44

843 54 4
                                    

Siapa tadi katanya? Anggiana Georgiana?
Berbagai pertanyaan berkecamuk di dalam kepala Myscha. Dari segi fisik ia percaya kalau gadis ini adalah Anna namun seingatnya ia menyuruh putrinya untuk menggunakan nama Azryl dibelakang namanya, bukan Maddison.

“Jangan bercanda, Nona. Hanya karena aku mengatakan kau mirip putriku kau seenaknya mengatakan namamu dulunya adalah Anggiana” bantahnya. Gadis yang mengaku Anna itu menggeleng dan menatap lekat tepat pada mata biru Myscha.

“Tidak, Nyonya. Aku benar-benar Anggiana Georgiana. Perlu buktinya?” Myscha hanya menggeleng dan memegang kepalanya. Bryan memeluk ibunya dan menatap Aleen lama seolah menyuruhnya untuk mengakhiri semua ini sebelum Myscha mengamuk. Aleen mengambil sesuatu dari dalam tasnya dan menunjukkannya pada Myscha. Air mata Myscha langsung turun dan menggapai benda yang dipegang Aleen dengan tangan yang bergetar.

Benda itu adalah sebuah sebuah kalung dengan liontin berbentuk hati.

Myscha mencoba membuka liontin itu dengan harapan apa yang ada dipikirannya itu salah. Namun sepertinya harapannya tidak terwujud. Liontin itu terbuka dan di dalamnya terdapat sebuah fotonya dengan Anna kecil yang tengah tersenyum bahagia. Masih jelas di ingatan kapan Myscha memberikan kalung ini pada Anna.

-Flashback-

Hari itu adalah hari ulang tahun Anna ke-16. Semenjak kejadian itu ulang tahun Anna tidak pernah dirayakan lagi. Jadi hari itu Anna hanya menghabiskan hari jadinya dengan bermenung ria di taman yang cukup jauh dari kompleks rumahnya. Tidak ada yang mengetahui tempat ia biasa merenung itu selain…

“Sayang” ya, hanya Myscha yang mengetahui tempat persembunyiannya. Anna menoleh dan mendapati ibunya tengah tersenyum manis seperti biasanya. Anna membalas senyuman itu dan mengajak Myscha duduk di sampingnya. Kala itu Anna duduk di bawah pohon yang cukup besar.

“Merenung lagi, hm?” tanya Myscha basa-basi. Anna mengangguk pelan dan menatap langit yang cerah tanpa awan.

“Ma, boleh gak sih kalau aku tuh memilih jalan hidupku sendiri? Emang aku gak boleh bahagia ya, Ma? Kok Papa bisa-bisanya ngelakuin hal itu. Ini udah tahun kedua lo aku gak ngerayain hari ulang tahunku bersama Papa. Tahun ini Kak Bryan juga gak bisa datang bareng Mama, kan karena dia sedang sibuk mendaftarkan diri ke Universitas” keluh Anna. Ya, saat itu Anna belum mengetahui sifat buruk dari seorang Anggara Adrian. Myscha menggeleng dan mengelus rambut sepunggung Anna yang dibuai oleh angin sepoi-sepoi.

“Bukan begitu, Sayang. Papa hanya sedang sibuk menguru sesuatu sehingga –“

“Ia tak lagi memperhatikanku? Iya, Ma? Sebenarnya apa sih yang salah denganku, Ma? Hanya karena aku berbeda? Gak suka pelajaran IPS? Bisnis? Memangnya Papa itu Tuhan yang bisa ngatur semuanya sesuai kehendak dia? Gak kan, Ma?” keluar sudah semua uneg-uneg yang selama ini bersarang di kepalanya. Papanya tak lagi tersenyum ketika ia meraih prestasi yang gemilang, tak hadir dalam hari kelulusan SMP-nya, bahkan tak menoleh sedikit pun ketika Anna mengatakan kalau ia meraih peringkat pertama Ujian Nasional se-Indonesia. Hati Myscha teriris-iris mendengar ucapan anaknya dan langsung mendekapnya dengan erat. Ia bisa merasakan Anna tengah menahan tangisnya.

“Maafkan Mama, Sayang. Mama belum bisa meruntuhkan ego Papa. Papa terlalu ambisius dalam hal bisnis. Ia –“

“Sudah aku katakan aku tidak menyukai bisnis, Mama. Bisnis itu membosankan. Tak ada yang menarik bahkan cenderung licik. Aku tidak suka, Ma” isak Anna. Myscha berusaha menenangkan Anna dengan mengatakan kata-kata manis dan terus mengelus rambut anaknya dengan sayang. Setelah Anna agak tenang Myscha menguraikan pelukan mereka dan menatap netra yang sama dengannya.

What's wrong with me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang