42. Mencari Bukti (1)

2.1K 87 9
                                    

------

Cemburu sih iya, tapi gue lebih nggak suka liat dia nangis

------

Suara isak tangis menemani ketegangan yang melanda delapan orang yang menunggu didepan sebuah ruang operasi. Keadaan Deisya sangat buruk, pendarahan hebat terjadi di kepalanya yang diakibatkan oleh benturan keras. Bunda Deisya kembali histeris mendengar penuturan dokter yang sangat mengguncang hati sang ibu. Nayla pun begitu, dia kembali menangis. Zico kembali menenangkan gadis itu, setelah setengah jam cewek itu mulai tenang, tetapi ia menjadi lemas dengan kepala disandarkan ke bahu Zico. Sesekali Zico mengusap bahu cewek itu agar perasaannya semakin membaik.

"Lo nggak cemburu bro?" bisik Risky ke Elzan yang menatap lurus Nayla yang masih bersandar ke bahu Zico. Helaan nafas lepas dari bibir cowok pendiam itu.

"Cemburu sih iya, tapi gue lebih nggak suka liat dia nangis" balas Elzan juga dengan bisikan. Risky menatap takjub Elzan. Dia mengetahui perasaan spesial Elzan ke Nayla sudah dari kelas X, itu pun karena Elzan tertangkap basah olehnya sedang memandang foto Nayla. Kalau kejadian tertangkap basah itu tidak terjadi, ia yakin tidak akan pernah mengetahuinya.

"Wah, segitunya lo sama Nayla. Salut gue sama lo bro!" Risky menepuk pelan bahu Elzan.

Tap! Tap! Tap!

"Key!" suara serak Nayla memecah kesunyian. Keyla memeluk Nayla dan mengusap punggung sahabatnya itu.

"Maaf, gue baru datang. Tadi habis makan malam sama ortu gue, ya.. Lo tau sendiri gimana mereka kalau sudah kerja" jelas Keyla.

"Udah, lo tenang. Sekarang gimana keadaan Deisya?" Keyla memegang kedua bahu Nayla, meminta penjelasan. Nayla menarik nafas dan menghembuskan secara perlahan. Tangan Zico juga ikut mengusap kepalanya.

"Ini lagi nunggu operasi selesai, udah sejam Deisya didalam, tapi operasinya belum selesai juga. Kayaknya kondisi Deisya tambah... Parah deh Key hiks" suara Nayla semakin melirih saat menjelaskan ke Keyla. Gadis tomboi yang baru saja datang itu mengusap rambut pendeknya ke belakang. Kesedihan melandanya, seharusnya ia tidak harus egois. Lebih mementingkan makan malan ketimbang kondisi sahabat sendiri. Keyla merasa gagal menjadi seorang sahabat.

"Gimana kejadiannya sih Nay?" semua mata sontak memusatkan mata ke Nayla seorang. Mereka melupakan hal yang sangat penting. Bagaimana kejadian saat kecelakaan Deisya. Arland menegakkan tubuh, memandang penuh minat Nayla yang berada di depannya.

Gue yakin ini pasti ulah si berengsek sialan itu! Arland menggeram.

Nayla menunduk sambil memainkan jari. Tampak ia sangat enggan menceritakan itu. Arland menatap dengan sangat tidak sabar, kakinya sudah bergerak gelisah.

"Tadi, pas gue mau jemput Deisya ke sekolah ada truk yang kencang. Gue nggak tau kalau di depan truk itu ada Deisya, dan gue lihat sendiri bagaimana truk itu menabrak Deisya. Hiks..... " Nayla membekap mulutnya agar isakan tidak lagi keluar. Arland mengeratkan genggaman tangannya. Mendengar penjelasan itu, hatinya bagai ditusuk belati semu. Menikamnya berkali-kali tanpa henti. Tiba-tiba sesak melanda cowok bermata tajam itu. Sesak yang sangat dibencinya. Sesak yang mengingatkannya dengan suatu kejadian yang sudah sangat lama dia lupakan.

"Deisya terlepar seratus meter dari gerbang, gue.. takut kalau itu Deisya jadi dengan cepat dekatin tubuh itu. Ternyata..hiks dia Deisya. Gue teriak minta tolong, tubuh Deisya diangkat oleh satpam sekolah, jadi gue langsung bawa Deisya ke rumah sakit" Keyla memeluk Nayla, cewek tomboi itu juga ikut nangis. Lily - bunda Deisya- kembali histeris. Suaminya juga ikut terguncang oleh penjelasan Nayla, tetapi istrinya butuh orang yang menenangkannya.

ARLASYA (Completed)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang