Kenyataan Pahit

122 5 9
                                    

Kunci menjalin suatu hubungan adalah saling terbuka satu sama lain. Entah itu untuk perihal masa lalu atau rahasia.
Jangan takut dia akan marah jika kau katakan tentang masa lalu atau rahasiamu. Karena sejatinya, hubungan yang baik tidak mempermasalahkan masa lalumu.

•••••

El mendekati Yukki yang sedang fokus dengan buku yang baru saja ia pinjam di perpustakaan. Tangannya mengelus-elus rambut Yukki yang dikepang dengan gaya poni tail. Sedangkan Yukki sebisa mungkin untuk terlihat biasa saja dengan sikap El. Dia juga berusaha menutupi wajahnya yang memerah.

"Yukk, abis pulang sekolah nonton kuy?"

Yukki menutup buku yang sedang asyik ia baca tadi. Ia menghela nafas panjang. Lalu dia menatap El dengan penuh curiga. El baik karena ada maunya. Itu yang Yukki tau. Tapi maupun ada niat dibalik permintaannya atau tidak, Yukki tetap tidak bisa menolak permintaan El.

"Tumben ngajakin nonton, pasti ada maunya kan?"

"Gak kok, gue pengen jalan aja sama lo. Mau kan?"

Deg. Kecepatan detak jantung Yukki bertambah 2 kali lipat. Ingin rasanya ia berteriak kegirangan. Tapi untuk saat ini dia tidak bisa melakukan itu. Jaga image di depan El.

"Iya deh," jawab Yukki sambil menangguk pelan.

"Oke nanti bel pulang sekolah gue jemput ke kelas."

"Hmm biasanya juga gitu kali,"

"Ya udah nanti jemputnya pake sayang biar gak biasa,"

Kalimat El yang manis berhasil membuat Yukki salah tingkah. Yukki tak bisa membayangkan semerah apa wajahnya sekarang. El yang melihat wajah Yukki memerah gemas sendiri.

"Gemeshh banget sih kayak pantat monyet," El mencubit kedua pipi Yukki. Pantat monyet? Apa itu perumpamaan yang digunakan manusia untuk menyatakan rasa gemas? Ah entahlah Yukki bingung. Tapi disini ia sangat senang dengan perlakuan El.

"Yaudah gue balik ke kelas dulu ya, mau bel masuk juga nih," pamit El sambil beranjak dari tempat duduknya.

"Iya," Yukki kembali membuka buku yang terjeda tadi.

"Yukk?" panggil El lagi.

"Apaan?"

"See you,"

"Dih sok Inggris,"

"Jawab dulu dong biar gue tenang,"

Dasar kelakuan El kekanak-kanakkan sekali. Sebenarnya Yukki malu karena seisi kelasnya melihat ke arahnya dan El. Tatapan mereka begitu tak mengenakan. Namun berbeda dengan El yang masa bodo dengan teman-teman kelas Yukki.

"Iya, see you later," jawab Yukki sambil melambaikan tangan kanannya.

El tersenyum puas. Ia lalu pergi meninggalkan kelas IPA 1 dengan hati yang berbunga-bunga.

BUKAN MANTAN BIASA [END] PROSES REVISITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang