[39] Don't left me

32.1K 2.2K 78
                                    

Happy reading guys!
Khusus part ini aku hadiahkan untuk kalian semua yang sedang menjalankan ibadah puasa, biar makin semangat liat Langt dan Mentari😁😁😁

•••••

Sore itu Langit duduk merenung di atas ranjang rumah sakit. Ini sudah hari ketiga ia berada di rumah sakit, sudah tiga hari pula ia tidak berbicara dengan Mentari. Perempuan itu terus saja menghindar saat Langit ingin mengajaknya berbicara. Selalu saja ada alasan ketika Langit mendekat kearah Mentari, entah itu karena Arga yang menelpon lah, atau Angkasa yang memanggil lah, pokoknya selalu saja ada halangan ketika ia ingin berbicara dengan Mentari.

Namun setelah Langit meminta bantuan Fajar agar mengajak Angkasa dan Arga pergi ke kantin, akhirnya Langit bisa mendapat waktu untuk berbicara berdua, hanya bersama Mentari.

  "Udah makan?" tanya Langit saat Mentari duduk di kursi samping ranjang rumah sakit.

  "Udah." sahut Mentari cuek. Perempuan itu hanya fokus menatap handphonenya tanpa melirik Langit.

Langit menelan ludah gugup. Entah kenapa rasanya jadi canggung saat berbicara dengan Mentari, terlebih sikap perempuan itu yang acuh tak acuh membuat Langit jadi ragu untuk berbicara dengannya. Hanya dengan Mentari ia bisa jadi gugup seperti ini, bahkan dulu saat ia berbicara dengan Ayahnya yang selalu jadi panutannya, Langit biasa saja. Lalu mengapa saat bersama Mentari ia terkadang merasa gugup?

Langit menatap Mentari,ia baru saja ingin berbicara namun suara ketukan pintu membuatnya tidak jadi bersuara.

Seorang suster berpakaian biru laut, masuk sambil membawa troli yang berisi makanan untuk Langit.

  "Permisi, saya ingin mengantar makanan untuk Mas Langit." ujar perempuan itu sambil tersenyum malu. Rona di pipinya menujukan kalau ia menyukai Langit, terlebih sikapnya yang dibuat seanggun mungkin sangat menunjukkan kalau ia memang menyukai Langit.

Sementara itu Mentari yang sedaritadi memperhatikan, mulai merasa jengkel. Terlebih saat perawat itu menawarkan diri untuk membantu Langit duduk.

  "Biar saja aja, Sus. Mending Suster anterin makanan untuk pasien lainnya. Langit biar saya yang urus." ujar Mentari sambil berdiri membantu Langit duduk diranjangnya.

Perawat itu terlihat terkejut namun ia mencoba tersenyum, hanya kepada Langit tentunya.

Minta dihajar banget ini cewek. Keluh Mentari dalam hati. Rasanya ia ingin mencolok mata perawat itu yang sedaritadi terus saja memperhatikan Langit.

  "Maaf ya Sus, tolong matanya dijaga. Saya gak suka suster ngeliatin suami saya kayak gitu. Apa perlu saya bilang sama pihak rumah sakit kalau saya merasa terganggu dengan perilaku suster?"

Perawat itu terlihat shock tidak percaya namun ia dengan cepat membalas perkataan Mentari. "Maaf, Mba, saya gak tau kalau Mba istrinya Mas Langit. Saya kira Mas Langit belum nikah, lagian keliatannya Mas Langit masih muda. Biasanya juga saya yang bantuin Mas Langit untuk duduk dan Mas Langitnya gak marah kok."

  "Oh, jadi kalau gak ada saya, suster suka bantuin suami saya? Sekalian godain suami saya juga ya? Bagus kalo gitu saya jadi ada alasan buat bilang keatasam suster untuk segera menegur suster, kalau perlu biar suster di pecat sekalian dan asal suster tau ya, saya sama Langit itu memang nikah muda." sahut Mentari masih dengan wajah kesalnya. Kali ini ia menatap Langit yang sedang menahan tawanya melihat sikap Mentari yang benar-benar diluar akal.

My Possesive BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang