"Terimakasih telah menemaniku selama lima tahun. Aku bahagia bisa diberi kesempatan untuk bersamamu dalam waktu itu. Teruskan perjalananmu, dan carilah seseorang yang lebih baik, dan lebih perhatian dari diriku."
•••••
Gundukan tanah merah masih terlihat segar kala itu. Kelopak-kelopak bunga indah tertabur di atasnya.
Adhitama Elvan Fahreza.
Semua orang menyayangkan kepergiannya yang terbilang sangat tidak terduga. Dia masih sangat muda. Mimpi-mimpinya belum tuntas ia gapai. Tapi ajal menjemputnya lebih dulu.
Tangis pecah di gerombolan murid yang datang saat pemakaman. Mereka saling menguatkan satu sama lain untuk menerima kepergian El. Ada banyak orang yang karena kematiannya.
Aku tak datang saat itu.
Baik saat upacara kepergiannya, atau upacara pemakamannya.
Aku selalu menangis di atas bukit. Menyalahkan diriku sendiri atas kenyataan yang terjadi. Andai saja kala itu aku bisa menghentikan El. Pasti masih bisa berada di sisiku saat ini.
•••••
Aku melarikan diri dari semua orang. Bukannya aku takut menghadapi kenyataan. Ini terlalu pahit untuk aku terima. Rasanya baru saja ia menyatakan perasaannya untukku kemarin. Kau pasti bisa bayangkan bagaimana bahagianya diriku ini kan?
Namun semua itu sirna ketika aku tau bahwa El telah tiada. Kebahagiaan yang aku terima hanya sesaat saja. Ini tidak adil bagiku. Apakah hantu seperti diriku tak layak untuk mendapatkan cinta? Aku tau mungkin harapanku untuk mendapatkan hati El sudah keterlaluan. Ini adalah konsekuensi yang harus aku tanggung.
Kalian mungkin mengira aku akan bertemu dengan arwah El karena kita sudah berada di satu dunia yang sama. Aku juga mengira begitu. Tapi sampai saat ini dia belum menemuiku. Aku berharap setelahnya ertemu dengannya.
Aku bergeming dari tempatku berdiri, memandang hamparan langit yang terbentang luas di depanku. Rasanya tak setenang ketika aku memandangnya bersama El.
"Yukki?"
Aku menoleh ke arah suara itu. Seorang gadis berdiri dengan kuncir duanya yang menggemaskan.
"Hai Annabele," ucapku dengan nada mengambang dan berusaha memberi senyuman kepadanya. Biasanya aku akan memeluk Annabel ketika ia datang menemuiku. Tapi rasanya badanku tak bisa beranjak dari tempatku berdiri sekarang.
"Aku tahu kau merasa sangat terpukul atas kejadian ini. Tapi aku mohon berhenti untuk menyalahkan dirimu. Ini bukan salahmu. El pasti sedih jika ia tahu kau terus menyalahkan dirimu sendiri." Kalimat terakhir Annabel membuat hatiku tersentak. Benar, El pasti akan sedih jika terus melihatku sedih seperti ini.
"Annabele..."
"Ya?"
"Terimakasih," air mataku tak bisa kutahan lagi. Aku berlari memeluk Annabel. Menangis sejadi-jadinya dalam pelukan sahabatku ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN MANTAN BIASA [END] PROSES REVISI
Teen Fiction"Semakin kuat usahaku untuk melupakanmu,semakin sulit hatiku untuk melepasmu" Inilah kisah El yang diputuskan pacarnya di hari anniversary mereka.Sakit hati,benci,dan tak terima adalah ungkapan El untuk hatinya ini.Tapi apalah daya,rasa cinta El leb...