Sebelumnya makasih banget buat yg udah baca dan ngevote, terutama buat kakak gloryvanesayesiana karena udh vote setiap part ceritaku dan udah ngefollow. Bagi yg merasa aku alay dan lebay aku gak peduli, karena bagiku dukungan dari mana pun bisa membuat semangatku kembali. Pokoknya terima kasih banyak buat semuanya dan terkhusus buat kak glory!
Sudah satu minggu berlalu dan kini saatnya Bryan kembali ke Jakarta. Bukan ia saja yang akan menuju Jakarta, Sean dan Aleen juga akan menginjakkan kaki mereka di sana juga. Terlebih Aleen. Kota Jakarta adalah kota yang mengandung banyak kenangan baginya. Suka dan duka telah ia lalui di sana.
Mereka bertiga sepakat untuk tidak saling kenal jika tidak ada hal yang penting untuk dibicarakan. Mereka juga akan bertemu secara diam-diam besok tanpa anak buah ayah mereka. Bahkan mereka bertiga telah sepakat mempertemukan Myscha dengan Aleen suatu saat kelak. Kini ketiganya hanya saling menatap satu sama lain sebelum memasuki bandara karena Bryan akan menggunakan pesawat komersial sedangkan pasangan muda tadi akan menggunakan pesawat pribadi keluarga Maddison yang memang disiapkan di Indonesia.
Kini Aleen dan Sean tengah berada di dalam pesawat dalam posisi Aleen menyandarkan tubuhnya pada tubuh Sean.
“Apa menurutmu rencanaku itu sudah matang, Sayang?” tanya Aleen. Entah mengapa ia ragu setelah beberapa hari yang lalu hatinya sudah mantap untuk membalaskan rasa sakit yang selama ini ia tanggung. Sean mengelus rambut Aleen yang kembali menjadi sandy blonde dengan sayang.
“Kau harus yakin dengan apa yang kau lakukan, Sayang. Menurutku rencanamu itu sudah tidak memiliki celah sedikit pun. Hingga Angga pun akan kesusahan melawanmu kelak” jawabnya. Aleen menghela nafas lelah dan menyamankan posisinya.
“Jika kita telah sampai bangunkan aku ya, Sean. Jangan mengangkatku lagi atau aku tak akan memberimu jatah” ancam Aleen. Bukannya takut tapi Sean malah terkekeh dan megecup pipi Aleen.
“Tapi aku lebih suka melihatmu terlelap dalam dekapanku seperti anak bayi, Sayang daripada melihatmu berjalan dan akhirnya kelelahan” Aleen mendengus sebelum matanya terpejam. Usapan Sean membuatnya mengantuk. Dan terlebih belakangan ini ia jadi lebih sering tidur.
“Terserah kau saja, Sean” lirihnya sebelum tertidur. Sean yang mendengar helaan nafas Aleen yang teratur hanya tersenyum dan menciumi puncak kepala sang istri tercinta.
“Kami akan selalu berada di sisimu, Sayang. Apapun yang terjadi ke depannya. Jangan pernah takut apalagi gentar, karena aku akan melindungimu dari ayah bejatmu itu” gumamnya.
*****
Aleen merasakan helaan nafas seseorang menerpa wajahnya. Ia pun terpaksa membuka kelopak matanya dan menemukan Sean yang tertidur bersamanya. Ia mengerjabkan matanya berulang kali dan memperhatikan sekitarnya.
Ini dimana? Pikirnya.
Ruangan ini didominasi warna coklat terang yang meninggalkan kesan tenang dan damai, ruangan yang cukup luas walaupun tak seluas kamar mereka di kediaman Maddison. Aleen melepaskan pelukan Sean dengan pelan agar tidur Sean tidak terganggu olehnya. Ia berjalan menuju jendela dan yang terlihat oleh mata birunya adalah langit gelap yang diisi oleh bulan dan bintang. Aleen tersenyum miris ketika melihat keadaan di sekeliling bangunan yang ia tempati sekarang.
Ternyata ia telah berada di Jakarta.
Suara erangan kecil mengalihkan pandangan pandangan Aleen. Ia pun memutar tubuhnya dan melihat Sean yang telah duduk dan menyandar pada kepala ranjang.
“Kau tidak membangunkanku” tukas Aleen yang tengah menyandarkan tubuhnya pada dinding di dekat jendela. Sean tersenyum kecil dan menyuruh Aleen mendekatinya lewat gerakan tangannya. Aleen mendengus dan berjalan mendekati sang suami. Tiba-tiba saja Aleen terpekik karena Sean menarik tangannya hingga jatuh di atas pangkuan Sean.
KAMU SEDANG MEMBACA
What's wrong with me?
General FictionCerita #1 Broken home -Anggiana Georgiana Adrian a.k.a Aleen Cheveryl Azryl- "Perbedaanku membuat semua keluargaku menjauhiku. Hanya Mama dan kak Bryan yang berada di sisiku ketika mereka mengabaikanku. Mereka menjauhiku hanya karena aku berbeda. Sa...