"Berenti!" protes Langit sambil berjalan menghampiri Mentari dan Angkasa yang sedang berlatih membagi nada.
"Ya Allah, Langit. Kenapa sih? Dari tadi protes terus!" Mentari menggerutu. Ia menatap sebal ke arah Langit yang kini sudah berada di tengah antar dirinya dan Angkasa.
"Latihannya gak usah pake tatap-tatapan gitu. Gue gak suka. Lagian ini cuma latihan, belum beneran. Mending lo ngadep belakang aja deh, Tar."
"Allahuakbar!" Mentari mengangkat tangan, menyerah. Capek menghadapi sikap Langit yang bener-bener ngeselin semenjak tiba di ruang ini.
"Gila bat lo, Lang. Dari tadi si Mentari gak selesai-selesai latihannya gara-gara lo." Bima, yang memang kebetulan salah satu pengisi acara untuk Gebyar Kewirausahaan, ikut berbicara. Ia tertawa melihat tingkah Langit yang kelewat posesif.
"Dia takut Mentari demen sama Angkasa, Bim. Lo tau sendiri mendingan Angkasa kemana -mana daripada Langit!" Arga ikut menimpali, sama halnya dengan Bima, Arga juga ikut mengisi acara Gebyar Kewirausahaan nanti.
"Bacot lo semua!" umpat Langit sambil menatap tajam teman-temannya yang sedang menertawakan dirinya.
"Mending lo tunggu di luar deh, Lang. Kalo gini terus, gue sama Mentari gak bakalan bisa bener latihannya." Angkasa akhirnya bersuara. Sejak tadi, cowok berkemeja hitam ini hanya diam saja pada saat Langit memprotes saat ia dan Mentari sedang berinteraksi ataupun membangun kedekatan.
"Gak. Gue mau tetep di sini sampe Mentari selesai latihan." ujar Langit final.
Mentari yang melihat tingkah Langit hanya bisa pasrah sambil geleng-geleng kepala.
"Tar, udahan aja ya latihannya? Lagian lo udah tiga jam latihan. Jadi gue pikir udah cukup latihannya." Langit mendekati Mentari, ia duduk di sebelah Mentari.
"Enggak. Gue mau latihan sampe malem. Kalo perlu sampe besok pas acara!" ujar Mentari kesal. Ia sama sekali tidak menatap Langit saat berbicara.
"Kok gitu sih?! Lo mau ngapain latihan sampe malem gitu!" protes Langit tidak terima.
"Ngapain kek, suka-suka gue! Lagian lo sendiri yang bikin gue jadi gak selesai-selesai latihannya!"
"Loh kok jadi gue?"
"Lah kan emang lu, Lang." timpal Bima sambil tertawa kencang.
"Langit pura-pura bego tuh!" Arga ikut menimpali tadi habis itu dia langung kabur keluar begitu mendapat pelototan dari Langit.
"Tar, pulang aja yuk. Nanti gue beliin novel yang lo mau deh." bujuk Langit, ia memasang wajah memelas.
"Gak. Duit gue masih lebih dari cukup buat beli seratus novel yang gue mau." Mentari menyenderkan punggungnya pada sofa, sambil memijit pelipisnya.
Langit yang melihat itu, buru-buru mendekat. Ia menempelkan tangannya ke dahi Mentari. "Tuh kan, lo pasti jadi sakit gara-gara kecapean. Mending sekarang pulang aja deh!"
"Uww sweetnya Abang Langit" Bima lagi-lagi menimpali. Rasanya lucu melihat Langit yang biasa menyeramkan tiba-tiba jadi perhatian pada orang lain. Eh, bukan orang lain deng. Mentari kan pacarnya Langit ya.
"Bim, lo sekali lagi nyeletuk, gue pastiin motor butut lo bakalan pindah ke rongsokan." ancam Langit. Sebenarnya motor Bima itu gak butut, cuma memang motor Bima paling sederhana di bandingkan Langit, Daniel ataupun Arga yang motornya Ninja. Sedangkan Bima, ia pakai scoopy yang katanya lebih enteng.
"Hehe, peace Bos." ujar Bima sambil nyengir dan mengangkat dua jari tangannya.
Mentari hanya diam saja saat tangan Langit memegang dahinya. Orang gue puyeng, bukannya panas. Dasar gila! Umpat Mentari dalam hati.
"Pulang ya?" ujar Langit dengan suara lembut. Dia merapikan helaian rambut Mentari yang menutupi wajahnya.
"Enggak,"
"Please..."
Mentari duduk tegak. "Gak mau. Sana pulang duluan aja, gih!"
Mentari bangkit dari sofa dan berjalan mendekati Angkasa. "Kak kalo latihan di ruangan samping bisa gak? Kayaknya kalo di sini yang ada kita gak bakalan selesai-selesai latihannya."
"Bisa, mau di samping aja?" tawar Angkasa.
"Bole—"
"Gak boleh!" sela Langit. Ia buru-buru berjalan ke arah Angkasa dan Mentari.
"Apaan lagi sih, Lang. Nyesel gue ngebiarin lo ikut." Mentari menghela nafas kesal. Serius deh, bisa darah tinggi dia kalo terus-menerus ngeliat Langit.
"Jangan di ruangan samping. Pintunya suka macet. Gue gak mau nanti yang ada dia malah sengaja biar kekunci bareng lo." ujar Langit sambil menatap Angkasa sinis.
"Terus lo mau nya gue latihan dimana?!?!" tanya Mentari kesal. Nada bicaranya sudah naik beberapa oktaf.
"Di sini aja."
"Males. Mulut lo bacot dari tadi!" ujar Mentari. Ia memutar bola mata jengah.
"Kalo enggak di rumah Kak Angkasa aja deh ya? Kan kata Kak Angkasa ada studio mini juga di sana, boleh gak?"
"Boleh, nanti sekalian ketemu Mama. Mama juga pinter nyanyi, jadi lo bisa belajar sama mama." ujar Angkasa.
"Yaudah lo sama gue, Tar, kerumahnya."
"Kak, gue bareng lo ya? Gue gak bawa mobil soalnya." ujar Mentari tidak menghiraukan ucapan Langit.
Biarin aja, biar kesel tuh orang! Ujar Mentari dalam hati. Dalam hati ia tertawa senang melihat ekspresi Langit yang langsung kesal setengah mati.
"Enggak. Gak bisa. Enak aja. Lo pacar gue, masa malah dateng sama Angkasa. Nanti kalo mama ngiranya lo pacarnya Angkasa, gimana?" protes Angkasa tidak terima.
"Serba salah deh, gue. Mau lo tuh apa sih, Lang? Sekarang gini deh. Lo lebih milih gue latihan bareng Angkasa berdua doang. Atau gue latihan di sini tapi lo diem, duduk manis dan gak banyak protes?" ujar Mentari, sengaja menekan ucapanya.
Langit akhirnya menyerah. "Yaudah. Cuma satu jam. Selesai itu lo harus balik."
"Iya. Tapi awas kalo gangguin lagi!"
Dengan terpaksa Langit kembali duduk ke sofa, memperhatikan dari Angkasa dan Mentari yang mulai mengambil nada.
Langit menyenderkan punggungnya ke sofa. Ia mengeluarkan handphonenya.
1 massage from Daniel
Langit menyerit bingung. Tumben sekali Daniel mengiriminya sms, padahal Daniel biasa me-wa atau line dirinya.
Daniel
Ditunda sampe selesai gebyar, Lang. Lo siap-siap, Agam pasti bakalan main curang..
.
.
.
.
Happy reading<3 semoga suka dengan ceritanya;) maafin ya kalau Langit suka ngeselin:(Kalau berkenan, tinggalkan vote & juga comment ya!:)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possesive Badboy
Teen FictionHighest Rank : #5 in Fiksi Remaja #17 in Remaja #27 in Teen Fiction "Maksud lo apa, Lang?" "Gak maksud apa-apa." "Terus kenapa lo bilang ke Arga kalo gue pacar lo?" Mentari terlihat kesal. Namun Langit malah bersikap biasa saja. "Oh, itu.. Em...