38. Masalah dibalik Masalah

1.8K 80 10
                                    

Hari berganti hari, kehidupanku masih sama saja, sekolah, ekstrakurikuler, pulang, dan tidur. Tapi ada satu yang beda, sekarang aku pergi sekolah dengan Bang Zico, ke kantin ga ada yang nyamperin, pulang sekolah naik angkot, malamnya fokus belajar tanpa ada gangguan telfon dari Lando, semua itu tidak lagi ada. Dia sibuk dengan menjaga kesehatan Lia, merawatnya, dan melupakanku. Kenapa kata yang terakhir sangat menyesakkan?

Mataku terpejam mencoba menghalau rasa itu dan kembali memperhatikan Bu Era mengajar kesetimbangan kimia di depan kelas. Menoleh kesamping, kulihat Nayla fokus menyerap ilmu yang diberikan Bu Era, cowok di seberang Nayla pun begitu. Elzan nampak sangat memperhatikan Bu Era, tapi kenapa hanya aku yang tidak bisa menyerap pelajaran?

"Aishh!" aku mengeluh pelan dan mengangkup kepala di atas meja.

"Fokus woy, bentar lagi ujian semester" suara Nayla berbisik terdengar olehku. Kepala ku tegakkan kembali, mataku melihat kedepan, tapi yang kudapatkan nol besar, tidak ada yang menetap di otakku sampai jam istirahat berdering di sepenjuru sekolah.

"Minggu depan kalian akan mengikuti ujian semester ganjil, tolong persiapkan diri dan jangan lupa jaga kesehatan juga. Materi ujian untuk kimia sampai kesetimbangan kimia, ibu sudahi. Sampai jumpa lagi" ujar Bu Era lalu berlalu meninggalkan kelas XII Mipa 1.

"Lo bawa bekal Sya?" tanya Keyla yang sudah berdiri semangat di samping Nayla. Untuk masalah perut kenapa dia semangat ya?

"Iya, kalian?" tanya ku balik sambil membuka look screen ponselku.

"Ga bawa, kami ke kantin bentar ya, habis itu balik kok nemenin lo" pamit mereka, aku mengangkat jempol dan mendekatkan ponsel ke telinga. Nada tersambung dengan nomor tujuan terdengar. Tak lama orang yang dituju mengangkatnya.

"Hallo sayang!" baru sedetik dia menjawab, pipiku langsung terbakar.

"Bukannya salam malah panggil sayang! Assalamu'alaikum" terdengar kekehannya dari seberang. Dasar, apa yang lucu?

"Walaikumsalam, kamu udah makan? Sekarang pasti jam istirahat kan? Kenapa malah nelfon aku?"

"Aku bawa bekal kok, sekarang lagi nungguin Nayla sama Keyla yang lagi ke kantin. Dari pada bengong aku nelfon kamu deh" jelasku.

"Hmm gitu"

"Kamu ga sekolah lagi ya? Keadaan Lia tambah parah?" saat menanyakan hal itu entah kenapa terasa berat, tapi hanya topik itu yang terlintas. Terdengar elahan nafas di ponselku.

"Ya, gitu. Keadaannya tambah parah, disuruh berobat ke Australia sama ortunya dia malah ga mau. Dia mau sama aku katanya. Maaf ya aku ga bisa antar jemput kamu lagi" tiba-tiba suasana yang tadinya riang berubah menjadi sedih.

"Ga papa kok, kamu gimana keadaannya? Jangan lupa makan, kesehatan juga harus diperhatikan Lan. Apalagi ujian semester minggu depan. Bukan tugas kamu selalu jagain dia setiap hari, setiap jam, setiap menit kayak gini Lan!" aku mengatakan apa yang kupikirkan selama ini. Bukanlah tanggung jawab Lando untuk menjaga Lia, dan tentu saja bukan kewajiban baginya. Tapi kenapa dia harus serepot ini dalam menjaga Lia?

"Aku hanya merasa bersalah Sya! Aku marah ke dia karena pergi ke Australi karena sakitnya. Aku ga tau fakta itu malah marah sama dia."

"Tapi kenapa harus kamu yang selalu menjaganya?" aku makin tak bisa menerimanya. Hanya karena rasa bersalah dia harus mengorbankan sekolahnya.

"Sya! Aku kan sudah bilang aku merasa bersalah! Aku menjaganya ikhlas kok, bukannya kamu udah bolehin aku menjaganya? Tapi kenapa sekarang kamu yang ga suka? Kamu labil banget sih jadi cewek!" Sial! Perkataannya kembali membuatku sakit. Sekarang teman sekelasku mulai melirik, aku tidak peduli.

ARLASYA (Completed)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang