[12] Kehilangan Respect

41.1K 2.7K 4
                                    

  Holaa aku update lagi:)))
Jangan lupa vote&comment ya guys! Happy Reading:))
Selamat UNBK bagi yang kelas 12💪💪💪💪💪

Jangan lupa untuk masukin cerita ini di library kalian ya;) soalnya cerita ini akan update terus mulai besok:))

•••••••

"Tar, ngomong kek jangan diem terus. Gue berasa ngomong sama tembok kalo kayak gini." ucap Delia sambil menatap Mentari lesu.

Mentari memandang lesu handphonenya. Tanpa ada niat berbicara sedikit pun. Di ceknya aplikasi WhatsApp berharap ada sebuah pesan dari Langit, tapi nihil. Cowok itu belum juga menghubunginya sejak pertengkaran mereka kemarin.

  "Lo gak mau cerita? Kalo ada masalah cerita aja sama kita, biasanya juga lo kan selalu cerita-cerita." Ify ikut bersuara. Ia sedikit prihatin dengan Mentari yang sejak awal masuk sekolah hanya diam, enggan untuk berbicara dengan siapa pun.

  "Oh iya, Tar. Kak Angkasa tadi bilang ke gue, lo disuruh ke ruang Osis pas istirahat pertama." Laily ikut menimpali.

Lagi-lagi ucapan mereka bagai angin lalu. Mentari masih sama diam sambil memandangi handphonenya.

  "Capek gue njir! Kalo kayak gini mending gue nanya ke Langit daripada nanya ke lo tapi gak di respon sama sekali."

Mendengar nama Langit disebut, Mentari buru-buru menoleh. Menahan Ify yang hendak pergi menemui Langit.

  "Jangan ke Langit... Gue cuma lagi males ngomong. Please, gak usah ganggu Langit, dia lagi marah sama gue nanti yang ada lo semua kena omelannya dia." ujar Mentari memelas. Ia cukup tahu bagaimana sifat Langit. Saat marah, Langit paling tidak suka diganggu, apalagi sama orang yang tidak begitu dekat dengannya.

  "Nah makanya cerita! Jangan bikin gue naik darah terus deh, Tar!"

  "Iya iya.."

Mentari baru saja akan membuka mulutnya untuk bercerita namun teriakan Dito membuatnya terhenti.

  "Mentari! Ada titipan nih dari ayang beb!" Dito berteriak nyaring hingga seluruh kelas langsung tertuju padanya.

  "Dit, bacot lo itu gak bisa di kecilin dikit ya? Mau gue bogem lo?" ujar Ify galak. Ia melotot ke arah Dito.

  "Ye, biasa aja kali. Orang gue ngomong sama Mentari, bukan sama lo." balas Dito sambil berjalan menghampiri Mentari.

  "Dari siapa, Dit?"

  "Dari ayang beb lo. Si Langit. Katanya disuruh makan, abisin juga ya, Tar. Kalo gak lo abisin nanti gue yang kena."

Mentari terdiam memandangi kantong plastik yang di bawa Dito. Ada sedikit rasa senang mengetahui Langit masih peduli padanya.

  "Iya, makasih, ya Dit."

Mentari menerima kantong plastik itu, kemudian membuka isinya. Seperti biasa, ada air mineral, roti dan siomay kesukaan Mentari.

To Langit
Makasih untuk makanannya. Lo jangan lupa makan juga ya, Lang.

Mentari tersenyum simpul. Rasanya dirinya lebih baik sekarang. Mungkinkah ia sudah jatuh cinta pada Langit? Entahlah Mentari masih bingung dengan perasaannya sendiri. Di satu sisi ia tidak ingin Langit menjauh, tapi disisi lain, ia masih menyukai Angkasa.

My Possesive BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang