------
Maafkan aku yang akan terus membuatmu menderita.
Dan maafkan aku yang masih belum rela membiarkanmu pergi------
Deisya pov
Pemandangan itu sangat menyakitkan. Hatiku bagai diremuk dengan sadis. Mataku mulai memanas. Kenapa denganku? Ada apa denganku!? Kenapa aku seperti ini sekarang? Hatiku kesal. Hatiku tidak terima. Hatiku menolak semua yang ada di dalam sana. Padahal jelas aku lah yang membiarkan situasi ini terjadi. Aku yang membiarkan Lando untuk menjaga Lia yang sedang sakit, aku yang memperbolehkannya. Tapi kenapa sekarang aku yang marah? Aku sebenarnya kenapa?
Di dalam kamar inap VVIP, di sana Lando duduk disebelah brankar yang di atasnya terdapat seorang gadis yang pernah menjadi sahabatku dulu. Alat medis banyak terpasang ditubuhnya, aku sedikit ngeri melihat alat-alat itu menempel di tubuhnya. Aku merasa kasian melihat Lia terbaring lemah, dia masih tetap sahabatku tanpa embel-embel dulu. Dia masih kuanggap sebagai sahabat, walau pun dia berniat untuk merebut pacarku.
Aku masih ingin bercanda dengannya, mengobrolkan hal yang sebenarnya tidak berguna, membeli pakaian yang serasi untuk kami berempat, dan lain sebagainya. Tapi aku masih tidak terima Lando sangat perhatian padanya. Itu sangat menyakitkan. Lando menggenggam tangan Lia erat dengan mata yang tidak lepas dari wajah gadis itu. Aku merasa sakit kembali. Dan, tanpa diminta air mata sialan ini jatuh dengan sendirinya. Aku mengusapnya kasar dan memilih untuk meninggalkan tempat keramat ini secepatnya.
Langkahku terhenti ketika melihat sosok Reynand bersandar pada dinding dengan kepala mendongak. Aku terkejut. Sejak kapan cowok itu berada di sini? Ketika mata hitamnya menangkap sosokku yang sedang memandanginya dengan heran, tubuh jangkung itu segera berdiri tegap dan membalas tatapanku.
"Mau pulang?" tanyanya.
"Sejak kapan lo disini?" aku balik bertanya dengan heran, tidak peduli dengan pertanyaannya sebelumnya. Dia menghela nafas dan mendekat ke arahku sampai jarak kami tersisa 30 cm. Kernyitan dahiku tercetak, kelakuan Reynand menurutku sangat aneh.
"Nan, lo udah berapa lama di situ?" aku kembali bertanya. Dan lagi, dia hanya membisu tak mau menjawab, sontak hal itu membuatku kesal. Tiba-tiba terasa sapuan ibu jari di mataku, mata kami bertemu. Tatapan Reynand sangat berbeda dengan Lando. Mata yang sama-sama hitam tapi memancarkan perasaan yang sangat berbeda. Mata Lando yang terkesan dingin dan angkuh, tapi hangat, penyayang,dan nakal. Sedangkan mata Reynand lebih terpancar kelembutan, ketulusan, dan keramahan.
"Lo nangis lagi" ucapnya pelan, tangannya pun sudah turun. Aku menunduk sedikit. Entah kenapa, jantungku sedikit berdegup lebih cepat setelah mendapat perlakuan seperti tadi darinya.
"Siapa yang nangis? Gue cuma lagi ngantuk. Sekarang jawab pertanyaan gue, sejak kapan lo ada di situ?" aku mengelak.
"Lagi nungguin lo" jawabnya santai. Aku kembali menyerngit.
"Untuk apa lo nungguin gue?" balasku, kakiku mulai bergerak melewatinya.
"Karna gue cemas kejadian kayak gini terjadi. Dan yah, kejadian itu benar-benar terjadi" dia sudah berjalan di sampingku.
"Kejadian apa?" tanyaku semakin bingung, Reynand lama-lama semakin tidak bisa di mengerti.
"Kejadian lo bakal nangis" langkahku terhenti.
"Maksud lo?"
"Gue ga suka liat lo nangis karena cowok brengsek itu lagi, udah cukup Sya. Air mata lo jauh lebih berharga dari pada dia, jadi jangan di sia-siain" ucapannya membuatku marah. Siapa yang dia sebut brengsek?
KAMU SEDANG MEMBACA
ARLASYA (Completed)✔
Teen FictionProses Revisi Deisya, cewek biasa yang memiliki hubungan dengan salah satu cowok populer di sekolahnya. Hubungan yang sudah memasuki tahun ketiga. Arlando, seorang kapten basket menyatakan perasaannya saat pertengahan kelas IX. Hubungan Deisya dan A...