Halo semuanya💗
Happy reading yaa jangan lupa vote & comments😁😁
Minal aidin walfaidzin ya guys😂••••••
Mentari dan Langit duduk
disebuah kursi panjang berwarna coklat yang ada di pinggir danau. Tadi, Mentari membantu Langit untuk bangun dari kursi roda dan pindah ke kursi coklat itu, agar Langit bisa duduk disampingnya.Langit hanya diam sedari tadi, ia tidak mengatakan apapun. Lima belas menit telah berlalu namun ia masih saja diam. Senyum yang ada diwajahnya kini telah hilang entah kemana.
"Kayaknya kita emang harus putus ya, Tar." ujar Langit tiba-tiba membuat Mentari refleks menoleh kepadanya.
Mentari menyerit bingung, tatapannya seolah bertanya 'kenapa?', ia bingung dengan Langit yang tiba-tiba berbicara seperti itu. Bukankah sebelumnya Langit menolak untuk putus? Lalu kenapa ia berkata seperti itu? Apa ia sudah menyerah?
Langit tersenyum miris. Matanya menerawang jauh kearah danau yang terlihat indah saat ini. Beruntunglah pengunjung di taman ini tidak terlalu banyak, hanya ada beberapa anak kecil bersama orang tuanya yang bermain di taman bagian arena permainan anak, selebihnya taman begitu sepi dan menenangkan.
"Gue gak pantes buat lo." ujar Langit. Cowok itu tidak menatap Mentari, ia memandangi air danau yang berwarna kehijauan. Ia ingin jadi seperti danau ini, selalu baik-baik saja, tenang dan tidak terusik oleh apapun.
"Maksud lo apa deh, Lang?" tanya Mentari yang mulai merasa tidak enak. Ia merasa Langit tengah merasa sedih entah karena apa.
Langit memiringkan tubuhnya, ia menatap Mentari yang memandangnya bingung. Ia pasti akan rindu saat-saat berdua seperti ini, hanya ada ia dan Mentari.
"Lo pantes dapet yang lebih dari gue, Tar." ujar Langit sambil mengusap pelan pipi Mentari.
Mentari memegang tangan Langit yang berada dipipinya dan menggenggamnya. Ia menatap Langit meminta penjelasan. "Kenapa tiba-tiba ngomong kayak gini?"
Langit tersenyum. Senyum yang Mentari yakin bukanlah senyum bahagia, melainkan senyum kesedihan.
"Gue baru sadar. Selama ini lo pasti tersiksa pacaran sama gue." ujar Langit sambil tersenyum miris. "Gue mempersulit kehidupan lo. Harusnya gak ada drama konyol soal pertunangan kalau gue gak pernah masuk ke kehidupan lo. Gara-gara gue bokap lo harus berurusan dengan Opa Gusti."
Mentari menggeleng. "Enggak, Lang. Justru lo yang buat hidup gue lebih berwarna. Kalo gak ada lo gue mungkin gak bakalan jadi Mentari yang sekarang, gue masih jadi Mentari yang manja, yang selalu bergantung sama orang lain."
Mentari memeluk Langit. Ia menarik semua ucapannya kemarin. Ia tidak ingin berpisah dengan Langit, tidak akan pernah. Ia ingin terus berada disamping Langit.
"Gue sayang sama lo, Lang. Jangan tinggalin gue.." ujar Mentari masih dalam pelukan Langit.
Langit membalas pelukan Mentari, ia memeluk Mentari dan mengecup puncak kepala Mentari dengan penuh kasih sayang. "Apa yang bisa lo harepin dari cowok lumpuh kayak gue, Tar? Gue cuma nyusahin lo. Lo pantes dapet yang lebih baik dari gue."
Mentari mendongak, menatap wajah Langit yang masih penuh oleh luka. "Lo gak lumpuh, Lang. Lo pasti bisa sembuh. Kaki lo bakalan balik lagi kayak semula."
"Gak mungkin, Tar. Dokter juga bilang kemungkinannya kecil buat gue bisa jalan lagi. Gue gak ada harapan, gue lumpuh. Gue gak berguna." sahut Langit. Ia ingin menyerah, membiarkan Mentari bersama Arga mungkin akan membuat Mentari lebih baik. Jika bersamanya, Mentari hanya akan kesusahan, terlebih kondisinya yang lumpuh seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Possesive Badboy
Ficção AdolescenteHighest Rank : #5 in Fiksi Remaja #17 in Remaja #27 in Teen Fiction "Maksud lo apa, Lang?" "Gak maksud apa-apa." "Terus kenapa lo bilang ke Arga kalo gue pacar lo?" Mentari terlihat kesal. Namun Langit malah bersikap biasa saja. "Oh, itu.. Em...