EPILOG

6.4K 144 16
                                    

Rasa sakit itu kembali. Rasa yang sangat menyesakkan bagi Arlando. Rasa yang sangat menyiksa. Batin maupun fisik. Rasanya baru kemarin ia mengalami ini. Tapi mengapa sekarang kembali terulang? Apa rasa ini tidak bosan menghampiri Arlando terus menerus. Ia saja bosan. Tapi sepertinya rasa ini sudah terlalu nyaman bersamanya. Sudah melekat bak parasit. Dan itu sangat menyiksa.

Bertahun silam ia merasakan ini. Saat sang Mama tertidur pulas dengan senyum yang terpatri di wajah ayu itu. Ia masih sangat kecil saat itu, tapi ia tahu apa yang terjadi. Melihat keterpurukan sang Papa, ia sangat mengerti bahwa Sang Mama sudah tak lagi ada. Hatinya hancur lebur. Isak tangis pun terdengar darinya. Beberapa orang dewasa menenangkannya serta adiknya yang histeris. Demi sang adik ia pun berhenti menangis lalu menenangkan Herlando yang masih terisak.

Orang-orang akan beranggapan bahwa ia anak yang tegar, tapi salah. Itu hanya pura-pura. Di saat sang adik tidur, ia mengunci diri di kamar mandi lalu mengeluarkan air mata di bawah guyuran shower. Puncaknya ketika tubuh sang Mama dikebumikan. Membiarkan tanah menimbun tubuh yang sangat ia rindukan. Sangat ingin ia melarang orang-orang melakukan itu. Tapi apa daya, memang itulah yang harus dilakukan. Itu semua untuk Mamanya agar tenang di alam yang baru.

Saat itulah ia tidak bisa menahan diri, terisak hebat lalu tak sadarkan diri. Ia masih ingat rasa sakit itu, dan sekarang kembali lagi. Melihat tumpukan tanah dengan batu nisan serta taburan bunga mawar di atasnya. Baru beberapa menit yang lalu penguburan selesai, beberapa keluarga sudah lebih dahulu pergi. Di sini hanya tinggal dirinya seorang.

Bau bunga mawar itu menyengat tapi Arlando tak terusik. Matanya membengkak, tapi tidak mengurangi ketampanannya. Jongkok di samping kuburan, lalu kembali menangkupkan tangan berdo'a untuk orang tersayangnya ini agar mendapatkan kebaikan di alam barzah. Saat melantunkan do'a, air mata keluar dengan derasnya. Namun ia masih melanjutkan do'anya, diiringi oleh isakan tertahan. Tangan itu berakhir dengan sapuan di wajahnya.

Mata hitamnya menatap nisan, membaca nama yang terukir di sana. Orang yang sangat amat ia sayangi. Ketika itulah kenangan demi kenangan menyerbunya bak kaset rusak. Dan baru ia sadari, kenangan itu hanya sedikit. Menyadari itu ia tersenyum miris, seharusnya ia bisa lebih banyak menghabiskan waktu bersamanya.

Tiba-tiba sebuah sapuan terasa di bahunya. Tanpa menoleh ia tahu orang itu. "Aku baru sadar kalau kenangan kami hanya sedikit," ujarnya yang didengar oleh orang yang menyapu bahunya.

"Aku bahkan belum sempat bilang kalau aku menyayanginya, hiks," lanjut Arlando dengan mata yang sangat intens ke batu nisan itu. Sapuan terhenti, diganti dengan sebuah pelukan di bahunya.

"Tanpa kamu kasih tahu pun, aku yakin ia pasti tahu kalau kamu menyayanginya. Sama seperti rasa sayangnya kepada kamu, Land," ucap orang itu lembut. Arlando membawa salah satu tangan orang itu untuk digenggamnya.

"Rasanya baru kemarin kami bercanda, tertawa, lalu berebut saluran televisi. Tapi sekarang...." Arlando tidak dapat melanjutkan perkataannya.

"Hidup memang seperti itu, Land. Ada yang pergi ada yang di tinggalkan. Nah, kamu sebagai orang yang ditinggalkan jangan sampai terpuruk, lebih kuatlah tanpa orang yang pergi. Karena mereka selalu ada di hati kamu, akan selalu bersama kamu. Ingat itu," perkataan orang itu menyingkirkan rasa sakit itu sedikit demi sedikit. Tangannya yang bebas menghapus jejak air mata. Ia menatap mata orang itu lalu tersenyum lembut.

"Makasih ya, sayang!" ucap Arlando sambil mengelus pipi orang itu yang merupakan seorang wanita. Wanita itu mengangguk mengerti. Mata hitam legam itu pun berpindah ke batu nisan. Nama itu sangat jelas terukir. Adam Gionardo.

"Pa, maafin Arland kalau jadi anak durhaka, ya. Maaf kalau Arland sering membangkang. Arland minta maaf, Pa. Papa harus tahu kalau Arland sangat sayang sama Papa. Walaupun dulu pernah mengabaikan Arlando sama Herland, tapi Papa masih tetap di hati kami. Hiks," wanita itu semakin mengelus bahu serta punggung Arlando. Pria ini perlu ditenangkan.

ARLASYA (Completed)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang