Hasil testpack yang memunculkan 2 garis merah membuat seisi mansion Azryl memekik bahagia. Mereka bergantian memeluk Aleen namun lagi-lagi Bryan dan Kevan harus menelan kekecewaan karena tidak bisa memeluk satu-satunya adik perempuan mereka. Akhirnya mereka hanya bisa berpuas diri dengan mengucapkan kata selamat dari kejauhan saja.
Sean adalah pihak yang paling bahagia sekarang. Karena istri tercintanya tengah mengandung buah hati mereka. Setelah berpamitan kepada semua anggota keluarga Azryl, Myscha dan Bryan, Sean pun mengajak Aleen untuk memeriksa kandungannya pada dokter pribadi keluarga Maddison. Sean bahkan lupa mengabari orang tua dan kakaknya. Kini mereka berdua tengah menuju rumah sakit.
“Sayang, apa yang kau rasakan sekarang? Apa kau menginginkan sesuatu sebelum ke rumah sakit? Apa perutmu mual? Atau kepalamu sakit?” Aleen terkekeh mendengar rentetan pertanyaan yang ditanyakan Sean padanya.
“Aku harus memulainya dari mana untuk menjawab pertanyaanmu yang sungguh banyak, Sean? Tenanglah, aku baik-baik saja. Tidak mual, tidak sakit kepala, dan tidak menginginkan sesuatu. Kau tidak perlu berlebihan” jawab Aleen yang masih terkekeh.
“Aku sungguh khawatir, Sayang. Aku tidak ingin sesuatu terjadi pada anak kita” kata Sean sambil mengelus perut rata Aleen. Aleen tersenyum dan memegang tangan Sean yang berada di perutnya.
“Kita akan menjaganya, Sayang” ingin sekali Sean mencium seluruh permukaan wajah Aleen sekarang. Namun ia harus fokus mengendarai mobil karena ia tak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada mereka.
*****
Sean merangkul pinggang Aleen dengan erat seakan tak membiarkan sang istri jauh-jauh darinya. Aleen hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat sikap posesif Sean yang bertambah. Namun ia mencoba memakluminya karena Sean hanya khawatir padanya dan juga anak mereka. Ia sebenarnya juga tidak menyangka bahwa semua perubahan sikapnya karena bawaan si jabang bayi. Ia mengelus perutnya yang masih rata dan tersenyum bahagia.
Mama dan Papa akan menjagamu, Sayang. Tumbuh baik di sana ya. Ucapnya dalam hati. Mereka berdua langsung masuk ke ruangan dokter karena mereka telah menelepon sang dokter sebelumnya.
“Good morning,dokter” sapa mereka.
“Good morning, Mr dan Mrs Maddison. Ada yang bisa Saya bantu?” tanya dokter dengan ramah.
“Tadi istriku mengecek kehamilannya dengan menggunakan testpack dan hasilnya muncul 2 garis. Dan kami kini hendak memastikannya langsung dengan dokter” jelas Sean langsung. Dokter tersebut tersenyum dan menggiring Aleen untuk berbaring di atas ranjang yang berada tak jauh dari mereka. Dokter pun mulai memeriksa Aleen dengan tenang. Tak lama kemudian dokter menyudahi pemeriksaan dan kembali ke tempat duduknya, begitu juga dengan Aleen.
“Sudah berapa hari Anda terlambat menstruasi, Mrs. Maddison?” tanya sang dokter. Aleen tampak berpikir sejenak.
“Sudah hampir 3 minggu, dok” dokter tersebut mengangguk dan menuliskan sesuatu di catatannya.
“Saya rasa kehamilan Anda telah memasuki umur 2 minggu. Dan menjelang kehamilan Anda kuat, sebaiknya Anda tidak melakukan pekerjaan yang berat hingga membuat Anda kelelahan. Dan untuk pemeriksaan selanjutnya ada baiknya kalian pergi ke dokter kandungan” saran dokter. Sean dan Aleen mengangguk pertanda setuju dengan sang dokter. Dokter pun memberikan secarik kertas yang berisi catatannya yang harus ditebus di apotik. Pasangan muda tersebut pamit dan tersenyum sebelum meninggalkan ruangan sang dokter.
*****
“Kau dengar perkataan dokter tadi, Sayang? Dilarang melakukan pekerjaan yang berat. Maka aku memutuskan untuk melarangmu untuk bekerja” pinta Sean. Aleen terbelalak mendengar keputusan Sean. Ia tak menyangka dengan apa yang dikatakan sang suami.
KAMU SEDANG MEMBACA
What's wrong with me?
General FictionCerita #1 Broken home -Anggiana Georgiana Adrian a.k.a Aleen Cheveryl Azryl- "Perbedaanku membuat semua keluargaku menjauhiku. Hanya Mama dan kak Bryan yang berada di sisiku ketika mereka mengabaikanku. Mereka menjauhiku hanya karena aku berbeda. Sa...