47

887 52 3
                                    

Setelah melalui banyak penyelidikan akhirnya Anggara Adrian ditetapkan sebagai tersangka dalam berbagai kasus pembunuhan para pengusaha di Jakarta dan sekitarnya. Tentu saja keputusan ini membuat amarah Angga berada di ambang batas dan melampiaskannya pada apa yang ia lihat sebelum akhirnya ia diringkus polisi untuk menunggu jadwal persidangannya. Namun sebelum ia ditangkap Angga sudah menyampaikan rencananya pada Adriansyah. Biarlah ayahnya yang memerintahkan anak buahnya untuk menjalankan rencana tersebut.

*****

Selama kasus Bryan dan Angga belum selesai Sean dan Aleen akan menginap di markas agen rahasia Tian. Aleen tak ingin sesuatu yang tak diinginkan terjadi diluar rencana mereka. Dan selama kasus ini berjalan keduanya akan tetap menyamar sampai kasus ini benar-benar selesai kemana pun mereka pergi. Seperti saat ini.

Mereka menghabiskan waktu berdua dengan jalan sore di taman dekat markas mereka. Banyak masyarakat yang melirik mereka ketika berpapasan. Bagaimana tidak? Saat ini status keduanya adalah pengacara seorang Bryanaldi Adrian, anak yang berani menuntut ayahnya sendiri hingga menjadi tersangka dalam kasus pembunuhan. Banyak yang menyetujui tindakan yang dilakukan Bryan. Keadilan harus tetap ditegakkan walaupun keluarga kita yang melakukan kesalahan. Namun yang membenci Bryan atas tindakannya juga ada. Berbagai alasan logis hingga tak masuk akal mengapa mereka membenci tindakan Bryan.

“Huh, aku bosan diperhatikan terus” keluh Aleen. Sean terkekeh dan merangkul bahu istrinya dengan sayang.

“Bukannya kamu sudah sering diperhatikan seperti ini, Sayang?” Aleen menyatukan alisnya sebelum mengangguk.

“Ya, kau benar, Sayang. Apalagi jika mereka tahu kalau aku adalah Anggiana Georgiana. Para wartawan akan langsung datang kemari dan mencecar kita dengan berbagai pertanyaan” Sean terkekeh mendengar gerutuan Aleen dan hendak menyosor bibir yang tak hentinya mengomel. Namun dengan cepat Aleen menggagalkannya dan memukul lengan sang suami.

“Ini Indonesia, bukan London! Jangan main cium di tengah keramaian seperti ini, Sean” marahnya dengan suara pelan. Sean terkekeh dan memberi kecupan singkat di pipi Aleen.

“Iya, maafkan aku. Aku lupa. Soalnya berada didekatmu membuatku lupa akan sekelilingku” Aleen mencibir walaupun ia tak menampik hatinya merasa geli karena baru digombal oleh Sean.

“Gombalnya kambuh”

“Aku akan selalu menggodamu, Sayang. Kapan pun dan dimana pun” kini keduanya tengah berjalan di trotoar sambil berbicara dan tak sadar Aleen terlalu dekat dengan jalan raya. Tanpa mereka sadari sebuah mobil melesat dengan cepat ke arahnya. Sean yang menyadarinya pun langsung menarik tangan Aleen dan membuat keduanya jatuh di atas trotoar. Banyak orang yang berteriak dan memaki mobil yang melaju dengan cepat tanpa meminta maaf.

“Kau tidak apa-apa, Sayang?” tanya Sean sambil mengecek tubuh Aleen. Apakah ada yang terluka atau tidak. Aleen yang masih syok hanya bisa terdiam dengan wajah pucat.

“Kita ke dokter sekarang” pinta Sean namun Aleen memegang tangannya.

“Aku baik-baik saja, Sayang” katanya dengan lirih. Sean tidak percaya dan berusaha mencari taksi.

“Se... Seb, aku baik-baik saja. Sungguh” ujar Aleen meyakinkan Sean. Sean yang merasa namanya berubah menoleh dan memandang heran ke arah Aleen.

“Nama samaranmu” bisik Aleen. Barulah Sean mengerti dan berdiri berhadapan dengan Aleen.

“Aku khawatir, Sayang. Sungguh. Aku membayangkan seandainya aku tidak menyadarinya dengan cepat maka kau akan tergeletak tak berdaya di sana dengan darah yang banyak. Aku tidak bisa melihatmu seperti itu. Aku –“ ucapan Sean terputus karena Aleen meletakkan jari telunjuknya tepat pada bibir Sean.

What's wrong with me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang