14

1K 62 4
                                    

Paginya, rombongan Indonesia dan keluarga Maddison sedang sarapan pagi. Mereka berbicara ringan dan disertai tawa. Hingga akhirnya kepala keluarga Maddison mengatakan kalau mereka akan memulai liburan singkat. Anna sedang duduk di depan meja rias. Ia mengenakan make up yang tipis dan mengenakan dress cantik dan membiarkan rambut coklat terang yang sudah sepinggang itu tergerai cantik.

 Ia mengenakan make up yang tipis dan mengenakan dress cantik dan membiarkan rambut coklat terang yang sudah sepinggang itu tergerai cantik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah selesai, Anna pun keluar. Ia terkejut melihat Sean sudah berdiri di depan kamarnya. Ketampanannya bertambah ketika Sean mengenakan kemeja kasual berwarna dongker dan jeans hitam. Jantung Anna berdegup kencang ketika Sean tersenyum ke arahnya, namun dengan cepat ia menutupi kegugupannya dengan membalas senyuman itu.

"Kau kelihatan.. cantik" puji Sean jujur. Ia sebenarnya juga gugup melihat kecantikan Anna bertambah berkali lipat dari biasanya. Anna mengernyitkan dahinya dan menyilangkan tangan di depan dadanya.

"Jadi selama ini aku tak cantik?" Godanya.

"Bukan begitu.. tapi kali ini cantiknya terlihat berbeda" terang Sean gelagapan. Anna terkikik dan menepuk pelan bahu tegap Sean.

"Sudahlah, aku hanya bercanda. Lagi pula kadar ketampananmu juga bertambah" ujar Anna jujur dan meninggalkan Sean yang masih mematung di sana. Ia memegang dadanya yang terasa sesak.

Padahal sewaktu aku pacaran dulu rasanya tak seperti ini. Anna... kau harus bertanggung jawab. Batinnya dan mengejar Anna.

*****

Maya dan yang lainnya tak berhenti berdecak kagum dari tadi, karena kini mereka tengah berada di salah satu limousin yang dimiliki keluarga Maddison. Ayah Sean berpikir akan lebih semarak jika mereka pergi bersama-sama seperti ini dibandingkan menggunakan 2 mobil. Maya tak henti-hentinya berselfie ria dengan Bu Sri dan kakak pelatih, namun Anna hanya diam dan memperhatikan tingkah rekannya.

"Tak ikut berfoto, Anna?" Tanya ayah Sean.

"Ah, tidak, Sir. Saya hanya sedang tidak ingin" jawab Anna pelan.

"Jangan panggil aku Sir, panggil saja Dad. Seperti Sean" Anna memandang penuh heran ke arah kepala keluarga Maddison itu.

"Tak apa, Sir. Saya lebih menyukai panggilan Sir dibandingkan Dad. Saya bukan siapa-siapa Anda" tolak Anna halus. Ayah Sean terkekeh pelan.

"Sebentar lagi kau akan menjadi 'siapa-siapa' kami, Anna. Percayalah" ujar pria itu dan duduk disamping istrinya yang tersenyum melihat ekspresi Anna yang terkejut. Sedangkan Sean hanya memandang Anna tanpa berniat melepaskan tatapannya itu. Anna tak berniat memikirkan ucapan pria tadi dan bergabung dengan Maya dan lainnya. Diam-diam Sean mengambil beberapa kegiatan Anna dan rekannya dengan kamera ponselnya.

*****

Sesampainya di Sungai Thames, mereka semua menuju sebuah pesiar yang sudah disewa keluarga Maddison. Kali ini bukan Maya dan yang lain saja yang berdecak kagum, Anna juga terlihat kagum dengan pemandangan yang disuguhkan. Dari tadi ia tak berhenti tersenyum dan menikmati suasana sungai itu. Beberapa kali ia ikut berfoto dengan rekannya. Setelah agak bosan Anna pun menuju tempat teratas dari kapal ini. Ia pun mulai merentangkan tangannya meresapi angin sepoi-sepoi. Tak lama kemudian ia merasakan seseorang sedanh berdiri di belakangnya. Anna berbalik dan terkejut karena wajahnya sangat dekat dengan wajah orang itu.

What's wrong with me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang