03

1K 71 0
                                    

Paginya, Anna bangun seperti biasa. Pukul 05.30. Terlalu pagi bagi orang lain tapi tidak baginya. Biasanya ia belajar sebentar sebelum mempersiapkan dirinya. Ditambah sekarang ia mengikuti ujian akhir sekolah. Ya, dia setahun lebih awal dari yang lainnya karena ia mengikuti sistem akselerasi. Dan seperti biasa ia selalu sarapan lebih awal dari lainnya. Toh, tak ada bedanya sarapan bersama keluarga dibandingkan sendirian.

Karena ia tetap akan sendirian bagaimanapun keadaannya.

Setelah selesai sarapan Anna langsung menuju garasi dan menghidupkan mobil sedannya. Ia melirik sekilas ke arah mobil sepupu dan kakaknya, Bryan. Hanya dia yang menggunakan sedan. Sedangkan yang lainnya menggunakan Toyota keluaran terbaru. Bahkan kakaknya menggunakan Civic terbaru. Ia tak iri, hanya ia terkadang memikirkan bagaimana mereka bisa melakukan hal seperti itu. Apa bedanya dia dengan yang lain? Hanya karena hal sepele? Anna tersenyum dingin dan menjalankan sedannya.

*****

Anna selalu terkenal disekolahnya, mulai dari hal yang terkecil sampai yang menakjubkan. Salah satu hal yang terkecil yang menakjubkan ialah ia selalu datang 15 menit sebelum bel masuk berbunyi. Ia selalu dijadikan objek contoh dalam sikap disiplin. Banyak yang kagum padanya, terutama kaum adam dan ada juga yang membencinya dari golongan kaum hawa. Selain kecantikan yang dimilikinya, ia juga terkenal pintar mungkin jenius. Ia mengikuti sistem akselerasi dan hampir menyelesaikan sekolah tingkat akhirnya beberapa minggu lagi. Dari keluarga kaya raya, keluarga Adrian. Laki-laki mana yang tak akan meliriknya dan perempuan mana yang tak membencinya? Namun karena sikap dinginnya membuat orang lain berpikir dua kali untuk melakukan sesuatu padanya. Walaupun ia ikut kelas tari, namun ia ikut kelas bela diri. Banyak yang mengatakan kalau hidup Anna sangat sempurna, tapi hanya segelintir orang yang tahu bahwa hidupnya tak sesempurna yang dibayangkan orang. Kini Anna sedang duduk diruang ujiannya sendirian.

Sendirian

Sendirian baginya adalah teman hidupnya semenjak 3 tahun yang lalu. Tak punya teman selain Maya, keluarga yang menjauhinya selain mama dan Bryan, hingga ia terperangkap dalam jurang kesendirian. Malang? Mungkin lebih dari itu. Ditengah kesendiriannya Anna hanya menatap lapangan basket yang tengah ramai melihat anak kelas basket bermain. Ia tak seperti gadis lainnya yang akan bergosip tentang laki-laki yang disukainya. Karena sampai saat ini ia tak tertarik pada kaum adam. Ia tak aneh, cuman ia terlalu tertutup tentang hal itu. Maya sudah berulang kali mencoba mendekatkan Anna dengan salah satu dari pemuda di sekolahnya. Tapi Anna tetap diam dan mengabaikan mereka. Hingga akhirnya Maya menyerah. Pemuda di sekolahnya juga lelah mendekati Anna karena Anna terlalu dingin. Tak lama kemudian bel masuk berbunyi dan muncul Bu Nabila dengan senyum hangatnya.

"Pagi, Anna"

"Pagi, Bu"

"Bagaimana kabarmu pagi ini?" Tanya Nabila lembut.

"Masih sama" jawab Anna dengan datar dan mengambil lembar soal. Ia kembali duduk dan mulai mengerjakan semua soalnya dengan diam. Sebenarnya bukan Nabila saja yang mengawasi Anna, namun hampir seluruh guru turut mengawasinya melalui kamera CCTV. Dalam waktu 3 jam Anna sudah menjawab 5 ujian mata pelajarannya. Gila? Bukan, dia hebat.

"Semuanya sudah selesai kan, Bu?" Tanya Anna sebelum keluar.

"Ya, kau hanya menunggu ujian Nasional bersama yang lainnya" jawab Nabila dengan senyumannya.

"Kapan?"

"Seminggu lagi" Anna hanya mengangguk pelan. Namun ia kembali mengeluarkan suara.

"Apakah salah jika aku berniat mengambil jurusan hukum kelak?" Nabila mengerutkan keningnya sebelum menjawab.

"Tentu tidak, Anna. Memangnya kenapa?" Anna hanya diam dan pamit undur diri. Nabila hanya kebingungan mendengar pertanyaan itu keluar dari mulut Anna.

"Apalagi yang ada dipikirannya?"

*****

Kini Anna sudah berganti pakaian dengan celana jeans hitam dan kaus turtle neck abu-abu. Ia berada disebuah cafe tak jauh dari taman kota. Ia hanya memperhatikan anak-anak yang bermain dengan gembira dan ditemani orangtua mereka.

Orang tua

Anna terkekeh pelan mengingat kata itu. Baginya orangtuanya hanyalah mamanya. Baginya keluarganya hanyalah mama dan Bryan. Tak ada yang lain.

Papa?

Anna mendengus. Kata papa sangat tabu baginya. Baginya papanya sudah mati. Papa yang dikenalnya dulu telah hilang. Papa yang hangat, ramah, siap mendengar celotehannya tentang harinya, semuanya hilang. Papanya mulai menjauh darinya semenjak hari itu, hari dimana ia mengungkapkan kalau ia lolos seleksi lomba tari. Papanya mulai mengabaikannya, tak memerdulikan semua yang dilakukannya, bahkan ia tak datang ketika perpisahannya sekolah menengah pertamanya.

Sakit?

Tak hanya sakit, hatinya juga perih. Hatinya hancur. Seharusnya papa adalah orang yang melindunginya, bukan melukainya. Seharusnya menjadi panutan hidupnya, bukan menjauhi dan mengabaikannya.

Tidakkah kau lelah dengan semua ini?

Sejujurnya Anna lelah, namun ada sesuatu yang harus ia lakukan. Demi membalikkan semuanya. Maka dari itu ia bertekad untuk melanjutkan hidupnya.

Karena ia memiliki sebuah misi yang akan membuat hatinya -setidaknya- menjadi tenang sebelum ia pergi dari dunia yang kejam.

Dengan ketulusan hatinya untuk voment ya!

What's wrong with me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang