Potongan Mayat

305 13 0
                                    

"Jika sekarang bahagiamu adalah dia, aku bisa apa? Membunuh dia agar kebahagiaanmu kembali menjadi miliku?"

Adhitama Elvan Fahreza


******

Gadis itu buru-buru menerjang derasnya hujan di malam hari. Dengan mantel pink, ia memberanikan diri berlari menerobos hujan malam ini. Untung saja ia tak lupa membawa mantel hujan seperti yang ibunya bilang tadi pagi.

Tap.. tap... tap...

Gadis itu nampak gusar. Ia keluar dari gedung sekolah secara sembunyi-sembunyi. Misterius sekali. Tunggu sebentar.... Sepertinya ada yang ganjil dari gadis itu. Aku tak yakin pasti apakah cairan yang menempel di wajah manisnya adalah....

DARAH!

*****

"Aish sial! Kenapa laptop gue ketinggal di ruang kelas sih!" caci El pada dirinya sendiri.

"Yah dasar udah tua Si El!" cetus Yukki sambil mengganti channel tv.

"Yee kampret! Udah ah! Malem ini gue mau ngambil tuh lappy kesayangan gue. Bahaya nanti kalau ada yang buka-buka isinya!" terang El sambil mengambil jaket yang tergeletak di sofa.

"Hati-hati El, Mbak Kunti penunggu pohon asem depan sekolah lagi PMS loh! Gak usah kegantengan godain dia!" ucap Yukki yang berusaha menakuti El.

"Yeee.... Gue ena-ena sekalian dah tuh Kuntinya!" cetus El sambil berlalu meninggalkan Yukki yang masih asyik menonton sinetron micin jaman now. Dasar hantu alay!

El melaju dengan mobil milik ayahnya. Sebenarnya ia tak suka jika disuruh mengendarai mobil milik ayahnya ke sekolah. Tapi untuk beberapa hal, El terpaksa harus menggunakannya. Contohnya sekarang, hujan sangat deras. Tak mungkin El melaju dengan motor vespanya. Bisa-bisa ia terjebak hujan karena kuda besi tuanya mogok.

*****

El memarkirkan mobilnya di parkiran guru. Sudah tak ada kendaraan guru yang terpajang disana. El hanya melihat sepeda onta tua milik Pak Jhon yang terparkir di pojok parkiran.

El meminta kunci kelasnya ke Pak Jhon untuk mengambil lappy yang tertinggal. Tentu saja Pak Jhon memberikannya. Beliau bahkan menawarkan El kopi panas untuk menghangatkan badannya. Memang Pak Jhon sangat rendah hati dan dermawan.

"Mas El mau saya temani atau tidak?"

"Kayanya gak usah deh Pak! Pak Jhon istirahat saja disini ya, masalahnya kelas saya jauh di pojok sana!" El menunjuk arah pojok sekolahnya yang padahal bukan arah menuju kelasnya.

El berjalan menyusuri setiap koridor kelas.

Tap... tap... tap...

Hanya langkah kaki El yang mengisi sunyinya malam ini. Untung saja hujan sudah berhenti, jadi El tak perlu repot-repot memakai payung Hello Kitty milik adiknya.

Meski ini bukan pertama kalinya El menyusuri koridor kelas di malam hari, hawa mencekam tetap saja selalu menghantui El. Tapi tenang, El yang kita punya adalah El yang pemberani. Ia tak akan gentar menghadapi seribu hantu dengan muka yang mengerikan sekalipun. Kecuali jika ada kecoa disana.

"AAAAAARGHHHHH KECOOOAAAAAA!!!!"

Benerkan apa yang author bilang. Seberani- beraninya El, ia akan meloncat ketakutan ketika melihat monster (kecoa). Tapi itu hal yang wajar menurut El karena kecoa adalah phobia sejuta umat di dunia ini.

El memasukan kedua tangannya ke saku depan sweaternya. Ia memasang headphone untuk menghilangkan kebosanan yang melanda dirinya. Padahal author yakin El memakai headphone untuk antisipasi kalau-kalau terdengar suara-suara aneh seperti tawa Mbak Kunti yang sangat popular di sekolahnya. Dan kalian tahu? Tawa Mbak Kunti langsung menggelegar ketika El melewati pohon jambu di depan kantor. Untung El sedang fokus dengan lagu yang diputar headphonnya.

Sesekali El menoleh kebelakang untuk memastikan apakah ada seseorang atau hantu yang mengikutinya. Tapi sepertinya mala mini para Kunti penunggu sekolah El sedang berkencan sehingga mereka melupakan El,pangeran mereka.

*****

El menghembuskan nafas lega ketika ia telah sampai di tangga yang akan ia naiki untuk menuju kelasnya.

Saat kaki kanan El menapak di anak tangga kedua. Indra penciuman El dikejutkan dengan aroma yang sangat familiar bagi El. Amis dan anyir. El langsung mencari tau dari mana datangnya bau amis ini. Sangat menyengat sampai dada El sesak menciumnya.

El menyalakan flashlight di handphonenya untuk membantu matanya menemukan asal bau amis itu.

Sekelebat bayangan keluar dengan cepat dari bawah tangga. El sempat terkejut dibuatnya. Ah mungkin hanya Mbak Kunti yang suka iseng menggoda. Begitu fikir El.

Tapi tunggu....

Sepertinya arah bau amis ini ada di tempat dimana bayangan tadi keluar. Dibawah tangga. El langsung membalikan badannya menuju kearah bawah tangga. Taka da sesuatu yang aneh disana. Hanya ada beberapa sapu dan box sampah ukuran jumbo yang sering Pak Bon bawa.

El kemudian mengurungkan niatnya untuk mencari sumber bau amis itu. Ketika ia melangkahkan kakinya, samar-samar terdengar bunyi yang aneh. Seperti ada seseorang yang menggedor pintu. Bunyi itu semakin jelas terdengar. Disusul suara tangis yang menyayat hati jika kalian mendengarnya.

Jiwa penasaran El menuntunnya kembali ke tempat itu. Sepertinya ia tahu dimana asal bunyi sekaligus bau amis yang sangat menyengat itu.

Box Sampah besar.

El memberanikan diri untuk membuka box sampah besar yang berada di depannya. Tangan kirinya meraih tutup box sampah itu. Dengan hati-hati ia mengangkatnya.

Wushhh.....

Entah dari mana asalnya angina kencang tiba-tiba dating. Hawa sekitarpun berubah menjadi mencengkam. Sangat mencengkam. Bulu kuduk dan bulu lain milik El langsung berdiri. Tapi itu tak menyurutkan niatan El untuk membuka box sampah besar di depannya.

El melemparkan tutup box sampah itu. Begitu terkejutnya El ketika ia mengetahui isi di dalamnya. El mundur bebrapa langkah sambil menutup hidungnya. Bau itu benar-benar berasal dari box sampah besar! Tau apa isi di dalamnya?

MAYAT! Tidak-tidak... lebih tepatnya adalah POTONGAN MAYAT!!!

El langsung berlari menuju pos satpam tempat dimana Pak Jhon berada. Sebelumnya ia telah mengambil gambar dari mayat itu untuk dijadikan bukti jika Pak Jhon tak percaya.

El datang dengan nafas yang tak beraturan. Pak Jhon berusaha menenangkan El dengan memberikan air putih. El mengatur nafasnya. Ketika nafasnya sudah terkondisikan, ia menceritakan semua yang ia alami ke Pak Jhon. Beliau sempat tak percaya dengan apa yang dikatakan El. Pak Jhon kira El hanya bercanda. Namun, raut wajah Pak Jhon berubah menjadi pucat ketika ia melihat foto yang ditunjukan El.

*****

Haiii reader setia BMB!! Papa Bear comeback yeay ><

Maaf atas publish cerita yang lama yah, hp kesayangan author lagi sakit gaess :'(

Tapi sebisa mungkin author usahain publish untuk kalian ><

Sooo... Jangan lupa vote untuk terus mendukung author dalam meneruskan cerita ya!!

Se you on the next chapter gaesss

Salam

Papa Bear


BUKAN MANTAN BIASA [END] PROSES REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang