"hai, Mentari.." ujar seseorang yang kini berdiri dibelakang Mentari.
Mentari tertegun. Kaget, senang, dan sedih bercampur jadi satu. ia membalikkan badannya, melihat sosok laki-laki yang sedang tersenyum hangat.
"kok diem? gak mau peluk?" ujar laki-laki itu sambil merentangkan tangannya.
Air mata Mentari mengalir begitu saja. ia langsung berlari memeluk laki-laki itu, mendekap erat sosok yang selama ini ia rindukan. Pelukan ini rasanya masih sama, masih hangat dan menenangkan, pelukan yang selalu Mentari rindukan.
"jahat." ujar Mentari sambil mulai sesengukan. Kini ia sudah bisa meluapkan perasaan yang selama ini ia pendam. Hampa.
Langit tersenyum sambil mengelus rambut Mentari. "Kok jahat?" tanyanya.
Mentari melepaskan pelukannya. Ia mengusap air matanya sambil menundukan kepala. Malu.
"Lo bilang cuma sebentar tapi taunya lama."
Langit memegang wajah Mentari. Tangannya menjepit kedua pipi Mentari.
"Jangan nangis nanti cantiknya ilang, loh.""bodo. amat." ujar Mentari kesal. ia melepaskan tangan Langit dari pipinya. Kemudian ia mundur menjauh dari Langit.
"eh.. mau kemana? gak kangen apa ama gue?" Langit mengikuti Mentari yang kinu mulai berjalan menjauhinya.
"Gak."
Mentari acuh tak acuh, masih saja berjalan dibawah tiang-tiang yang menghiasi sekitar tiang pembatas.
"Tapi gue kangen." ujar Langit sambil menarik pelan tangan Mentari. Membuat Mentari jatuh kedalam pelukannya, lagi.
Langit menjatuhkan dagunya dikepala Mentari. "Lo gak tau seberapa kangennya gue selama ini. Berkali-kali rasanya pengen balik buat ketemu sama lo."
Mentari terdiam. Ia sadar, bukan hanya dirinya yang tersiksa karna harus berjauhan. Tapi Langit juga sama, sama seperti dirinya yang selalu rindu ingin bertemu.
"Maaf. Maaf udah bikin lo nunggu. maaf gak bisa selalu ada buat lo dan maaf gue selalu bikin lo sedih." lirih Langit.
Lagi lagi Mentari menangis. Ucapan Langit membuatnya semakin menyayangi laki-laki ini. Rasanya seperti tidak ingin kehilangan dirinya.
"Sekali lagi maaf, dan terimakasih masih mau menunggu gue, masih mau ketemu sama cowok yang gak jelas ini." ujar Langit sambil tersenyum. Ia memegang pundak Mentari, matanya menatap lurus ke kedua bola mata Mentari. "Masih sayang gak?"
Mentari menggeleng, senyum mulai terlukis dibibirnya.
"Yaudah deh kalo gitu." ujar Langit sambil melepaskan tangannya.
Mentari menahan tangan Langit. "kangen." ujarnya.
"tadi katanya gak sayang, tapi kok kangen?" Langit menaikkan alisnya, tidak lupa senyum tipis terlukis diwajahnya.
Mentari cemberut. "Kalo gak sayang ngapain nungguin sampe selama ini. Mending nyari yang lain deh."
Langit menjentikkan jarinya kekening Mentari. "Kaya ada aja yang lebih ganteng dari gue."
"dih banyakkkk.. Gak tau aja sih sebanyak apa cowok yang ngantri waktu lu pergi." ujar Mentari sambil menunjukan wajah meledeknya. "banyak yang lebih ganteng, lebih tajir, lebih baik, pokoknya super lengkap deh."
"yaudah kalo gitu sama mereka aja." sungut Langit kesal.
"Gak mau.."
"kenapa? katanya kan banyak yang lebih lebih dari gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possesive Badboy
Novela JuvenilHighest Rank : #5 in Fiksi Remaja #17 in Remaja #27 in Teen Fiction "Maksud lo apa, Lang?" "Gak maksud apa-apa." "Terus kenapa lo bilang ke Arga kalo gue pacar lo?" Mentari terlihat kesal. Namun Langit malah bersikap biasa saja. "Oh, itu.. Em...