24

942 54 0
                                    

Setelah acara pertunangan Sean dan Aleen yang diadakan secara tertutup beberapa hari lalu, tibalah saatnya pesta pertunangan tersebut digelar. Pesta itu diadakan di salah satu hotel milik keluarga Azryl sendiri. Para undangan terdiri dari kolega kedua pihak keluarga, keluarga besar, teman-teman anak mereka, dan masih banyak lagi. Sean dan Aleen sudah berada di antara para tamu dan tengah berbincang-bincang dengan teman mereka.

"Permisi. Baiklah, terima kasih karena telah menyempatkan diri mengisi acara kami ini. Sebelumnya kalian semua pasti terkejut karena membaca isi undangan tersebut, bukan? Maafkan kami tentang hal itu. Bukannya kami bermaksud untuk menyembunyikannya dari kalian semua hanya saja ada suatu hal yang membuat kami melakukan acara pertunangan secara tertutup. Sebagai gantinya kami mengadakan sebuah pesta untuk kalian semua. Semoga kalian menikmati apa yang kami sajikan malam ini!" Kata Laura sebagai kata pembuka pesta ini. Tepukan mulai terdengar dari segala sudut. Setelah itu terdengar musik jazz yang mengalun merdu.

"Ingin berdansa, Sayang?" Bisik Sean pada tunangannya. Aleen tersenyum dan mengangguk. Ia tampak menawan dengan dress yang dikenakannya malam ini.

Mereka berdua melangkahkan kaki menuju lantai dansa bersama pasangan lainnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka berdua melangkahkan kaki menuju lantai dansa bersama pasangan lainnya. Sean merangkul pinggang Aleen dengan erat seakan Aleen akan mudah terjatuh. Aleen pun meletakkan tangannya pada dada bidang dan menyandarkan kepalanya di situ. Kaki mereka mulai bergerak indah mengikuti irama musik.

"Kau terlihat dewasa, Sayang. Aku hampir tak mengenalimu tadi" kata Sean pelan. Aleen terkekeh dan menatap mata hazel yang selalu membuatnya nyaman dan aman itu.

"Oh ayolah, Sayang. Bukankah aku sudah dewasa? Umurku sudah 20 tahun. Ya wajarlah jika aku terlihat dewasa" Sean mengecup bibir manis yang selalu membuatnya ketagihan itu.

"Tapi kau terlihat jauh berbeda ketika acara pertunangan itu, Aleen. Jauh berbeda"

"Jadi, cantikan yang mana? Aku hanya sedang ingin mengenakan dress panjang" tanya Aleen ragu. Sean tanpa ragu mencium lagi bibir Aleen dengan penuh perasaan.

"Apapun yang kau kenakan kau terlihat cantik, Sayang. Percayalah" Aleen tersenyum dan kembali menyandarkan kepalanya pada dada Sean.

"Kapan kau ingin menikah, Sean?" Tanya Aleen tiba-tiba.

"Ketika kau siap, Sayang. Aku akan menunggumu. Setidaknya aku sudah mengikatmu jadi kau tak bisa lari kemana-mana" jawab sang tunangannya.

"Bagaimana jika setelah aku menyelesaikan urusanku dengan keluargaku?"

"Aku akan menunggu saat itu tiba" mereka selesai berdansa setelah musik pertama berhenti mengalun. Keduanya turun dari lantai dansa dan hendak menuju stand minuman, namun mereka berhenti karena ada yang memanggil Sean.

"Sean!" Terlihat seorang gadis cantik dengan seorang pria matang yang memiliki raut wajah datar. Pandangan Aleen juga ikut mendatar ketika melihat si pemanggil.

"Olivia, bagaimana kau bisa kemari?" Tanya Sean heran.

"Oh, aku hanya menemani suamiku. Perkenalkan, dia suamiku, Daniel Wilson" kata Olivia. Pria tadi mengangguk dan mengulurkan tangannya.

"Daniel Wilson"

"Sean Maddison, dan disampingku ini adalah tunanganku, Aleen Azryl" kata Sean. Aleen mengangguk dan tersenyum kecil. Masih jelas di ingatannya ketika pesta kakak Chloe.

"Hm, Sean. Bolehkah aku berbicara dengan tunanganmu?" Tanya Olivia pelan. Baik Sean maupun Aleen langsung mengangkat sebelah alis mereka pertanda bingung.

"Apa yang ingin kau bicarakan denganku, Mrs. Wilson?" Tanya Aleen datar. Dalam hati Sean tertawa. Ia tak menyangka nada bicara Aleen yang satu itu masih ada di dalam diri tunangannya.

