40. Terlambat

2K 96 16
                                    

Part ini lumayan panjang, selamat membaca ya😉😊

------

Kumohon, jangan tinggalkan aku Sya!

------


"Brengsek! Lo pikir gue bodoh hah? Cari mati lo bawa polisi ke sini. Pilihan yang rugi Arlando!" desis Erik di ponsel Arland. Cowok itu membeku, dia terkejut. Bagaimana mungkin Erik tahu kalau dia sengaja membawa anggota kepolisian yang menyamar ke lokasi balapan agar bisa menangkap cowok pembuat masalah itu. Keringat dingin mulai menjalar di sekujur tubuh Arland. Erik bukanlah lawan yang bisa dianggap enteng.

"Kenapa lo takut? Lo kan nggak buat kriminal yang terlalu berat, palingan hanya kenakalan remaja biasa. Bokap lo juga tajir kan, hukum mah bisa di beli" jawab Arland yang berusaha santai, perkataannya tadi hanyalah pancingan agar Erik menampakkan diri. Arland bersandar dimotor sport hitamnya sambil bersedekap, kebisingan setempat tidak dipedulikan. Mata cewek yang berusaha menggoda membuatnya bergidik ngeri.

"Sialan lo Anj*ng! Lo pikir gue nggak tau alasan lo bawa polisi ke sini hah? Brengsek!" bentak Erik emosi. Kekehan keluar dari mulut Arland, emosi Erik menjadi hiburan tersendiri baginya.

"Dimana posisi lo? Jangan buang-buang tenaga buat kabur, nyerah aja. Jangan perpanjang masalah lagi, toh bokap lo udah jeblos kok ke jeruji besi"

"Hahaha, Arlando! Lo lupa siapa gue, tua bangka itu bukan apa-apa dibanding gue. Lo salah nyari lawan bro! Terima aja hadiah dari gue besok, selamat menikmati kejutan dari gue"

Tut~~

"Land! Arland!" suara Emi menyentak Arland. Matanya bertubrukan dengan mata biru laut Emi yang memandangnya khawatir.

"Kamu dari tadi bengong aja! Lagi mikirin apa sih?" tanya Emi sedikit khawatir.

"Bukan apa-apa kok, kamu istirahat aja ya!" suruh Arland setelah memberikan senyuman tipis. Emi berbaring dan menatap Arland lama. Menyerngit, cowok itu merasa aneh dengan Emi. Tiba-tiba tangan gadis itu menggenggam tangan kanan Arland. Jari kecilnya mengelus punggung tangan Arland.

"Land!" ujarnya pelan. Duduk di kursi tadi, Arland membalas tatapan Emi.

"Kenapa Em! Ada yang sakit hmm?" tanya Arland sambil mengelus rambut Emi pelan dan halus. Emi menyukainya.

"Jangan tinggalin aku ya" pinta Emi dengan lirih. Mata biru itu berpindah menatap tautan tangan mereka berdua. Arland tersenyum teduh.

"Iya, aku nggak akan tinggalin kamu kok" mata Emi membelalak senang, senyuman mengembang di wajah pucatnya.

"Bahkan kalau Deisya maksa kamu buat tinggalin aku, kamu nggak akan turutin kan?" ketika nama Deisya terdengar, jantung Arland berdegup tidak normal. Cepat dan membuat desakan rindunya muncul seketika. Bayangan wajah teduh milik Deisya berkelebat di pikirannya, memenuhinya dengan segala kenangan yang amat ia rindukan. Rasanya dada itu terasa lebih sesak, seakan oksigen tidak lagi ada di sekitarnya. Tapi itu mustahil, Emi masih bisa bernafas, berarti hanya paru-parunyalah yang bermasalah.

"Land! Kamu bengong lagi. Jawab dong!" Emi cemberut. Arland tersadar dan menggaruk belakang kepala salah tingkah.

"Itu, sebenarnya aku... "

Tok! Tok! Ceklek!

"Simi simi! Yuhu, bulcan!" seru Arsen dengan senyum lebar. Arland memutar bola mata jengah, kenapa anak ini lepas dari kandangnya.

ARLASYA (Completed)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang