"Langit, naik itu yuk?" Mentari menarik tangan Langit ke salah satu permainan yang paling banyak diminati. Rata-rata anak kecil sih, memang. Tapi gapapa kan ya kalau Mentari dan Langit ikutan? Toh Mentari masih cocok kok untuk jadi anak sd, alumninya maksudnya hehe.Langit menurut saja ketika Mentari mengajaknya menaiki permainan yang namanya korakora. Dalam hati Langit bersyukur, Mentari sudah tidak lagi ngambek dan menjaga jarak dengannya. Malah sekarang Mentari yang sedari tadi menggengam tangannya. Padahal, biasanya dia enggan tangannya di genggam seperti ini.
"Huaaaa...." Mentari berteriak senang. Ia sendiri sudah lupa, kapan terakhir kali menaiki permainan seperti ini. "Bang kencengin lagi, Bang!"
"Bang udah Bang, Adit puyeng.."
"Bang pelanin dong.."
"Bang udahan, Bella mau turun aja, Bella takut."
Mentari terus saja berteriak meminta agar Abang-abang yang jagain kora-kora menambah laju korakora nya. Sedangkan anak kecil yang juga menaiki korakora sudah berteriak minta turun.
Padahal, ini sudah kecang tapi Mentari masih saja berteriak. Sementara itu, Langit yang berada di samping Mentari hanya biasa geleng-geleng kepala melihat kelakuan Mentari.
Langit tersenyum senang, baginya melihat Mentari bahagia saja sudah cukup untuknya. Biarlah perasaannya tidak terbalas asalkan ia masih bisa melihat senyum Mentari.
"Langit, gak malu kan gue ajak naik mainan kayak tadi?" tanya Mentari. Kini ia dan Langit sedang duduk di salah satu kursi yang berada di pasar malem.
"Asal sama lo, naik komedi puter juga gue jabanin, Tar."
"Tapi bener kan gak malu? Kalau malu Langit pulang aja, nanti biar gue balik minta jemput Bang Fajar,"
Langit mengacak pelan rambut Mentari. "Terus ngebiarin lo sendirian di sini? Engga deh, Tar. Gue takut lo kenapa-napa, lagian gue seneng kok bisa bareng lo kayak gini."
Mentari terkekeh, ia mendekat ke arah Langit dan memeluknya. "Makasih, Langit."
Langit tersenyum, ia balas memeluk Mentari. "Sama-sama sayang,"
"Jangan bilang sayang, ih!" ujar Mentari masih dalam pelukan Langit.
"Kenapa emangnya?" Langit hendak melepaskan pelukannya, namun Mentari menahannya.
"Biarin gini dulu, gue lagi malu soalnya." Mentari menyembunyikan wajahnya du dada bidang Langit. Bukannya modus atau gimana, Mentari memang malu beneran. Serius. Udah Mentari duluan yang memeluk Langit, dipanggil sayang, udah gitu diliatin ibu-ibu lagi. Kan malu banget.
"Masih mau pelukan atau beli gulali nih? Kalo masih mau pelukan juga gapapa, gue malah seneng kok," goda Langit.
Mentari buru-buru melepaskan pelukannya. Dicubitnya pinggang Langit, hingga cowok itu mengaduh.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possesive Badboy
Teen FictionHighest Rank : #5 in Fiksi Remaja #17 in Remaja #27 in Teen Fiction "Maksud lo apa, Lang?" "Gak maksud apa-apa." "Terus kenapa lo bilang ke Arga kalo gue pacar lo?" Mentari terlihat kesal. Namun Langit malah bersikap biasa saja. "Oh, itu.. Em...