"Maksud lo apa, Lang?" tanya Mentari mulai kesal. Bagaimana ia tidak kesal, mengingat kejadian lima belas menit yang lalu. Sebuah drama yang di buat oleh sosok menjengkelkan di depannya ini.
Di tengah kantin. Dilihat seluruh murid SMA Galaxy. Langit memberitahukan hal yang sangat luar biasa.
"Gak maksud apa-apa."
"Terus kenapa lo bilang ke Arga kalo gue pacar lo?" Mentari terlihat kesal. Namun Langit malah bersikap biasa saja, seolah tidak ada yang salah dengan kelakuannya.
"Oh, itu.. Emang bener kan? Lo sendiri yang kasih gue kesempatan buat bikin lo jatuh cinta. Berarti secara gak langsung, lo jadi cewek gue." jawab Langit santai. Ia menyender pada pilar perpustakaan.
Saat ini, Langit dan Mentari sedang berada di perpustakaan yang kebetulan sedang sepi. Hanya terlihat beberapa siswi yang sedang membaca buku. Lima belas menit yang lalu, Mentari menarik Langit dari kantin dan membawanya menuju kesini. Sebab, hanya perpustakaan yang menyediakan privasi yang cukup untuk dirinya dan Langit.
"Gue cuma ngasih lo kesempatan, Langit. Bukannya nerima lo jadi pacar gue." sungut Mentari. Ia menatap Langit jengah. "Lagian lo aja gak pernah nembak gue."
Langit menyeringai. Seolah apa yang Mentari katakan sebuah clue untuknya.
"Lo mau gue tembak, Tar?" tanya Langit sambil menatap Mentari.
Mentari langsung menggeleng. "Enggak!"
Demi semua ubur-ubur yang ada di bikini buttom, kenapa Langit malah makin jadi sih ngeselinnya!
Mentari menghela nafas berat. Di tatap nya Langit yang mulai sibuk dengan handphone yang di pegangnya. "Serius deh, Lang. Berurusan sama lo aja, udah bikin gue pusing. Apalagi kalo di tambah sama fans-fans lo yang gak jelas itu? Lo tau sendiri kan gimana jadinya kalo lo bilang ke mereka, lo pacaran sama gue?"
"Gak usah khawatirin mereka. Toh, ada gue yang akan jagain lo." ujar Langit santai, matanya masih terfokus dengan handphonenya. Kadang ia menyerit saat menatap handphonenya tatkala pesan dari sesorang datang.
Mentari rasanya ingin membuang Langit ke samudera antartika sekarang juga. Lihat, betapa sopannya Langit, berbicara tanpa menatap orang yang sedang mengajaknya berbicara.
Mentari membalikkan badannya, hendak pergi keluar dari perpustakaan. Toh, percuma juga bicara dengan Langit yang sedang asik sendiri.
"Lo mau kemana?" ujar Langit begitu ia berhasil mencegat Mentari. Dilihatnya cewek berambut panjang itu memutar bola mata malas.
"Balik ke kelas lah. Emangnya lo yang sibuk main hp." Mentari mendorong tubuh Langit, "minggir. Gue mau lewat."
Bukannya minggir, Langit malah menahan Mentari. "Bentar dulu, gue mau ngomong."
Mentari menghela nafas berat. Kepalanya mendongak, menatap Langit yang memang lebih tinggi dari dirinya. "Apa?"
"Berhubung lo sekarang jadi pacar gue, jadi gue punya sedikit peraturan."
Mentari melotot kesal. "Peraturan? Sejak kapan ada peraturan dalam sebuah hubungan? Gila kali ya. Pacaran juga di paksa, eh sekarang malah ada peraturannya lagi."
Mentari tidak habis fikir bagaimana jalan pikiran seorang Langit. Rasanya ia salah mengambil keputusan, harusnya ia tidak memberikan Langit kesempatan itu.
Sabar, Mentari... Toh cuma lima belas hari Langit jadi pacar lo.
Mentari merapalkan satu kalimat itu dalam hati. Ia harus bersabar. Dalam lima belas hari, ia yakin dirinya tidak akan jatuh cinta dengan Langit. Ya, Mentari yakin itu.
"Apa peraturannya?" tanya Mentari jengah. Baiklah, kali ini ia akan mengikuti permainan Langit toh ini tidak akan lama.
"Pertama. Gue gak mau lo ngebantah omongan gue."
Ini pacar atau bokap sih?
Mentari mengganguk malas. Dilihatnya Langit yang menatapnya dengan wajah serius. "Terus yang kedua?"
"Yang kedua, lo harus kabarin gue setiap hari. Kemanapun lo pergi lo harus bilang sama gue."
"Apa gak terlalu lebay, ya Lang? Ini kesannya lo malah jadi bokap gue, bukannya pacar." protes Mentari.
"Yang ketiga, jangan deket-deket cowok lain. Gue gak suka lo ngobrol sama cowok lain. Apalagi lo bilang kalo lo suka sama orang lain." ujar Langit tanpa mendengarkan protes Mentari.
"Gak. Gue gak bisa kaya gitu." Mentari menggeleng, "gue Osis, jadi mau gak mau banyak bergaul sama orang, terutama cowok. Rata-rata anak Osis cowok semua, Lang. Lagian gimana caranya lo bikin gue jatuh cinta kalo sikap lo kayak gini?"
Langit hanya mengangkat bahu, acuh. "Urusan lo jatuh cinta sama gue atau enggak, liat nanti aja. Untuk sekarang, gue mau lo ngikutin peraturan gue."
"Ogah." Mentari mendorong tubuh Langit, kasar. Membuat Langit sedikit terdorong mundur, memberikan akses lewat untuk Mentari. Ia berjalan melewati Langit sambil bersungut kesal. Masa bodo dengan peraturan. Mentari gak peduli. Emangnya siapa Langit, sampai bisa memerintahnya seperti itu?
Pacar.
Mentari menggeleng kala sebuah jawaban terlintas dalam benaknya. Ini hanya terpaksa. Jadi tidak bisa di sebut pacar.
"Tar, tunggu dulu." Langit berusaha mensejajarkan langkahnya dengan Mentari.
Sementara itu, Mentari makin mempercepat langkahnya. Ketika ia akan berbelok menaiki tangga, dirinya tidak sengaja menabrak sesorang yang baru saja turun dari tangga.
"Eh, maaf.." Mentari mendongak, melihat sosok didepannya, yang kini sedang menahan lengannya agar tidak jatuh. "Kak Angkasa? Duh maaf ya kak, gue gak sengaja."
Angkasa tersenyum simpul. Ia melepaskan pegangan tangannya begitu melihat Langit yang berdiri tidak jauh dari Mentari. "Iya gapapa. Lain kali hati-hati, udah dua kali loh, lo jatuh di tangga kayak gini."
Mentari mendadak salah tingkah mengingat kejadian itu. Ia tidak menyadari kalau Langit yang berada di belakangnya, memperhatikan gelagatnya.
"Jangan bahas yang itu, Kak. Malu tau."
Angkasa tertawa renyah. Membuat Mentari shock setengah mati.
Ya Allah, ketawanya manis banget!!!
Mentari melihat Angkasa tanpa berkedip. Membuat Langit kesal, dan langsung menarik Mentari menjauh dari Angkasa.
"Jauh-jauh lo dari cewek gue." ujar Langit pada Angkasa. Tatapannya seakan siap untuk membunuh siapapun.
"Langit, jangan mulai deh.." Mentari melepaskan pegangan Langit pada tangannya.
"Emang lo siapa nya Mentari? Bokapnya?"
"Gue pacarnya. Jadi mending lo jauh-jauh dari pacar gue atau gue gak akan segan-segan ngasih lo pelajaran."
Mentari melotot kesal ke arah Langit. Angkasa itu Kakak Langit, Mentari tahu itu. Tapi ucapan Langit ke Angkasa benar-benar songong. Benar-benar tidak ada sopan santunnya.
"Kak Angkasa maaf ya, Langit emang suka begitu." ujar Mentari tak enak.
"Ngapain lo minta maaf ke dia? Gue gak salah. Gue cuma mau ngejaga apa yang gue punya. Biar gak di rebut sama manusia serakah kayak dia."
"Langit!" pekik Mentari kesal. Ia memelototi Langit. "Gue gak segan-segan minta putus kalo lo masih kayak gini. Please, deh Lang. Kak Angkasa itu Kakak lo. Harusnya lo lebih sopan dikit ke dia."
"Jadi lo belain dia?"
"Gue bukannya belain dia, cuma lo udah keterlaluan, Lang. Lo—"
"Gue tahu sekarang." Langit tertawa hambar.
"Dia kan cowok yang lo suka?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possesive Badboy
Teen FictionHighest Rank : #5 in Fiksi Remaja #17 in Remaja #27 in Teen Fiction "Maksud lo apa, Lang?" "Gak maksud apa-apa." "Terus kenapa lo bilang ke Arga kalo gue pacar lo?" Mentari terlihat kesal. Namun Langit malah bersikap biasa saja. "Oh, itu.. Em...