"Hanya ingin berbincang saja, tapi tidak disini, Aleen. Jangan terlalu formal padaku. Panggil Olivia saja" kata Olivia. Aleen memandang Sean seolah meminta izin. Setelah mendapat anggukan dari Sean, baru Aleen melangkahkan kakinya dan menarik tangan Olivia.

*****

"Ada apa?" Tanya Aleen dengan nada yang sama.

"Aku hanya ingin meminta maaf, Aleen. Atas kejadian 3 tahun yang lalu. Aku sadar kalau apa yang kulakukan itu salah" Aleen menoleh dan menusuk mata hijau milik Olivia. Ia mencoba mencari secuil kebohongan, namun nihil.

"Apa alasan spesifiknya?" tanya Aleen.

"Aku hanya merasa bersalah setiap waktu kepada kalian, apalagi ketika aku mengingat awal aku mencintai Daniel. Hubungan kami dimulai dengan dingin, aku yang hanya memikirkan uangnya saja dan Daniel yang tak pernah memperdulikanku. Hingga akhirnya aku terjebak dalam pesonanya dan jatuh cinta. Aku berjuang keras supaya Daniel juga mencintaiku. Awalnya susah, namun akhirnya ia juga mencintaiku. Dan aku mulai berpikir jika ada orang yang berani mengacaukan rumah tanggaku maka aku akan sangat marah, maka begitu pula yang kau rasakan waktu itu. Walaupun saat itu kalian masih pacaran, namun aku bisa merasakan ada cinta yang besar dihati kalian masing-masing. Dan disinilah aku, ingin melenyapkan rasa bersalah dan memulai pertemanan kita" Aleen terdiam mendengar penjelasan Olivia. Ia bisa menangkap sebuah ketulusan yang muncul setiap kata yang keluar dari mulutnya. Aleen menghela nafasnya dan memandang lurus ke arah para tamu yang asyik bercengkerama satu sama lain.

"Baiklah, aku memaafkanmu" Olivia menoleh dengan cepat dengan mata yang membukat sempurna.

"Kau serius?!" Aleen mengangguk dan bangkit.

"Sudah ya, aku mau menemui Sean" Olivia tersenyum lebar dan mengucapkan terima kasih sebelum mereka berpisah.

*****

Sean bisa melihat Aleen sedang berjalan menuju ke arahnya. Ia tersenyum dan berjalan menuju pujaan hatinya. Ia langsung merangkul posesif pinggang kecil milik Aleen.

"Apa yang dibicarakan Olivia denganmu, Sayang?" Tanyanya. Jujur ia sedikit khawatir, takut mereka berdua akan saling beradu seperti 3 tahun lalu. Aleen tersenyum dan menyandarkan kepalanya pada bahu Sean.

"Hanya mengenang masa lalu. Ia meminta maaf padaku atas kejadian hari itu" Sean ber-oh ria dan mengajak Aleen berbincang dengan rekan kerjanya. Kini Sean bekerja sebagai manager di salah satu perusahaan hukum milik ayahnya. Rata-rata teman Sean menggoda mereka berdua hingga rona merah timbul di pipi keduanya. Tak lama kemudian Arthur datang bersama Lily, Laura, dan Jonathan.

"Sayang, bisa kami berbicara dengan kalian berdua?" Tanya Laura. Sontak teman-teman Sean mengundur diri dari hadapan orang besar di London tersebut.

"Ada apa, Mommy?" Tanya Aleen heran.

"Sebaiknya kita duduk disana saja" kata Lily sambil menunjuk sebuah sofa panjang yang kosong. Semuanya mengangguk dan menuju ke sana.

"Ada apa, Mom?" Tanya Sean ikut heran.

"Aleen sayang, apa kamu ingin melanjutkan study S2 mu atau ikut bekerja dengan Sean?" Tanya Jonathan. Aleen tampak menimbang-nimbang tawaran sang ayah. Keduanya tawaran yang cukup menggiurkan. Namun akhirnya ia memilih salah satu diantara keduanya.

"Aku ingin bekerja dengan Sean, Daddy. Aku ingin merasakan seperti apa dunia pekerjaan dan ingin mencari pengalaman. Disamping itu aku juga bisa mempraktekkan ilmu yang telah aku dapat selama 3 tahun ini. Aku akan mengambik study S2 ku jika aku ingin, Daddy" para orang tua mengangguk sedangkan Sean langsung memeluk Aleen.

"Aku tak menduga alasanmu itu, Sayang. Aku mencintaimu" bisik Sean. Aleen tersenyum dan membalas pelukan Sean.

"I know it and I kove you too, my sun"

Vomentnya ya!

What's wrong with me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang