[49] Surprise

33.7K 1.8K 275
                                    

Halo guys! Happy reading!!!!

😜😜😜

Mentari menelungkupkan wajahnya pada bantal. Ia menghentakkan kakinya dengan kesal. Ini sudah hampir jam dua belas siang tapi belum ada satupun orang yang mengucapkan selamat kepadanya. Mentari kesal. Bete. Bahkan ketiga sahabatnya sibuk dengan dunianya masing-masing.

"Giliran orang lain yang ultah, gue yang ribet nyiapin kejutan. Giliran gue yang ultah, malah gk ada satupun yang inget. Duh Tar, hebat banget sih lo." ujar Mentari sambil mendengus kesal. Memang kenyataanya begitu. Ketika temannya yang lain ulang tahun, Mentari pasti orang pertama yang bakalan ngusulim kejutan dan juga kado. Tapi lihat sekarang? Saat ia yang ulang tahun, malah tidak ada satupun orang yang mengingatnya.

Oke kalian pasti bertanya-tanya kenapa Mentari gak ngadain party atau semacamnya. Jawabannya satu. Gak ada Langit. Percuma Mentari ngadain party kalo Langit gak bisa dateng. Percuma Mentari ketawa-ketiwi kalau gak ada Langit disampingnya. Mentari cuma pengen Langit ada disampingnya. Hanya itu.

Mentari bangun, ia merapikan helaian rambutnya yang sudah keluar dari ikatan. Baju seragamnya telah diganti dengan kaus rumahan yang biasa ia pakai.

Tok.. Tok... Tok..

"Non, Tari... Non.. " suara pembantunya terdengar dari balik pintu.

Mentari segera turun dari kasurnya. "Iyaa bi, sebentar Mentari otw..."

Mentari melangkahkan kaki menuju pintu kamarnya. Setelah membuka pintu kamarnya, ia menyerit bingung. Dilihatnya justru bukan pembantunya yang berdiri disana akan tetapi Arga. Cowok itu berdiri disana dengan senyum manisnya.

"Hai!" sapanya begitu melihat Mentari.

Mentari kaget. Kok tiba-tiba Arga ada disini?

"Loh, kok lo sih Ga?" tanya Mentari.

Arga hanya cengar-cengir. Kemudian menarik tangan Mentari untuk ikut bersamanya.

"Ih mau kemana sih? Katanya tadi lo sama Angkasa gak bisa kesini?" tanya Mentari bingung. Belum lagi tangannya yang ditarik Arga membuat Mentari merasa aneh. Kenapa kali ini rasanya pegangan tangan Arga terasa berbeda ya?

"Udah ikut aja, jangan banyak tanya." ujar Arga sambil menarik Mentari menuju mobilnya yang diparkir di halaman rumah Mentari.

Bukannya menarik Mentari untuk masuk kedalam mobilnya, Arga justru membawa Mentari kebagian depan mobilnya.

"Mau ngapain deh, Ga?" tanya Mentari ketika mereka berada didepan mobil Arga.

Arga nyengir. "Bantuin gue benerin mobil ya?"

Mentari langsung melongo tidak percaya. Seriously? Arga dateng kesini cuma buat minta bantuin benerin mobil? Dan kenapa juga harus Mentari yang dimintai tolong?

"Lo gila ya?" tanya Mentari sambil menatap Arga tidak percaya. "Kalo mobil lo rusak mah bawa ke bengkel lah! Ngapain kerumah gue sih!"

"Yaelah, Tar. Sekali-kali gue minta tolong sama lo. Lagian biasanya lo mulu yang minta tolong sama gue kan?"

Mentari meringis kecil. Kenapa sih Arga omongannya selalu bener? Pasalnya selama Langit pergi ke Berlin, Arga lah orang yang paling sering Mentari susahkan. Dibandingkan Angkasa, Mentari lebih sering meminta tolong pada Arga. Sebab, ia merasa tidak enak jika meminta tolong pada Angkasa yang notabenenya lebih tua dari Mentari. Kalau minta tolong sama Arga kan enak, toh Arga selama ini fine-fine aja dimintai tolong sama Mentari, malah dia seneng katanya.

"Yaelah, Ga. Omongan lo bisa gak sih gak jujur gitu?!" ujar Mentari setengah dongkol. Ia menatap Arga yang kini malah tersenyum aneh.

"Jadi mau bantuin gue gak nih?"

Mentari memutar bola matanya malas. "Menurut lo?"

Arga malah tertawa sambil mengacak pelan puncak kepala Mentari. "Lo buka kapnya, gue ambil peralatan di bagasi."

Mentari hanya mengganguk. Kemudian ia mencoba membuka kap mobil Arga.

"Buka kap mobil aja harus nyuruh." dumel Mentari kesal.

Mentari melongo saat kap mobil Arga terbuka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mentari melongo saat kap mobil Arga terbuka. Mulutnya bahkan kini sudah terbuka lebar hingga memungkinkan tikus untuk masuk.

"Arga?" Mentari berteriak heboh, ia berbalik dan melihat Arga yang kini sedang menatapnya sambil tersenyum.

"Surprise.." kata Arga sambil merentangkan tangannya.

Mentari tidak bisa tidak tersenyum bahagia. Bahkan bintang iklan odol di tv pun kalah lebar senyum dari senyum Mentari saat ini.

"Buat gue?" tanya Mentari tidak percaya.

Arga mengganguk sambil tersenyum manis. "Iyalah, emang buat siapa lagi?"

Mentari berlari memeluk Arga. "Makasih Argaaaaa!!!!!!" katanya sambil memeluk Arga erat, yang dibalas pelukan hangat oleh Arga.

"Sama-sama." Arga mengelus puncak kepala Mentari. "Happy birthday sweet heart. Semoga panjang umur, sehat selalu, dan selalu jadi Mentari yang suka ngerepotin gue ya. "
Because, i like when you do it. Lanjut Arga dalam hati.

Mentari mengganguk masih dalam pelukan Arga. Kemudian ia melepaskan pelukannya. Ia menatap Arga dengan senyum manisnya.

"Makasih ya, Ga. Lo selalu berhasil ngebuat gue merasa jadi orang paling jahat dimuka bumi ini dengan nolak lo. Makasih selalu ada disamping gue, disaat gue butuh lo tanpa gue minta. Makasih..."

Arga tersenyum. "Sama-sama. Udah gak sedih lagi, kan?"

Mentari menggeleng. Kemudian ia tersenyum. "Gue bahagia."

Arga balas tersenyum. Ternyata Mentari tahu arti lain dalam ucapannya itu. "Syukurlah, karena kalo sampe lo gak bahagia, gue orang pertama yang bakalan nyusulin Langit ke Berlin."

Mentari tertawa, begitu juga dengan Arga. Mereka sudah seperti sepasang kekasih jika saja tidak melihat tatapan Mentari pada Arga. Hanya sorot mata Arga lah yang terlihat begitu mencintai Mentari. Tidak dengan gadis yang disukainya itu. Hanya sorot kasih sayang lah yang terlihat dari mata Mentari. Biar bagaimanapun, ia menyayangi Arga selayaknya seorang sahabat.

Yang dibilang orang tentang perempuan dan laki-laki ketika menjalin persahabatan ternyata benar bukan?

;Salah satu dari mereka pasti menyukai sahabatnya.

🌞🌞🌞🌞🌞🌞


Maaf ya langitnya aku simpan dulu hehe... Next part ku usahakan langit bakalan muncul so, tetep baca ceritaku yaa💓💓💓

Jangan lupa vote & comments guys! See you next part!!!

My Possesive BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang