Malam Berdarah

467 15 0
                                    

"Kita tak akan bisa bersama. Untuk sementara, ataupun untuk waktu yang lama."

El

Malam itu, El dan kawan-kawannya harus pulang larut malam karena mengejar dead line tugas. Tugas yang tak kunjung usai akibat mereka sering menunda-nunda pengerjaannya. Tugas yang semakin beranak pinak ketika ditinggalkan.

Mereka mengerjakan tugas di dalam perpustakaan. Sebelumnya, mereka sudah ijin dulu kepada guru piket untuk pulang malam. Dan guru piket pun setuju, asal jangan sampai lewat jam 12 malam. El tak yakin apakah mereka bisa menyelesaikan tugas itu sampai jam 12 malam. Mungkin jikalau akademik mereka sedikit meningkat, mereka bisa menyelesaikan tugas itu di bawah jam 12 malam

««***»»

Hawa dingin semakin menusuk tulang ketika jam menunjukan pukul 11. Cuaca pada malam itu juga kurang bersahabat. Angin disertai awan mendung yang memenuhi langit. Pintu jendela perpustakaan berulang-ulang terbuka karena tak tahan dengan terpaan angin yang kencang.

"El tutup tuh jendelanya! Dingin banget sumpah!" Perintah Rama sambil berusaha menghangatkan dirinya dengan jaket kulit tebal yang ia bawa.

El menuju ke arah jendela. Angin kencang masuk mengibaskan daun jendela dan juga gorden yang ada. El melongok keluar jendela. Gelap dan sepi. Hanya ada satu cahaya di bawah sana. Post satpam. Pak Jhon berjaga di sekolah ini. Bisa dibilang ia tinggal di sekolah ini.

Wushhhh ...

"Eh busyet apaan tuh?" Tanya El ketika ia melihat sesuatu yang bergerak melesat ke dalam pohon beringin. Bulu kuduk El langsung merinding. Ia memikirkan segala sesuatu yang buruk yang mungkin akan terjadi pada mereka.

"Kenapa El?" Tanya Annisa sambil menepuk bahu El.

"Astaughfirullah! Kaget gue Nis!"

"Yee .... ditanya malah ngomel! Udah yuk ah buruan kerjain tugasnya! Biar kita gak lama-lama di perpustakaan ini!"

««***»»

Mereka kembali ke tugas mereka masing-masing. Mata kantuk sudah tak bisa disembunyikan dari wajah El dan sahabat-sahabatnya. Kantung mata hitam pun mulai nampak dibawah mata mereka. Kalau bukan karena deadline pasti mereka tak akan sekeras ini mengerjakan tugas.

"Whoaaam.... cuci muka yuk Dav! Gue ngantuk banget nih!" Pinta Annisa kepada Davina.

"Kamar mandinya kan jauh banget Nis! Ada di lantai dua kan? Paling ujung lagi! Gak ah gue capek sumpah!" Tolak Davina atas permintaan Annisa.

"Lah? Kan di deket lab fisika juga ada Dav? Gak jauh kan dari sini?"

"Helllow? Kamar mandi angker itu? Kamar mandi yang pernah ada semburat darah di pintunya? Jangan kesana deh!"

"Bilang aja dari tadi lo takut Dav!" Cetus Rama sambil melemparkan bola kertas ke Davina.

"Yeee ya udah lo aja yang nemenin Annisa kesana!"

"Dasar! Ya udah yuk Nis, gue juga pengen pipis."

««***»»

Rama dan Annisa menyusuri lorong berdua. Kamar mandi yang dituju sebenarnya tak jauh dari perpustakaan. Namun karena ada perbaikan lantai dan atap, mereka terpaksa pergi ke kamar mandi lewat jalur memutar.

Hanya langkah kaki dua orang murid ini yang terdengar menggema ke seluruh penjuru lorong. Lampu yang menerangi lorong pun kondisinya sudah sedikit rusak. Berkedip-kedip seperti akan mati. Maka dari itu, Rama dan Annisa menggunakan flashlight yang ada di hand phone mereka.

Wushhh ......

"Eh ayam-ayam! Itu yang barusan lewat apaan anjir?!"

"Astaughfirullah mana-mana?"

"Ii... iituu... tadi ada yang lari di depan ruang fisika!"

"Mana? Gak ada? Halu kali lu ah! Jangan nakut-nakutin gue!"

Karena kesal, akhirnya Annisa meninggalkan Rama sendirian di lorong. Ia cepatkan langkahnya menuju kamar mandi yang letaknya di dekat lab fisika. Rama yang ditinggalkan Annisa langsung gelagapan. Badannya gemetar ketakutan dan keringat dingin mengalir deras di pelipisnya.

"Gue balik aja deh, tiba-tiba HIV gue hilang nih, bodo amat deh gue tinggalin Annisa sendirian," ucap Rama sambil membalikan badannya. HIV itu "Hasrat Ingin Vivis" ya  gengs :v

Langkah Rama terhenti ketika ia merasakan ada sebuah tangan yang memegang pundaknya. Tangan itu sangat dingin. Saking dinginnya sampai badan Rama bergetar hebat. Tangan itu merambat ke arah leher Rama. Jelas ia rasakan kasarnya tangan yangb menyentuh lehernya itu. Jelas ini bukan Annisa.

"Mau kemana? Kenapa tak jadi ke kamar mandi?" Bisik pemilik tangan yang menyentuh leher Rama.

Rama menelan ludahnya. Ia beranikan diri untuk berbalik arah melihat siapa yang memegang pundaknya. Siapa sosok pemilik tangan yang dingin itu. Masih dengan keadaan bergetar, Rama berusaha untuk melihat sosok itu. Lorong ini terlalu gelap untuk melihatnya. Hanya ada penerangan di ujung lorong, dan sekarang Rama sedang berada di tengah lorong.

Mata Rama terbelalak, ia sangat terkejut melihat sosok yang kini jelas berada di depannya. Sosok yang kini membuatnya menyesal tidak mendengarkan apa yang dikatakan Davina.

Sosok perempuan dengan rambut panjang berantakan ini sukses membuat jantung Rama berdebar dengan kencang. Wajahnya hangus terbakar, kulitnya melepuh mengenaskan. Sosok ini kemudian tersenyum lebar ke Rama. Saking lebarnya sampai merobek kulit pipinya.

"SEETAAAAAN!" Teriak Rama sambil mengambil langkah seribunya. Secepat flash Rama berlari. Ia tak ingin sampai wanita jelek itu menangkap dirinya. Sesekali Rama berhenti dan menengok ke belakang. Memastikan apakah hantu itu masih mengejarnya atau tidak. Naasnya, sosok itu masih mengejar Rama. Hantu itu berlari dengan gaya yang tak lazim. Ia berlari dengan posisi kayang. Matanya menyorot tajam bersinar terang.

"Aelah kenapa lo masih ngejar-ngejar gue sih! Minta difollback akun ig lo? Nanti gue follback deh, tapi jangan kejar gue lagi!"

Rama melanjutkan langkahnya. Kini ia benar-benar berlari dengan cepat. Tak peduli kakinya yang berkali kali terkilir, ia tetap berlari. Berlari menuju perpustakaan, tempat dimana El dan Davina berada.

««***»»

Gimana yak nasibnya Annisa yang ditinggal di kamar mandi sendirian? Terus apa hantu yang ngejar Rama bakal di follback akun ignya :v?

See you on the next chapter gengs °3°

Jangan lupa vote ya

Salam Pengabdi Mantan

Rianadi

BUKAN MANTAN BIASA [END] PROSES REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang