Happy reading para siders..
Makasih yang udah Voment...
Reygan membelanya.
Reygan... jadi pahlawannya.
"I-Iya, Kak... Maaf," ujar Gigi, gemetar.
Tanpa menunggu lagi, Gigi berdiri dan pergi dari meja itu dengan kepala tertunduk.
"Makasih," ucap Noura, tersenyum tulus pada Reygan.
"Gabakal kapok kalo nggak ditegasin," jawab Reygan, masih terdengar kesal.
Noura tidak menjawab. Hanya menatap pria itu dalam-dalam.
Diam-diam, ada rasa hangat yang muncul di dadanya.
•INTROVERT•
"Ta... jangan ke perpus mulu kek! Gue bosen lo tinggal mulu. Balik lagi dong jadi Genta yang dulu, jangan pake hoodie mulu, gak gerah apa?" omel Egar pada sahabat kecilnya.
Dulu, Genta jarang mengenakan hoodie.
Ada sesuatu yang berubah... sesuatu yang membuatnya memilih untuk menutupi sebagian dirinya dari dunia.
Egar tahu betul itu. Ia tahu semua masalah Genta, dari A sampai Z.
Tapi tetap saja, kadang ia kesal.
Genta hanya diam, tidak menjawab.
Sudah biasa.
"Ada Bu Era. Lepas hoodie lo. Diomelin lo yang ada." bisik Egar, menyadarkan Genta yang duduk lemas di kursi.
Genta pun menuruti. Ia membuka hoodienya perlahan.
Dan seperti biasa, beberapa teman sekelas—terutama kaum hawa—langsung melirik.
Genta memang punya tampang. Tapi justru karena itu ia lebih memilih menutupinya.
Ia tidak suka menjadi pusat perhatian.
Tatapan-tatapan itu... membuatnya tak nyaman. Tapi ia tetap menahan.
Setidaknya, dengan begitu dia bisa belajar mengurangi ketergantungannya pada hoodie.
Bu Era memberi tugas di papan tulis.
Matematika. Membuat otak hampir semua murid mengerut seperti kertas basah.
"Ta, ini gimana sih?" tanya Egar sambil menunjuk soal nomor tujuh.
Genta, yang sebelumnya merebahkan kepala ke tembok, langsung menoleh.
"Mana?"
"Nih."
Genta mulai menjelaskan dengan tenang sampai Egar paham—atau setidaknya mengangguk pura-pura paham.
Setelah itu, Genta kembali ke posisi semula.
Egar menyelesaikan beberapa soal lagi, sebelum Diana memanggil pelan dari seberang bangku.
"Sstt... Gar... sst..."
Egar menoleh.
"Ajarin gue nomor tujuh dong..."
"Tanya Genta aja. Gue gak ngerti."
"Gak mau... Takut! Lo aja udah selesai tuh."
"Ini tulisan Genta. Bukan gue. Mau nyontek?" tawarnya santai.
"Ihh! Gue minta ajarin, bukan contekan."
"Lah, gue aja gak ngerti... Mau minta ajarin sama gue?" balasnya, lalu terkekeh.
"Yaudah deh... Tapi kalau gue kena semprot, lo tolongin gue ya."
"Lebay! Paling juga didiemin doang."
"Jahat lo!" Diana memukul lengan Egar.
Mereka bertukar tempat.
Diana duduk di samping Genta, lalu mencoba memanggilnya—pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Introvert - Completed
Teen FictionPERINGATAN ⚠ sekali baca gabisa berhenti loh wkwkwk Arkan yang masih Setia menunggu rasanya terbalas. Riri yang selalu menemani Arkan ke kantin, bahkan banyak orang yang menatap apakah mereka berpacaran? Tapi percayalah mereka bukanlah tokoh utaman...
