Tak terasa hari ini adalah hari ujian terakhir bagi Anna. Setelah ia mengetahui headline tentang keluarganya, ia kembali menjadi orang yang tertutup bahkan pada keluarga Maya. Mereka hanya bisa mengerti dengan sikap Anna. Karena siapapun diposisinya akan melakukan hal yang sama. Setelah selesai ujian Anna langsung menuju kantor dan menemui Nabila.
"Permisi. Saya ingin mencari Bu Nabila" ujarnya pada salah satu guru.
"Oh, Anna. Bu Nabila sedang diruang kepala sekolah, nak" kata salah satu guru.
"Oh gitu. Terima kasih, Bu" ujar Anna dan meninggalkan kantor. Kaki jenjangnya langsung menuju ruang kepala sekolah yang tak jauh dari kantor. Ia mengetuk pintu dan langsung masuk ketika mendapat jawaban dari dalam.
"Permisi. Saya ingin menyerahkan nama saya selagi disana" kata Anna tanpa basa basi. Nabila mengangguk dan mengambil kertas dari tangan Anna. Ia membacanya dan memandang lekat Anna.
"Nama yang bagus. Tapi bukankah artinya sendirian?" Anna mengangguk pelan.
"Karena nama itu mencerminkan siapa diri saya. Nama Anna juga mencerminkan tentang saya. Saya pintar, berbakat, atau apapun itu. Namun sendirian selalu menemani saya selama 3 tahun dan ke depannya" jelas Anna datar. Hati siapapun akan terenyuh mendengar penjelasan Anna tadi. Nabila bangkit dan memeluk Anna. Kepala sekolah hanya memandang penuh kasihan pada murid kesayangannya itu.
"Ehm. Baiklah, kami akan mengurus sisanya. Lalu bagaimana dengan nama belakangnya?" Tanyanya.
"Saya tinggal bilang saya berasal dari Indonesia. Disini kita tidak wajib mempunya nama keluarga, bukan? Saya yakin mereka akan mengerti" jawab Anna. Kepala sekolah mengangguk.
"Dan saya ingin meminta, seandainya ada undangan acara perpisahan untuk wali murid, Bapak dan Ibu bisa mengirimnya langsung dikediaman Adrian, lebih tepatnya langsung ke tangan mama saya. Karena ia yang akan pergi" pinta Anna lagi.
"Maaf sebelumnya, tapi bukankah kamu sudah keluar dari rumah itu, nak? Bagaimana kalau kamu membawa orang tua Maya saja?" Tanya Nabila dengan hati-hati, takut Anna merasa tersinggung. Anna menyunggingkan senyuman dinginnya.
"Saya sudah meminta hal itu pada Angga sebelum saya pergi dari rumah itu. Permisi" jawabnya dan pergi begitu saja. Yang ditinggal hanya mengerutkan dahinya tanda tak paham.
"Terkadang aku tak mengerti apa yang ada didalam otak pintarnya" tukas kepala sekolah.
"Saya yang dekat dengannya saja tak mengerti, Pak. Apalagi orang lain" balas Nabila dan menggelengkan kepalanya pelan.
*****
Kini Anna dan Maya sedang bersiap-siap untuk berangkat ke Bali. Mereka akan pergi untuk melanjutkan perlombaan mereka tingkat Nasional.
"Semoga kita menang ya, Anna" doa Maya.
"Bukan semoga, tapi harus. Kalau tidak bagaimana dengan rencanaku?" Maya meringis mendengar ucapan Anna.
"Iya, tapi sebelumnya tentu kita berdoa dulu. Kita kan gak tahu apa yang ada didepan kita" Anna hanya diam dan terus memasukkan pakaiannya ke dalam koper. Maya pun diam karena tak tahu apa lagu yang akan ia bicarakan dengan Anna. Semenjak hari itu Anna semakin tak tersentuh olehnya sendiri. Seolah-olah Anna memang menutup diri dari semua orang.
Apa yang harus aku lakukan agar sifatmu sedikit terbuka padaku, Anna? Aku tak tahu lagi apa yang harus aku lakukan. Katakan padaku, please. Aku merasa tak berguna sebagai sahabatmu melihatmu dalam berbagai masalah. Batin Maya.
KAMU SEDANG MEMBACA
What's wrong with me?
General FictionCerita #1 Broken home -Anggiana Georgiana Adrian a.k.a Aleen Cheveryl Azryl- "Perbedaanku membuat semua keluargaku menjauhiku. Hanya Mama dan kak Bryan yang berada di sisiku ketika mereka mengabaikanku. Mereka menjauhiku hanya karena aku berbeda. Sa...