Mentari hanya bisa pasrah ketika ketiga sahabatnya mendandaninya, toh tadi ia sendiri yang meminta. Mulai dari wajah hingga kaki, semuanya di atur oleh ketiga sahabatnya.
"Rambutnya bagusan digerai atau di keatasin ya?" Ify melihat ke arah Delia, sementara Mentari sedaritadi di suruh menutup mata.
"Iket ke atas aja deh, Fy. Biar lebih fresh. Nanti sisain helaian rambut di sisi mukanya." usul Delia yang di balas anggukan oleh Ify.
Sementara Laily tengah menyiapkan heels yang akan dipakai oleh Mentari.
"Heels nya mau berapa senti, Tar?" teriak Laily dari dalam walk in closet Mentari.
"Terserah, yang penting gak lebih dari tujuh senti."
"Oke."
Mentari sebenarnya ingin sekali membuka mata, namun setiap kali ia akan membuka mata, Ify selalu berkata, "Sekali aja lo buka mata, gue bilangin Langit kalo ada Kak Danu di rumah lo."
Ya kali, Mentari berani buka mata. Kalau udah bawa-bawa Langit, Mentari nyerah deh. Daripada ngeliat Langit ngamuk, mending dia tahan buat buka mata deh. Lagian ia yakin, ketiga sahabatnya itu pasti akan melakukan yang terbaik untuknya. Mereka gak akan setega itu ngebuat tampilan Mentari jadi aneh.
Love you bestie!
Setelah hampir setengah jam lebih, Mentari akhirnya di perbolehkan membuka mata.
"Gimana?"
Itu seriusan gue?!!
Mentari menatap cermin. Takjub akan pantulan dirinya sendiri. Seriusan cewek cantik dengan dress putih adalah dirinya?
"Ini seriusan gue?"
Ketiga sahabatnya langung memeluk Mentari.
"Iyalah, emang siapa lagi kalau bukan lo? Bi Nani gitu?" ujar Ify sewot. Membuat ketiga sahabatnya malah tertawa, begitupun dengan Mentari.
"Gue gak nyangka lo semua ternyata jago juga dandanin orang. Thank you ciwi ciwi ku... Kalau gak ada kalian mungkin gue masih jadi Mentari yang buruk rupa."
"Halah sok ngerendah lo, ayam." cibir Delia sambil mendelik, namun sedetik kemudian ia tersenyum. "Langit pangling nih pasti."
"Iyalah, makin di jagain dah tuh si Tari." sahut Laily.
"Ngomong-ngomong soal Langit, dia jemput jam tujuh kan, Tar?" tanya Delia.
Mentari mengganguk. "Iya, lima belas menit lagi dia jemput."
"Eh... Tadi gue gak sengaja denger kalo temen-temennya Bang Fajar mau pulang jam tujuh, kalo Langit ngeliat Kak Danu gimana?"
Sial!
Mentari mengumpat dalam hati. Gimana bisa ia lupa kalau Fajar tadi sudah memberitahu dirinya kalau teman-teman Fajar akan pulang jam tujuh. Bisa gawat kalau sampai Langit tahu ada Danu disini. Bukannya pergi ke Gebyar Kwh, yang ada malah ngobatin luka Langit.
"Aduh gimana nih! Kalau Langit tau, bisa berabe. Yang ada gue gak bakalan boleh pergi sama dia." Mentari mundar mandir gelisah. Ia bingung harus melakukan apa.
"Kita harus cari cara biar Langit dan Kak Danu gak ketemu." ujar Ify.
"Nah! Gue setuju. Gimana kalo Mentari nunggu Langit di gerbang aja? Kan lumayan jauh tuh jarak antara rumah Mentari sama gerbang, jadi gak bakalan ketemu Kak Danu?"
Mentari cemberut. "Lo tega biarin gue yang udah cantik kayak gini, nunggu didepan gerbang, Del?"
"Iya juga sih ya. Lagian yang ada Langit malah curiga kalo lo nunggu di gerbang."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possesive Badboy
Novela JuvenilHighest Rank : #5 in Fiksi Remaja #17 in Remaja #27 in Teen Fiction "Maksud lo apa, Lang?" "Gak maksud apa-apa." "Terus kenapa lo bilang ke Arga kalo gue pacar lo?" Mentari terlihat kesal. Namun Langit malah bersikap biasa saja. "Oh, itu.. Em...