39

846 47 0
                                    

Beberapa hari kemudian Bryan tidak melihat pasangan muda itu. Sering kali ia menunggu di depan kamarnya seperti orang bodoh hanya demi bisa berbicara dengan wanita yang sangat mirip dengan Anna itu. Feeling-nya sebagai kakak mengatakan kalau wanita itu benar-benar Anna. Dilihat dari segi mana pun. Apalagi mata biru itu yang seperti memandang penuh kerinduan namun wanita yang mengaku bernama Aleen itu cukup pandai menutupi raut wajahnya. Hal itu membuatnya semakin gusar dan sering tidur agak larut karena memikirkannya.

Apakah wanita yang bernama Aleen itu adalah Anna?

Kalau iya kenapa ia berbohong padanya, kakak kandungnya sendiri?

Apa ada lagi yang tidak diketahui oleh Bryan?

Bryan mengerang frustasi dan lebih memilih mengistirahatkan badan dan pikirannya untuk hari esok. Karena proyek yang tengah dikerjakannya masih tinggal sedikit. Ia juga akan mencari tahu siapa sosok Aleen Maddison yang sebenarnya.

Dilain tempat tampak seorang wanita dan pria tengah duduk berdua di atas ranjang mereka sambil sang wanita memangku sebuah laptop.

“Bagaimana, Sayang? Apa kau sanggup membuat kakakmu semakin bingung dan terluka?” tanya si pria.

“Aku hanya ragu, Sayang. Aku takut ketika aku mengatakan semuanya mata-mata dari pria tua bangka itu malah melihat kita dan semua yang telah aku rencanakan bisa hancur berantakan” jawab si wanita dengan wajah gusar. Mata si wanita juga tampak memerah karena menangis. Sang pria pun memeluk wanitanya dan tak lupa mengecup pucuk kepala wanita itu.

“Dengarkan aku, Aleen sayang. Kita bisa menyusun rencana untuk bisa bertemu dengan Bryan tanpa diketahui oleh mata-mata dia. Kita akan segera menyusun rencana itu hingga kau bisa memeluk Bryan dengan leluasa tanpa ada bayang-bayang dia. Aku juga merasakan kalau Bryan menyembunyikan sesuatu tentang dia” kata pria yang ternyata Sean. Aleen hanya menatap layar laptopya. Di situ terlihat Bryan tengah berpikir keras sebelum akhirnya ia terlelap. Aleen dan Sean berusaha membuat rencana sederhana namun ampuh supaya mata-mata Angga tidak bisa mengintai Bryan ketika mereka berbicara. Tiba-tiba Sean menjentikkan tangannya dan membawa Aleen duduk di hadapannya.

“Aku punya rencana”

*****

Bryan saat ini baru saja pulang dari mengerjakan proyek perusahaannya itu. Ia tampak kelelahan namun ia tetap tersenyum ketika para karyawan menyapanya. Tiba-tiba ponselnya berbunyi dan sebuah pesan masuk dari nomor yang tak dikenalinya.

Bisakah kita bertemu, Bryan? Ini aku, Sean Maddison. Ada yang ingin aku bicarakan denganmu. Kau bisa datang ke kamar kami nomor 2005.

Bryan mengernyit tak mengerti. Kenapa setelah tak bertemu beberapa hari pasangan itu mengajaknya bertemu? Bryan senang karena akhirnya ia bisa melihat ‘kembaran’ Anna, tapi tetap ia tak mengerti kenapa baru sekarang. Tiba-tiba ponselnya kembali berdering dan pesan dari Sean kembali masuk.

Hapuslah 2 tadi atau kau tak akan menemukan apa yang kau ingin ketahui. Percayalah, ini demi kebaikan semuanya.

Setelah membacanya Bryan pun masuk ke dalam lift sambil menghapus 2 pesan dari Sean.

“Sebenarnya apa yang dia rencanakan? Apa ini ada kaitannya dengan Aleen itu? Apa dia benar-benar Anna?” tanyanya gusar. Tak terasa lift berdenting dan terbuka. Bryan melangkah dengan cepat menuju kamar Sean dan Aleen.
Sesampainya di depan pintu kamar mereka Bryan menghela nafasnya sebentar sebelum mengetuk pintu. Tak lama kemudian keluarlah Sean dengan wajah yang serius dan menatap sekelilingnya sebelum mengizinkan Bryan masuk. Bryan hanya mengikuti saja walaupun ia sangat bingung dengan sikap pria di depannya ini.

“Baiklah, Sean. Apa yang ingin kau katakan padaku?” tanyanya penasaran. Sean pun duduk dan mau tak mau Bryan juga ikut duduk di sofa.

“Bisakah kau memegang rahasia, Bryan?” tanya Sean serius. Bryan yang mulai jengah dengan teka-teki yang dibuat Sean pun menggebrak meja di hadapannya pelan.

“Apa yang sebenarnya ada di kepalamu, Tuan?”

“Aku bertanya padamu Bryanaldi Adrian apa kau bisa menyimpan rahasia besar?” tanya Sean yang berusaha untuk tetap bersabar. Bryan mengambil nafas dan membuangnya secara perlahan dan kembali menatap Sean tajam.

“Baiklah. Rahasia apa yang ingin kau simpan?” tanyanya datar. Sean melirik ke arah pintu yang tak jauh dari mereka dan Bryan pun mengikuti pandangan pria itu. Pintu itu terbuka dan terlihat wanita yang sangat menyerupai Anna. Bryan memicingka matanya dan melihat perbedaan Aleen yang ditemuinya beberapa hari lalu dengan sekarang. Ya, perbedaannya adalah warna rambut. Warna rambut Aleen saat itu adalah sandy blonde, sedangkan sekarang berwarna coklat sama seperti Anna. Dan itu membuat Aleen terlihat sangat mirip dengan adiknya.

“Apa maksudnya, Sean?” tanya Bryan tanpa mengalihkan pandangannya dari Aleen yang kembali menatapnya penuh kerinduan. Sean hanya bungkam.

“Aku merindukanmu, Kak” kata Aleen pelan. Bryan terpaku bagai disambar petir ketika Aleen memanggilnya Kakak.

Apa benar wanita ini adalah Anggiana Georgiana? Pikir Bryan.

“Kau benar, Kak. Aku Anna, Anggiana Georgiana” Bryan memandang Aleen sedikit curiga bercampur amarah. Kemarin wanita itu tidak mengakui dirinya Anna, lalu sekarang? Apa maksud dari pasangan ini?

“Kemarin kau mengatakan kalau namamu adalah Aleen Maddison, Nyonya. Lalu apa maksud dari perkataanmu tadi?” tanya Bryan. Rahangnya mengetat karena berusaha menahan amarah.

“Aku terpaksa mengatakan nama yang kugunakan selama di London padamu, Kak. Aku hanya tak ingin Angga tahu kalau aku telah kembali” pikiran dan hati Bryan tengah berdebat. Pikirannya menolak dengan apa yang gadis ini katakan, namun hatinya menyetujui hal itu.

“Kau bisa menanyakan apa pun yang hanya diketahui oleh Bryanaldi dan Anggiana” kata Aleen sambil tersenyum kecil. Air matanya tak henti-hentinya turun dari mata birunya. Bryan tampak mengontrol emosinya dengan mengambil nafas dan membuangnaya perlahan.

“Baiklah. Pertanyaan pertama, apa alasan yang sebenarnya seorang Anggiana Georgiana dicabut nama Adrian dari namanya?” tanya Bryan berusaha tenang.

“Karena aku menahan tangan Angga yang hendak memukul Mama karena membelaku di hadapan orang tua Natalie” jawab Aleen tenang. Bryan terkejut, karena selama ini keluarga Adrian hanya bungkam dan tak ada yang tahu alasan di balik kejadian itu.

Percayalah, dia adikmu yang selama ini kau cari. Kata hati Bryan sendiri.

“Pertanyaan kedua, kepada siapa aku memberikan seluruh pakaian dan trophy milikmu ku berikan?” tanyanya lagi. Mata coklatnya tak lepas dari mata biru yang tengah memandanginya penuh rindu dan rasa bersalah.

“Kau mengantarkan ke ruang kepala sekolah. Di sana kau memberikannya pada beliau dan ternyata Bu Nabila juga berada di sana. Jadi kau menyerahkan semuanya pada mereka” Bryan mengepal tangannya sendiri dengan erat.

Lagi, jawaban itu benar.

Peluklah dia, Bryan. Jangan biarkan dia meninggalkanmu lagi. Kata hatinya lagi.

“Pertanyaan terakhir…” Bryan menghela nafas sebelum melanjutkan perkataannya. Jika jawaban kali ini benar maka ia tak akan ragu lagi. Ia tak akan ragu lagi jika wanita ini adalah Anggiana Georgiana, saudaranya, adik yang sangat dirindukannya dan sangat ia sayangi.

“Apa yang kau tanyakan padaku malam itu sebelum APSN berlangsung dan sebelum masalah Natalie terungkap?” Aleen tersenyum dan membiarkan pipinya basah oleh air matanya sendiri. Sean sangat ingin menghapus air mata itu namun ia ingin Aleen tenang dengan membiarkan air mata itu jatuh begitu saja.

“Apakah salah jika aku yang berasal dari jurusan IPA mengambil jurusan hukum ketika aku kuliah kelak?”

Vote dan comment para pembaca!

What's wrong with me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang