"Bukan tentang siapa yang pertama singgah, namun tentang siapa yang tetap bertahan di kala semua hal telah berubah."
Adhitama Elvan Fahreza
~•••••÷•••••~
Rembulan bertengger di langit malam yang perkasa. Dengan segala perniknya, Sang Malam menunjukan betapa hebat CiptaanNya. Lembayung daun yang tertiup bisikan angin menciptakan irama yang begitu menenangkan. Ditambah sautan penyanyi malam yang menambah harmoni menjadi semakin menawan.
Seorang anak laki-laki keluar dari dalam mobil dengan angkuhnya. Mobil mewah pemberian ayahnya menerjang kabut malam yang sedikit tebal kala itu.
Muncul wanita paruh baya yang berlari dengan tergopoh-gopoh dari dalam rumah. Pakainnya kotor karena pekerjaan dapur dan rumah yang begitu banyak. Rambut yang tak lagi hitam tidak membuatnya kehilangan semangat kerja. Di masa tua yang seharusnya ia gunakan untuk beristirahat, malah ia habiskan untuk mengabdi pada keluarga kaya.
"Biar saya bawakan tas tuan, pasti tuan kelelahan." ucap wanita itu kepada tuannya.
"Ga usah repot-repot Bi, siapin air hangat buat berendam saya nanti!" anak laki-laki itu berlalu begitu saja. Wanita yang ia panggil Bibi merasa sedikit aneh dengan tuannya itu. Tak biasanya ia bersikap seperti ini. Ia sangat hafal dengan tuan muda yang satu ini. Pasalnya, sejak kecil ia yang merawat tuan mudanya itu.
~•••••÷•••••~
Anak laki-laki itu memasuki sebuah kamar yang penuh dengan poster tokoh fiksi buatan Marvel. Sejak kecil, orang tuanya selalu memenuhi kebutuhan finansial anaknya. Namun mereka mengabaikan satu hal penting yang dibutuhkan seorang anak. Waktu bersama.
Mungkin itulah yang membentuk karakter anak laki-laki itu menjadi tak karuan. Memang dia dikagumi di mata masyarakat banyak. Namun sebenarnya? Banyak hal yang disembunyikan oleh anak ini.
Anak itu melemparkan tasnya ke sembarang arah. Lalu ia melangkah menuju sebuah lemari kecil di dekat ranjangnya. Saat ia melewati cermin besar yang berdiri kokoh di pojok ruangan, ada sosok perempuan yang berjalan di belakang anak laki-laki itu. Anak itu langsung mengalihkan pandangannya ke belakang. Memastikan apakah sosok tadi benar ada atau tidak. Namun sayang, nihil yang ia dapatkan.
Anak itu mencoba menenangkan dirinya. Meyakinkan bahwa itu hanyalah halusinasinya saja. Kemudian ia duduk di pinggiran ranjang. Tangannya meraih sesuatu yang ada di dalam lemari kecil. Ia menyalakan api, lalu menghisap seputung rokok yang ia ambil dari lemari kecil itu. Benda yang tak seharusnya ia konsumsi itu menjadi obat penenang di kala hatinya gusar.
Di sela-sela ia menghisap asap dari rokok itu, pikirannya selalu terbayang tentang apa yang telah ia perbuat beberapa tempo hari lalu. Matanya mulai berkaca mengingat apa yang telah ia lakukan. Namun rasa marah dalam hatinya merubah mata yang mulai berlinang itu.
"Kalau saja kau tak menolak apa yang aku minta Jess, pasti semua tak akan berakhir seperti ini." ucap anak laki-laki itu sambil memandangi foto seorang gadis cantik di layar hand phone miliknya.
Tok.. Tok.. Tok..
"Tuan, air hangatnya sudah saya siapkan." ucap seorang wanita dari luar pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN MANTAN BIASA [END] PROSES REVISI
Teen Fiction"Semakin kuat usahaku untuk melupakanmu,semakin sulit hatiku untuk melepasmu" Inilah kisah El yang diputuskan pacarnya di hari anniversary mereka.Sakit hati,benci,dan tak terima adalah ungkapan El untuk hatinya ini.Tapi apalah daya,rasa cinta El leb...