[25] Gak Peka

41.3K 2.5K 13
                                    

SELAMAT MALAM MINGGU😆
SEMOGA LANGIT DAN MENTARI BISA MENGHIBUR KALIAN, HAPPY READING. JANGAN LUPA VOTE & COMMENTS YAA!💜💜💜

Ps. Mulmed itu Angkasa ya, mayan ganteng kan wkwk

----

Mentari menatap Langit yang kini duduk di sampingnya. Tangan kirinya di genggaman Langit sedari tadi. Sejak menyatakan perasaan ala Langit tadi, cowok itu tidak beranjak meninggalkannya.

Mentari memandangi wajah Langit yang kini sedang asik melihat pertunjukan di atas panggung. Penampilan ekskul dance yang kata Langit lumayan buat cuci mata, membuat Mentari mendengus mendengarnya.

Mentari menyipitkan matanya begitu ia melihat ada luka di sudut bibir Langit. Tangan kanannya terulur untuk menyentuh luka Langit.

  "Ini kenapa?" tanya nya sambil memindai seluruh wajah Langit. Ternyata bukan hanya sudut bibir Langit saja yang luka, tapi juga banyak lebam di sekitar pelipis hingga rahang Langit.

  "Langit ini kenapa?!" ujar Mentari mulai kesal. Tadi, waktu di panggung ia tidak begitu jelas melihat wajah Langit karena minimnya lampu penerangan. Tapi sekarang, saat dari dekat, Mentari baru menyadari kalau wajah Langit jauh dari kata baik.

  "Tadi gak sengaja nabrak pintu." ujar Langit ia menarik pelan tangan Mentari yang menyentuh lukanya, kemudian menggengamnya.

Mentari menggeleng. "Bocah kecil juga tau kalau itu bukan luka karena nabrak pintu. Jujur sama gue, lo kenapa bisa gini?! Tadi pas pertama dateng muka lo ga kayak gini, kan!"

  "Eh liat deh itu yang pake baju putih, cantik ya!" ujar Langit mencoba mengalihkan pembicaraan.

Minta di tampol nih orang. Batin Mentari. Ia menghentakkan tangannya yang di genggam Langit.

  "Jawab yang bener! Ini kenapa bisa lebam semua?" tanya Mentari sekali lagi. Ia berusaha menahan amarahnya untuk tidak menambah satu lebam lagi di wajah Langit.

  "Ssttt, jangan teriak-teriak dong, Tar. Malu diliat tetangga." kata Langit becanda ia merangkul Mentari agar perempuan itu diam. Tapi bukannya diam, Mentari malah mencubit pinggang Langit, membuat cowok itu mengaduh kesakitan.

  "Lo kok kdrt mulu sih, Tar. Baru juga sayang-sayangan, masa sekarang udah kdrt lagi aja." ujar Langit sambil cemberut.

  "Gue serius, Langit Putra Dirgantara."

Langit nyengir, tangannya kembali menggengam tangan Mentari. "Biasa, cowok."

Mentari menepis tangan Langit. "Gak usah pegang-pegang. Jangan deket-deket gue kalo lo masih kayak gini."

Mentari beranjak dari kursinya, berpindah ke samping Arga.

  "Eh, ada Mentari. Kenapa? Baru sadar kalo Langit jelek ya?" ujar Arga bercanda. Ia melirik Langit yang sedang menatapnya tajam.

Mentari hanya diam. Enggan menjawab ucapan Arga yang menurutnya tidak penting. Lagian mana mungkin Langit jelek, bahkan jika dibandingkan Arga, jelas masih gantengan Langit kemana-mana.

Arga mendekatkan wajahnya ke telinga Mentari. "Mau gue bantuin biar Langit cemburu gak?" bisiknya di telinga Mentari.

Kalau saja Arga bukan sahabatnya, sepertinya Langit akan langsung berlari dan menonjok Arga melihat bagaimana Arga yang mencoba mendekati Mentari.

My Possesive BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang