat-sahabatnya. Ada Laily, Ify, dan Delia yang merupakan sahabatnya sejak masuk SMP.
Laily, cewek berambut pirang yang duduk di sebelah Mentari memutar bola mata, malas. "Paling juga dari perpus. Terus di kasih coklat sama Pak Deno."
"Ya kali gue seseneng ini cuma gara-gara coklatnya Pak Deno. Ayo dong tebak, gue tadi abis ketemu siapa!"
"Lo ngeliat Rian ya? Dimana? Dia pasti abis dari gym sekolah kan?." kali ini Ify yang bersuara, cewek tomboy itu menatap Mentari dengan semangat. Ify menyukai Rian, yang notabenenya adalah ketua ekskul karate. Menurut Ify, Rian itu cowok banget. Sebelas dua belas sama Rangganya AADC, entah apa hubungannya.
"Bukan lah! Masa iya gue seneng gara-gara ketemu doinya temen sendiri. Lo pikir gue temen makan temen."
"GUE TAU!" Delia menggebrak meja saking semangatnya. Ia menatap Mentari dengan seringaian di wajahnya.
"Eh Bapak gue loncat. Bapa gue loncat!" ujar Laily latah. Ia menepak tangan Delia. "Lo kalo ngomong nyantai dikit kek."
"Tau njir, bikin malu aja lo." tambah Ify.
"Emang siapa, Del? Jangan sampe jawaban lo asal teriak. Kalo sampe lo asal teriak, gue jejelin capung se-ember!" ujar Mentari.
Delia nyengir, "Seriusan. Gue tahu. Lo pasti abis ketemu Kak Angkasa, kan?"
"Anjir seriusan?"
"Njir yang bener, Tar?"
Mentari tersenyum penuh arti kepada teman-temannya. "Menurut lo?"
Ify berdecak, "Anjir ngapain lo ketemu selingkuhan gue!"
"Pala lo peyang selingkuhan! Pacar aja gak punya lo!" ujar Laily sambil menoyor kepala Ify. "Kak Angkasa tuh calon imam gue, jadi jangan ngaku-ngaku deh lo."
"Idih najis, halu." cibir Laily.
"Btw lo tau darimana, Del kalo gue ketemu Kak Angkasa?" Mentari menatap Delia penuh tanya, begitupun dengan temannya yang lain. Mereka kompak meminta penjelasan pada Delia.
"Hehe, tau lah. Orang Kak Angkasanya ada dibelakang lo sekarang." ujar Delia sambil nyengir, matanya melirik kearah sosok yang berdiri dibelakang Mentari, Ify dan Laily.
Demi semua ubur-ubur yang ada di bikini buttom. Tolong selamatkan jiwa-jiwa yang suci ini.
Baik Mentari, Ify maupun Laily seketika langsung berubah menjadi pucat pasi. Terlebih Ify dan Laily. Mereka berdua langsung kabur tanpa melihat kebelakang. Enggan melihat Angkasa yang sudah pasti mendengarkan ucapan absurd mereka.
"Hai, Mentari."
Mampus. Umpat Mentari dalam hati. Mentari membalikkan badannya, menatap cowok jangkung yang kini berdiri diseberang mejanya. "Eh, Kak Angkasa. Ada apa ya, Kak?" ujar Mentari kikuk.
"Gue cuma mau nyampein pesannya Bu Velma, dia minta lo sama gue buat ke ruangannya nanti, abis istirahat."
Mentari mendesah pasrah, wajahnya tertekuk. Moodnya benar-benar turun drastis begitu mendengar ucapan Angkasa. "Pasti gara-gara yang tadi pagi ya, Kak? Bu Velma pasti marah sama gue."
Angkasa tertawa pelan. "Tampang lo udah kayak orang mau disidang aja. Santai kali. Bu Velma cuma mau minta tolong kok, gue jamin seratus persen dia gak bakalan hukum kita."
Mentari tersenyum, pipinya memerah malu. Kata 'kita' yang tadi diucapkan Angkasa membuat Mentari senang bukan main. Andaikan aja kata kita nya berbeda arti, eh?
