Aku mematut wajah dicermin, menyisir rambut hitamku yang panjangnya sepunggung, menempeli wajah dengan butiran bedak bayi, dan tersenyum melihat tampangku yang biasa saja, tidak cantik dan juga tidak jelek. Walaupun begitu, aku masih besyukur. Wajahku tidak ada yang cacat, dan anak-anak di luar sana ada yang memiliki wajah yang kurang beruntung. Aku bersyukur. Segera saja aku berbalik dan menyampirkan tas coklat di bahu. Setelah merasa tidak ada yang ketinggalan, aku pun pergi meninggalkan kamar yang bernuansa biru putih itu dan berlari kecil menuruni tangga ke lantai bawah. Kulihat sebuah koran pagi bertengger tepat di depan wajah Ayah, Bunda sibuk dengan wajan di dapur menyiapkan sarapan dan Bang Zico berkacak pinggang di depan pintu rumah. Aku yang mengerti kenapa wajah Abang Zico seperti itu langsung memberikan cengiran tanpa dosa sebagai ucapan selamat pagi.
"Hehehe pagi Abangku yang ganteng! Jangan cemberut dong, nanti cewek-cewek pada kabur lihat Abang udah nggak ganteng lagi," ucapku tanpa menghilangkan cengiran di wajah. Bang Zico memutar bola matanya jengah, mungkin bosan melihat kelakuanku.
"Lo cewek tapi kebonya minta ampun. Buruan sarapan sana! Abang tunggu selama satu menit kalau lebih, Abang tinggalin." Bang Zico membalik badan dan berlalu masuk ke dalam mobil yang sedang dipanaskan. Tanpa membuang waktu aku segera ke dapur dan mengambil sepotong roti di atas meja dan mengoleskan selai coklat di atasnya.
"Deisya pergi dulu ya, Bun, bos besar udah ngamuk," pamitku ke bunda sambil mencium pipi Bunda. Bunda terkekeh dan memberiku kotak bekal warna hijau serta sebotol air minum.
"Nih bekal buat kamu, uang jajannya ditabungin aja. Belajar hemat dari dini!" pesan Bunda.
"Oke, bundaku sayang," ujarku dan berjalan cepat ke arah Ayah yang nampak masih sangat sibuk dengan koran.
"Yah, Syasya pergi sekolah dulu, ya!" aku menyalami tangan Ayah dan segera mencium pipinya dengan cepat.
"Sekarang anak gadis ayah udah kelas XI, ya? Yang rajin belajarnya, jangan pacaran terus sama Arland.Kamu juga hati-hati di jalan ya, jangan kebutan! Bilang sama Abang!" ucap Ayah sambil mengelus kepalaku, aku mengangguk dan berlalu pergi memakai sepatu.
"Bunda, Ayah, Syasya pergi dulu, Assalamu'alaikum!" teriakku setelah memakai sepatu. Tanpa menunggu balasan aku menutup pintu rumah dan segera masuk kedalam mobil.
"Telat 1 menit 14 detik, traktir abang selama 1 minggu. Nggak terima penolakan!" ucap Bang Zico setelah aku menutup pintu mobil. Aku sangat yakin saat ini wajahku melongo kayak ikan ketika mendengar penuturannya. Abang mana yang bisa setega itu dengan adiknya sendiri? Oh, ya! Tentu saja Abangku tersayang ini. Kenapa aku melupakan fakta ini. Aku pun cemberut dan menatapnya kesal.
"Lah, kan cuman 1 menit lebih doang Bang, masa aku harus traktir Abang selama seminggu. Itu namanya pemerasan!" sungutku tak terima. Tanganku juga sudah bersedekap, menantang wajah tampan Bang Zico yang terlihat memperhatikan jalanan. Kenapa dia bisa tampan sedangkan aku tidak cantik? Astaga, kenapa aku menjadi tidak bersyukur seperti ini.
"Kan abang udah bilang nggak ada penolakan, lo mau diturunin atau traktir abang?" Bang Zico menyeringai jahil tanpa mengalihkan perhatiannya dari jalanan yang tampak ramai. Aku mendengus pasrah menerima nasibku sebagai adik yang terzalimi oleh abangnya sendiri.
"Oke aku traktir"
~~~
"Bosan!!!!" keluh Keyla, dia menenggelamkan kepala dilipatan tangannya yang berada diatas meja kantin. Sahabatku yang satu ini sangat suka tidur. Dia akan merasa sangat ngantuk di berbagai situasi. Aku heran kenapa dia bisa seperti itu. Tapi walaupun dengan sikap seperti itu, aku merasa nyaman menjalin persahabatan dengannya, dia tidak pengkhianat dan suka mengatakan kebenaran tanpa memikirkan perasaan orang lain. Kata lainnya ceplas ceplos kalau lagi ngomong, tidak peduli bagaimana perasaan orang yang dikatainya. Aku menatap sekitar, suasana kantin lumayan ramai padahal sekarang bukanlah jam istirahat. Sekarang awal ajaran baru dan kami yang naik kelas masih belum belajar efektif seperti biasanya. Dan untuk anak kelas X yang baru masuk, mereka mengikuti mos dan bertepatan hari ini adalah hari terakhir mos.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARLASYA (Completed)✔
Teen FictionProses Revisi Deisya, cewek biasa yang memiliki hubungan dengan salah satu cowok populer di sekolahnya. Hubungan yang sudah memasuki tahun ketiga. Arlando, seorang kapten basket menyatakan perasaannya saat pertengahan kelas IX. Hubungan Deisya dan A...