Mentari masih terpaku melihat langit Berlin yang begitu indah. Setelah menempuh perjalanan yang cukup membuatnya lelah, akhirnya ia dan Arga sampai disebuah rumah yang begitu luas dan asri. Rumah yang cukup besar dengan warna cat jingga. Ada sebuah taman bermain kecil dengan kolam air mancur yang indah dipandang.
"Ga, ini rumah siapa?" Tanya Mentari begitu mobil yang mereka naikin memasuki halaman rumah itu.
"Ini rumah Oppa. Cuma, semenjak Oppa stay di Jakarta, rumah ini dijaga sama Bi Nerlie salah satu orang kepercayaan Oppa yang kebetulan anaknya kuliah disini juga."
"Terus Langit tinggal disini juga?" Mentari kini mengalihkan pandangannya ke arah Arga yang sedang memainkan ponselnya.
Arga yang sedari tadi sedang sibuk dengan ponselnya, akhirnya terdiam begitu mendengar pertanyaan Mentari.
Mampus. Kenapa juga gue bisa sampe lupa. Gimana jadinya kalo Mentari tau semuanya.
Arga terdiam. Sementara itu Mentari jadi semakin curiga. Pasti ada hal yang disembunyikan oleh Arga.
"Lo gak lagi nyembunyiin sesuatu dari gue kan, Ga?"
"Ehm.. engga kok. Mendingan kita masuk dulu aja ya, biar Lo cepet istirahat." Ujar Arga sambil membuka pintu mobil.
Mentari jadi semakin yakin kalau ada yang disembunyikan oleh Arga. Apalagi melihat gelagat Arga tadi, sepertinya memang benar Arga tengah menyembunyikan sesuatu darinya.
"Ga, Langit dimana ya? Kok dia gak jemput gue sih?" Tanya Mentari begitu ia dan Arga memasuki rumah tersebut.
Mentari mengamati sekeliling rumah itu. Didalam rumah cat nya didominasi warna putih gading dan juga gold. Mentari terpana dengan arsitektur rumah ini yang mirip dengan bangunan-bangunan yang ada di Italia. Seperti bangunan yang mempunyai nilai sejarah yang tinggi.
"Langit masih meeting sama klien dari Jepang, makanya dia gak bisa jemput lo." Ujar Arga sambil merebahkan dirinya di sofa berwarna abu-abu yang ada di tengah ruangan.
"Kita nyamperin Langit yuk? Gue udah gak sabar mau ketemu Langit."
Arga buru-buru menoleh. "Gak. Pokoknya kita disini dulu sampe Langit dateng. Lagian gue juga gak tau dimana tempat meetingnya."
"Emang gak dikantor?" Tanya Mentari.
Arga menggeleng. "Klien dari Jepang minta tempat khusus buat meeting. Dia maunya makan masakan Jepang juga. Dan dekorasinya kayak negara mereka."
"Ribet juga ya," ujar Mentari sambil ikut duduk di sofa yang berada didepan Arga. Ia merebahkan kepalanya ke sofa sambil memainkan hpnya. Tidak ada satupun pesan dari Langit dan itu membuatnya sangat kesal.
Biasanya Langit bakalan menghubunginya minimal tiga kali sehari. Tapi sampai saat ini belum ada satupun pesan dari Langit. Bahkan ucapan selamat ulang tahun pun tidak diberikan Langit kepadanya.
Mentari jadi takut Langit sudah melupakannya atau jangan-jangan Langit sudah dapat pengganti Mentari disini. Mentari tidak akan tinggal diam jika itu benar terjadi. Awas saja.
"Lo laper gak, Tar?" Tanya Arga sambil memainkan ponselnya.
"Lumayan," sahut Mentari. Ia sendiri lupa kapan terakhir kalinya ia makan. Seingatnya, ia hanya makan sandwich saat dipesawat.
"Cari makan yuk, gue laper banget nih."
Mentari menggeleng. " gak mau ah, gue nunggu Langit aja."
"Terus kalo Langit baliknya pagi, lo bakalan tetep nungguin dia gitu?" Tanya Arga sedikit kesal. Kebiasaan Mentari jika moodnya sudah buruk maka akan sulit makan sudah menjadi hal yang lumrah bagi Arga.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possesive Badboy
Teen FictionHighest Rank : #5 in Fiksi Remaja #17 in Remaja #27 in Teen Fiction "Maksud lo apa, Lang?" "Gak maksud apa-apa." "Terus kenapa lo bilang ke Arga kalo gue pacar lo?" Mentari terlihat kesal. Namun Langit malah bersikap biasa saja. "Oh, itu.. Em...