"Bener ya, Kak? Awas aja kalo sampe dihukum." ujar Mentari pura-pura tidak percaya. Ia sendiri bingung kenapa ia bisa bersikap seperti ini pada orang yang baru dikenalnya. Biasanya Mentari sulit berbicara santai dengan lawan jenis, kecuali Ayah dan Abangnya.
"Lo boleh peluk gue lagi kalo gue bohong." Angkasa tersenyum meledek.
"Ih, Kak Angkasa! Jangan bahas yang itu kek!" ujar Mentari sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Pipinya merona kala mengingat kejadian tapi pagi, dimana dengan cerobohnya ia terjatuh kemudian memeluk Angkasa. Rasanya ia ingin mengubur wajahnya di pasir saking malunya.
"Yaudah gue balik ke kelas dulu ya. Jangan lupa ke ruangan Bu Velma abis istirahat."
"Oke siap, Kak." Mentari mengacungkan ibu jari tangannya.
Angkasa tersenyum hingga membuat beberapa cewek yang sedang memperhatikan mereka berdua berteriak histeris. "Yaudah, kalo gitu gue balik ke kelas dulu ya."
Mentari menutup wajahnya begitu Angkasa sudah keluar dari kelasnya. Rasanya seperti mimpi. Seorang Angkasa mendatangi kelas Mentari hanya karena hal sepele. Demi semua ubur-ubur yang ada di bikini buttom, Mentari ingin menjerit sekarang. Mimpi apa ia semalam, bisa bertemu dengan Angkasa dan diajak ngobrol seperti tadi?
"Lo ada apaan njir sama Kak Angkasa. Kok dia bisa nyamperin lo gitu sih?"
"Tadi masa kata Kak Angkasa, Mentari meluk Kak Angkasa!" ujar Delia yang sedaritadi memang mendengarkan percakapan Mentari dan Angkasa.
Laily menatap Mentari tak percaya, "Anjir seriusan? Lo meluk Kak Angkasa?"
"Najis, Mentari kebiasaan meluk orangnya bisa banget. Bilang aja sekalian modus lo, Tar!"
Mentari makin dalam menundukan wajahnya. Ia malu. Sungguh. Mentari malu tapi suka, hehe.
"Ceritain selengkap-lengkapnya titik."
"Nah bener tuh!"
"Ayo dong Mentari, ceritain..." ujar Delia sambil menguncang tangan Mentari.
"Gak ada apa-apa kok, gue cuma gak sengaja ketemu aja."
Ify mendengus. "Alah, sok malu-malu kambing lo. Buruan cerita. Gue penasaran ini."
"Tau nih. Biasanya juga lo cerita-cerita kalo deket sama cowok." Laily ikut menimpali.
"Sekalian ceritain gimana rasanya meluk Kak Angkasa!" ujar Delia semangat empat lima.
"Ceritain, cepetan..."
"Gak mau. Gue gak ada apa-apa sama Kak Angkasa, Anjir."
"Gc cerita, kalo enggak gue gak bakalan ajak lo ke partynya Adit."
Akhirnya dengan penuh keterpaksaan, dan penuh ketidakrelaan, Mentari menceritakan semuanya. Semuanya. Dari awal ia bertemu Angkasa sampai ia berbicara dengan Angkasa, tadi. Saat menceritakan Angkasa, Mentari tak henti-hentinya tersenyum bahagia, membuat cowok-cowok yang tadinya sedang bermain mobile legend ikut bergabung bersama Ify, Laily dan juga Delia mendengarkan Mentari yang bercerita, namun pada kenyataannya cowo-cowo itu hanya ingin melihat senyum Mentari yang secerah namanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possesive Badboy
Teen FictionHighest Rank : #5 in Fiksi Remaja #17 in Remaja #27 in Teen Fiction "Maksud lo apa, Lang?" "Gak maksud apa-apa." "Terus kenapa lo bilang ke Arga kalo gue pacar lo?" Mentari terlihat kesal. Namun Langit malah bersikap biasa saja. "Oh, itu.. Em...