20

1K 54 0
                                    

Sean merasa bersalah atas kejadian semalam. Ia berusaha menghubungi Aleen namun ponselnya tak aktif. Semua pesan yang ia kirim juga tak ada respon.

"Argh! Kau bodoh, Sean! Harusnya kau bergerak lebih cepat lagi" rutuknya sambil mengusap kasar wajah tampannya. Ia pun membersihkan dirinya. Setelah sarapan pagi ia berencana untuk datang ke kediaman Azryl untuk meminta maaf pada sang pujaan hati. Ia tak peduli respon apa yang ia dapatkan dari Aleen mengingat sikapnya yang tak terbaca itu. Untungnya sekarang hari Sabtu jadi ia dan Aleen tak memiliki jadwal kuliah hari ini. Yah, walaupun para 'penjaga' Aleen juga akan ada dirumah.

*****

Sebuah Lamborghini Centenario terparkir cantik di depan mansion Azryl. Tak lama muncul pemuda tampan yang banyak digilai olah kaum hawa, namun saat ini hatinya sudah milik seseorang. Pemuda itu masuk ke dalam mansion itu dengan gaya cool.

"Sean? Tumben kemari tanpa bilang-bilang" sapa Laura. Ya, pemuda itu adalah Sean Maddison.

"Maaf, Mommy. Aku memang sengaja tak memberitahu kalian tentang kedatanganku. Hm, dimana Aleen, Mommy?" Tanya Sean sopan.

"Buat apa kau mencari adik kami, hah?" Tanya Kevan kesal. Ia sudah mendengar cerita Revan dan ia sungguh kesal sekarang.

"Ini semua hanya salah faham, Kev. Salah faham" tekan Sean.

"Jika salah faham jelaskan dulu kepada kami serinci-rincinya" pinta Revan tenang. Sifat Kevan dan Revan memang bertolak belakang. Kalau Kevan suka meledak-ledak maka Revan adalah orang yang menyukai ketenangan. Mengalirlah cerita yang terjadi semalam dari mulut Sean tanpa ada yang kurang atau dilebihkan. Revan dan Laura mengangguk-anggukkan kepalanya sedangkan Kevan membuang mukanya.

"Ya sudah, lebih baik kalian selesaikan masalah kalian dengan kepala dingin ya. Aleen ada di taman dilantai paling atas" ujar Laura dengan senyumannya. Setelah mengucapkan terima kasih Sean melangkahkan kakinya menuju tempat tujuan. Ketika berpapasan dengan Kevan, Kevan mengatakan sesuatu yang membuat seringaian terbit dari wajah Sean.

"Jika kau berani melukai hati adikku, kau tak akan ku maafkan, Sean. Camkan itu dikepalamu!"

"Tenang saja, Kevan. Tak ada niatan untuk melukai adik kecilmu. Aku sudah jatuh terlalu dalam terhadap Aleen" setelah selesai bertatapan tajam antara keduanya Sean melangkahkan kakinya lagi. Memang apa yang ia katakan pada Revan benar. Ia sudah jatuh ke dalam pesona Aleen terlalu dalam. Setelah memasuki lift dan menekan roof. Tak lama kemudian lift berdenting dan pintunya terbuka. Sean bisa melihat gadis yang ia puja sedang serius bersama laptop kesayangannya. Entah apa yang ia cari sehingga ia tak menyadari hawa keberadaan Sean. Sean tersenyum dan mendekati Aleen. Aleen masih tak menyadarinya sehingga Sean memeluk pinggang gadis itu. Aleen tersentak menyadari pelukan itu. Namun raut itu langsung menghilang ketika ia melihat pantulan wajah Sean dari layar laptop.

"Apa yang kau lakukan, Sayang? Sampai tak menyadari kedatanganku" tanya Sean sambil menghirup aroma strawberry dari rambut Aleen. Aleen hanya diam dan kembali melanjutkan kegiatannya. Sean menghela nafasnya, ia tahu kalau Aleen sudah marah maka ia akan mendiamkan siapapun.

"Sayang, maafkan aku. Aku bukannya tak ingin mengelak, aku sangat ingin mengelak. Tapi kau mempercepat niatku. Kau bahkan memberiku bonus yang sungguh tak kusangka" terang Sean sambil meletakkan dagunya di bahu kanan Aleen. Ia penasaran apa yang dilihat kekasihnya dari tadi. Ia mengernyitkan dahinya setelah membaca semacam dokumen yang tertera di layar laptop.

What's wrong with me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang