Mentari hanya diam sepanjang perjalanan. Ia tidak juga membuka suara sejak Langit memaksanya pulang setelah menghancurkan latihannya tadi. Ia masih ingat bagaimana tampang Langit waktu memaksanya pulang. Nyebelin!
Kesel. Kesel. Kesel. Dasar Langit setan. Mentari mendumel dalam hati. Serius deh, Langit itu keterlaluan. Mentari itu butuh latihan extra hari ini. Besok ia harus bagaimana saat tampil? Bahkan tadi tidak bisa di sebut latihan. Banyangin aja, lima jam latihan tapi lebih banyak digangguinnya daripada latihannya. Dan terimakasih kepada Langit Putra Dirgantara karena sudah menggangu Mentari.
Dikira membagi nada itu gampang kali ya! Mentari masih saja mendumel meski Langit sedaritadi mengajaknya berbicara.
"Udah kali ngambeknya," Langit memarkirkan motornya. Sementara itu Mentari turun dari motor dan melepas helmnya
"Tadi nyuruh cepet pulang, tapi kok malah bawa gue kesini." sindir Mentari, ia memutar bola mata malas. Tau gini, mendingan tadi ia tetep di studio, latihan bareng Angkasa deh.
"Mau makan lah, emang mau ngapain lagi ke sini kalo bukan mau makan?"
"Bodo amat." sahut Mentari yang sudah terlanjur kesal.
Saat ini Mentari dan Langit sedang berada di salah satu tempat nongkrong yang cukup terkenal di Jakarta, tepatnya di daerah Jakarta selatan, namanya Kemang Food Festival. Tempat nongkrong yang sangat ramai dipadati oleh remaja-remaja, apalagi pada jam-jam malam seperti ini.
Langit terkekeh, ia mengacak rambut Mentari. "Lo makin cantik deh kalo ngambek gini,"
"Gak denger."
"Makan dulu ya, nanti baru jalan-jalan." Langit tersenyum ke arah Mentari, tangannya menarik tangan Mentari, kemudian di genggamnya tangan Mentari sambil menariknya masuk.
Mentari dan Langit berjalan melewati stand-stand penjual makanan yang cukup beragam. Kalau saja Mentari sedang tidak dalam mode ngambeknya, ia pasti akan dengan senang hati menarik Langit untuk mencicipi semua makanan yang ada di sini. Ini namanya surga makanan. Mentari mana kuat kalo liat makanan enak seperti ini. Perlu kalian ketahui kalau Mentari itu seorang foodie.
"Mau makan apa?" Langit melihat Mentari yang sedari tadi terlihat tidak bersemangat.
"Terserah."
"Ngambeknya di pending dulu dong, nanti kalau udah selsai makan, baru deh lanjutin lagi ngambeknya,"
"Males."
"Udahan dong ngambeknya." Langit mencolek dagu Mentari. Membuat Mentari langsung melotot kesal.
"Apaan sih pegang-pegang!" ujar Mentari sok kesal. Padahal mah dalam hati ia malu. Meskipun hal seperti ini sudah lumrah untuk anak-anak seusianya, tapi kan tetap saja, Mentari merasa gimana gitu kalau sama Langit.
"Maaf ya?" Langit memasang wajah puppy eyesnya. Ia memohon pada Mentari seperti anak kecil.
Mentari sebenarnya ingin tertawa melihat Langit yang seperti ini, tapi big no. Ia kan sedang ngambek, jadi dia tidak boleh terpengaruh oleh tampang sok imutnya Langit. Langit itu licik, jadi Mentari harus main licik juga.
"Gak mau."
"Maafin dong, abis ini janji deh gak bakalan gangguin latihannya lagi."
"Iyalah gak gangguin! Orang acaranya udah besok!" ujar Mentari kesal. Sedangkan Langit malah nyengir tidak berdosa.
"Hehe, yaudah maafin dong kalo gitu.."
"Oke di maafin, tapi ada syaratnya."
"Yah masa pake syarat,"
"Ya udah kalo gak mau, gue mau pulang aja." Mentari hendak berbalik namun tangan Langit menahannya.
"Yaudah yaudah, apa syaratnya?" ujar Langit mengalah. Ia menatap cewek berbaju navy yang berstatus sebagai pacarnya itu.
"Lo harus janji gak bakalan ngelarang gue pergi kemana pun, gimana?"
Langit medelik tidak suka. "Gak ada. Mana bisa kayak gitu. Kalo lo nanti ilang atau di culik, gimana? Lo tau sendiri gue kan gak bisa jauh dari lo."
"Emangnya lo pikir gue anak kecil! Yaudah kalo gak boleh, gue mau balik sekarang juga. Gue tinggal minta jemput Kak Angkasa." ujar Mentari sewot. Ia mengeluarkan handphonenya, hendak menelfon Angkasa.
"Ngapain harus si Angkasa sih? Lo sejak kapan punya kontaknya dia? Kenapa gak bilang? Coba sini liat chatannya, jangan-jangan dia ngechat lo terus kan?"
Kenapa malah dia yang marah sih?! Oke mohon maklumi sikap Langit, dia tuh emang Langit kayak gitu. Lebaynya minta ampun. Makanya Mentari kadang suka kesel sama Langit.
"Kenapa jadi bahas Kak Angkasa sih? Jadi janji atau engga nih?"
"Lo mau kemana emangnya? Minggu depan kan? Gue gak sengaja denger dari Ify kalo lo mau ikut dia, kemana? Sama siapa aja?"
Mentari jadi bingung mau bilang apa. Kalau ia bilang itu partynya Adit, bisa-bisa Langit tidak akan memperbolehkannya datang. Langit pasti tau, party seperti apa yang biasa Adit lakukan, jadi ia tidak mungkin mengizinkan Mentari datang ke party itu.
"Cuma mau kumpul biasa kok, bareng temen-temen yang lain, boleh ya?" kali ini gantian Mentari yang memelas. Ya, mau gimana lagi, ini jalan satu-satunya supaya ia bisa datang ke party itu. Mentari harus menjatuhkan gengsinya di depan Langit untuk itu.
Plis banget, gue kan pengen juga kayak yang lain, ngerasain rasanya party beneran tuh gimana.
Mentari cemberut melihat Langit yang malah memasang wajah dinginnya. Tadi kan Mentari yang ngambek, kenapa sekarang jadi terbalik gini sih?
"Yaudah boleh,"
Asikkkkkk......
Mentari baru saja hendak memeluk Langit tapi langsung urung begitu Langit melanjutkan ucapannya.
"Tapi gue ikut."
Rahang Mentari serasa mau copot. Inilah namanya percuma. Mending gak usah ikut sekalian daripada ngajak Langit.
Dasar Langit nyebelin!
••••••
.
.
.Jangan lupa vote & comment guys!<3 btw gimana sama karakter Langit? Nyebelin kan ya? Hehe... Jadi, Langit or Angkasa?:D
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possesive Badboy
Teen FictionHighest Rank : #5 in Fiksi Remaja #17 in Remaja #27 in Teen Fiction "Maksud lo apa, Lang?" "Gak maksud apa-apa." "Terus kenapa lo bilang ke Arga kalo gue pacar lo?" Mentari terlihat kesal. Namun Langit malah bersikap biasa saja. "Oh, itu.. Em...