Malam itu juga Bryan pergi ke Bali untuk mengurus proyek perusahaan keluarganya. Sebenarnya ia sangat lelah, baik fisik maupun bathin. Ia ingin pergi seperti adiknya yang sekarang entah dimana, namun ia memikirkan sang mama, Myscha. Ia tak rela melihat mamanya yang telah menderita semenjak Anna meniggalkan kediaman Adrian. Bahkan Myscha terlihat kurus karena ia tak mau makan selain bersamanya. Sebelum pergi tadi Bryan telah membujuk Myscha agar mau makan tanpa ada dirinya. Ia tersenyum miris mendengar perkataan Myscha setelah itu.
“Baiklah. Mama akan makan nanti di kamar Anna. Setidaknya disana ada foto Anna yang masih Mama simpan tanpa sepengetahuan Papamu”
Bryan menghela nafasnya dan mulai memasuki bandara. Ia akan menyelesaikan tugasnya disini dengan cepat agar Myscha tak tambah depresi. Ya, Myscha depresi semenjak ia dan keluarganya melihat video Anna yang telah bertunangan dengan pemuda asal London. Sejak saat itu dia hanya mau bertemu dengan Bryan. Bahkan Myscha akan marah besar jika ia melihat Angga dan ayah mertuanya, Adriansyah. Tapi Angga hanya memcari dokter psikiater dan setelah itu ia jarang menemui sang istri yang lebih suka tidur di kamar Anna atau Bryan. Jika sang mama tidur di kamarnya maka Bryan yang akan tidur di kamar tamu.
Bryan menggelengkan kepalanya dan mulai melakukan check-in.Dimana pun kau berada, kakak mohon kembalilah, Anna. Demi Mama. Doa Bryan.
*****
Bryan merenggangkan badannya sebelum bangun dari ranjangnya. Setelah sampai di Bali ia langsung ke hotel tempat ia menginap selama beberapa minggu ke depan. Ia pun berjalan ke arah kamar mandi karena badannya terasa lengket. Setelah mandi Bryan pun keluar dari kamar hotelnya dengan kaus putih polos dan celana jeans.
Ketika ia berjalan di menuju lift ia melihat sepasang kekasih yang tengah bercanda gurau. Pertama ia tak memperdulikannya, tapi setelah melihat wajah si gadis membuatnya terpaku.Wajah itu… pikirnya.
Tanpa pikir panjang Bryan langsung mencekal tangan si gadis yang tentu membuat pasangan bule itu terkejut.
“Hey, What’s wrong, Dude?” tanya si pemuda.
“Anna? Ini kau?” tanya Bryan pula.
*****
“Anna? Ini kau?” pertanyaan yang dilontarkan pria asing ini seketika sukses membuat senyum Aleen menghilang. Matanya juga membulat dan refleks menoleh pada si pria yang tampak tua setahun dari Sean. Ia bisa merasakan matanya memanas melihat siapa yang mencekal tangannya.
Kakak yang dirindukannya. Kakak yang sangat ia sayangi. Bryanaldi Adrian.
Aleen tidak menjawab pertanyaan Bryan dan lebih memilih menatap sang kakak. Kalau tidak salah umur Bryan sekarang 23 tahun. Kakaknya itu terlihat sangat tampan. Lalu ia menatap mata coklat itu yang tengah menatapinya penuh rindu. Aleen bisa melihat mata itu telah berkaca-kaca. Jujur ia ingin sekali berhambur ke dalam pelukan Bryan yang selalu bisa menenangkannya jika ia memiliki masalah.
Namun sayangnya ia tak bisa.
Tangan yang tidak dicekal Bryan mengepal kuat hingga jari-jarinya memutih. Aleen melepas cekalan Bryan dan tersenyum kecil yang terasa enggan keluar dari bibirnya.
“I’m sorry, but my name is Aleen. Not Anna” Aleen berusaha sekuat tenaga untuk tidak menangis. Bryan yang mendengarnya pun mencelos dan tersenyum kecil pula.
“Really? But you are like my lost sister, Anna. You are so like her” tanyanya memastikan.
Iya, Kak. Ini aku, Anna. Adikmu. Bathin Aleen berteriak ingin mengatakan itu.
“Dia bukan Anna, tapi namanya Aleen Maddison, Tuan” kata Sean dengan bahasa Indonesia lancar. Bryan menoleh dan memandang Sean dengan heran.
“Kami bukan pertama kalinya datang ke Indonesia, Tuan. Ini yang kedua kalinya. Perkenalkan, namaku Sean Maddison, suami Aleen” kata Sean lagi dan mengulurkan tangannya. Bryan pun menjawab uluran tangan itu.
“Oh begitu. Namaku Bryanaldi Adrian. Salam kenal” mata Bryan kembali menatap Aleen dengan seksama.
“Kau sungguh sangat mirip dengan adikku. Maafkan sikapku tadi” sesal Bryan. Namun feeling-nya mengatakan kalau wanita yang bernama Aleen Maddison ini adalah adiknya Anggiana Georgiana.
“Tidak masalah, Bryan. Aku tidak keberatan” karena aku memang adikmu, Kakak! Sambung Aleen dalam hati.
“Kalian mau kembali ke kamar kalian?” tanya Bryan mengubah topik pembicaraan.
“Ya, kau benar. Kami baru saja jogging di sekitar pantai” jawab Sean. Bryan hanya mengangguk lemah. Aleen yang iba melihat kakaknya yang tengah bersedih pun memegang tangannya. Ia yakin Sean tak akan cemburu pada kakak iparnya sendiri.
“Kau bisa memelukku jika kau sangat merindukannya. Anggap saja aku Anna dan luapkan saja semua apa yang kau rasakan sekarang” Bryan sangat ingin melakukannya namun ia takut suami dari wanita ini akan mengamuk.
“Tenanglah, dude. Aku tak akan marah karena aku tahu alasannya” barulah Bryan memeluk Aleen dengan erat seolah-olah wanita dihadapannya ini adalah adiknya.
Padahal itu memang benar. Aleen Cheveryl Maddison adalah nama samaran dari Anggiana Georgiana.
Aleen hanya bisa mengelus punggung tegap sang kakak, padahal ia ingin sekali membalas pelukan itu dengan erat pula. Ia bisa merasakan bahunya basah. Ia tahu Bryan tengah menangis. Tanpa sadar air mata yang tadi menggenang di pelupuk matanya kini jatuh dan jatuh semakin deras.
Ia sangat merindukan pelukan ini. Sangat sangat merindukan kakaknya.
Kak Bryan. Ini aku, Anna. Aku hanya bisa maaf karena membohongimu saat ini. Tapi percayalah, suatu hari nanti kita akan kembali berjumpa. Dan aku akan mengatakannya dengan lantang kalau aku adalah Anggiana Georgiana yang selama ini kau cari. Aku merindukanmu dengan sangat. Aku juga menyayangimu hingga rela menyembunyikan identitasku yang sebenarnya demi keselamatanmu dan Mama. Aku tahu keadaan Mama yang hancur semenjak kepergianku. Maafkan aku, maafkan aku. Aku tak berada di sisi kalian selama ini. Aku tak menghubungi kalian selama in. Aku tahu kalau kau juga telah mengetahui sesuatu tentang Angga. Aku bahkan tahu kalau Mama tak lagi diperdulikan oleh Angga. Mama tak lagi mau makan tanpa dirimu atau foto-fotoku. Maaf, maafkan aku. Aku adik yang jahat! Ucap Aleen dalam hati dengan harapan Bryan bisa mengetahui semua keluh kesahnya.
Bryan menguraikan pelukan itu dengan mata yang sedikit memerah.
“Terima kasih karena telah mengizinkanku untuk memelukmu dan menganggap kalau kau adalah Anna. Sekali lagi terima kasih. Baiklah, aku permisi. Aku harap kita bisa berjumpa dan berbicara tanpa bayang-bayang Anna yang melintas di kepalaku ketika aku melihatmu, Nyonya” ujar Bryan dan meninggalkan pasangan itu dengan senyuman kecil nan pilu. Aleen menatap kosong punggung kakaknya yang menjauh darinya. Ia ingin sekali berlari dan memeluk punggung tegap itu, namun tak bisa. Tanpa disadarinya isakan kecil mulai terdengar. Sean pun membawa sang istri ke dalam pelukannya.
“Menangislah, Sayang” langsung saja isakan kecil tadi berubah menjadi tangisan yang membuat siapapun akan terenyuh mendengarnya.
“Dia… dia kakak… ku, Sean. Aku.. aku ingin sekali.. memeluknya.. mengatakan padanya kalau aku.. adalah Anna yang… yang selama ini… dicari… nya. Tapi karena… Angga sialan itu… aku… aku… tidak bisa… Sean. Aku… merindukan… dirinya… juga Mama” lirih Aleen. Sean pun berusaha menenangkan Aleen dan mengajaknya masuk ke dalam kamar mereka.
Di dalam kamar itu Sean membaringkan Aleen yang masih sesenggukan. Ia terus mengelus rambut Aleen dengan sayang dan membuat Aleen mengantuk.
“Tidurlah, Sayang. Kau akan merasa lebih baik setelahnya” akhirnya Aleen pun terlelap dengan hati yang gundah. Sean pun mengecup dahi Aleen lama sebelum ikut tertidur.
“Aku akan ikut membalaskan dendammu pada Angga, Aleen”
Vomentnya jangan lupa ya gengs!
Maafkan daku yang belakangan ini gak up sesering biasanya karena maklum hari kemenangan kita umat muslim kan udah dekat jadi aku bantuin ibu bikin kue lebaran. Ini pun aku sempat-sempatin utk up. Sekali lagi gomenasai ya minna!
Trus ikuti perjuangan Aleen (Anna) menghadapi ayahnya ya!
![](https://img.wattpad.com/cover/142307798-288-k680642.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
What's wrong with me?
General FictionCerita #1 Broken home -Anggiana Georgiana Adrian a.k.a Aleen Cheveryl Azryl- "Perbedaanku membuat semua keluargaku menjauhiku. Hanya Mama dan kak Bryan yang berada di sisiku ketika mereka mengabaikanku. Mereka menjauhiku hanya karena aku berbeda. Sa...