Happy reading:))
Jangan lupa vote & comments yaa:))Kamar Mentari kini sudah seperti kapal pecah. Boneka miliknya sudah bertebaran dimana-mana, belum lagi bantal guling, dan sepreinya kini sudah tidak pada tempatnya.
"Pindah ke atas aja deh ya. Lama kelamaan kamar gue bisa ancur kalo kalian pada di sini." Mentari menghela nafas berat melihat kelakuan teman-temannya.
Ify, yang sedaritadi sedang tiduran di kasur Mentari hanya nyengir menampilkan deretan giginya. "Di sini aja deh, Tar. Gue udah pw banget nih."
"Iya, lagian enakan di sini bisa nonton sambil tiduran." Delia ikut menimpali. Ia duduk di karpet depan TV Lcd milik Mentari.
"Kalo mau nonton ke home teater aja deh ya? diruang keluarga gue kan ada. Nanti lo bebas milih film deh." ujar Mentari lelah. Ia merasa kasihan dengan Bi Nani yang nanti akan membereskan kekacauan di kamarnya ini.
"Ogah ah, ada Abang lo sama temen-temennya di sana."
"Temen Abang gue ganteng-ganteng loh. Seriusan gak mau di sana?" bujuk Mentari. Tapi memang benar kok, temennya Fajar itu ganteng-ganteng, udah gitu calon Arsitek lagi.
Ify dan yang lainnya kompak menggeleng.
"Gak mau. Tampilan gue lagi buluk gini, masa mau nongol di depan cogan?" Delia mendengus. Sebenarnya dia mau banget ke ruang keluarganya Mentari, tapi tampilannya sekarang ini lagi gak banget. Lihat saja dirinya, hanya menggunakan kaos hitam kebesaran yang dipadukan dengan hotpants.
"Nah bener tuh. Lo sih, Tar, gak bilang kalo ada temennya Bang Fajar. Tau gitu kan gue dandan yang cantik." Ify ikut menimpali, sedangkan Laily hanya mengganguk setuju.
"Gue juga mana tau kalo temennya Bang Fajar pada kesini kali. Kalo tau juga gue mending keluar rumah, bisa bahaya kalo Langit tau ada Kak Danu disini. Lo tau sendiri gimana keselnya Langit waktu Kak Danu bilang dia suka sama gue pas ada Langit di rumah."
Ucapan Mentari memang benar. Karena pernah pada waktu Langit sedang bertamu ke rumah Mentari, teman-teman Abangnya juga sedang datang ke rumah Mentari, saat teman-teman Fajar melihat Mentari yang mengobrol dengan Langit, mereka langsung megompori Danu yang memang suka dengan Mentari. Alhasil bukannya Danu yang tersulut, melainkan Langit. Cowok itu langsung menghajar Danu.
Mentari masih ingat bagaimana Langit menonjok wajah Danu hingga cowok itu babak belur. Untung saja Fajar melerai, kalau tidak, Mentari yakin Danu bakalan masuk rumah sakit.
"Gue kalo inget itu jadi ngeri sendiri njir. Langit serem banget kalo cemburu udah kaya hulk." Ify menatap Mentari ngeri. Kok bisa-bisanya Mentari pacaran sama cowok kaya Langit yang emosian gitu, padahal Mentari itu kan cantik, pinter, udah gitu kaya, siapa coba yang gak mau pacaran sama dia?
"Iya, emosinya gak ke kontrol banget. Jadi serem gue liatnya." ujar Delia menimpali.
"Lo gak pernah dikasarin kan, Tar?"
Hening. Pertanyaan Laily membuat Delia dan Ify ikut menatap Mentari.
Sementara itu Mentari tidak bisa menahan tawanya. Langitnya tidak mungkin seperti itu.
"Hahaha..."
"Kok lo ketawa sih? Langit gak pernah main tangan kan?" tanya Delia penasaran.
Mentari menghentikan tawanya. Dilihatnya teman-temannya dengan pandangan geli. "Ya enggak lah. Mana berani dia pukul gue. Ada juga terbalik, gue yang suka nyubit dia kalo kesel."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possesive Badboy
Teen FictionHighest Rank : #5 in Fiksi Remaja #17 in Remaja #27 in Teen Fiction "Maksud lo apa, Lang?" "Gak maksud apa-apa." "Terus kenapa lo bilang ke Arga kalo gue pacar lo?" Mentari terlihat kesal. Namun Langit malah bersikap biasa saja. "Oh, itu.. Em...