35. Putus

1.9K 77 17
                                    

------

Hatiku butuh seseorang yang bisa memeliharanya, bukan malah menghancurkannya.

------

"Udah selesai bicaranya kan?" Deisya masih membeku ketika kalimat Arlando terucap. Dia masih tidak menyangka bisa bertemu dengannya seperti ini setelah dua minggu tidak bertemu. Arland yang tidak mendapat respon dari Deisya mendekat dan menjentikkan jari di kening gadis itu pelan.

"Auw, eh eh. Emm, hay! Ka... Kamu kenapa disini?" itulah kata yang sanggup Deisya ucapkan ketika tersadar.

"Ya jemput kamulah, ga mungkin aku biarin kamu berduaan sama makhluk yang satu itu kan?"

"Seharusnya Deisya yang ga boleh deket sama hama kayak lo!"

"Hama? Lo kali yang hama, pengganggu hubungan orang"

"Eh, kenapa kalian malah berantem sih?" lerai Deisya. Dia tak habis pikir kenapa dua cowok ini bersitegang kembali, terakhir yang ia tahu mereka sudah mulai menjalin perdamaian.

"Udahlah, ayok biar aku antar kamu ke kelas" Arland meraih pergelangan tangan Deisya dan menariknya pergi. Reynan yang tak terima meraih tangan yang satunya lagi.

"Apaan sih lo, Deisya biar gue yang anter"

"Gue cowoknya, jadi gue yang berhak!" balas Arland dengan dingin.

"Mana ada pacar yang lebih milih nganterin cewek lain ke sekolah daripada ceweknya sendiri" sindir Reynand telak. Arland membeku. Dia tak menyangka akan dipermalukan seperti ini oleh musuhnya sendiri, dan tepat di depan kekasaihnya yang dari tadi hanya diam dan menunduk.

"Jangan banyak bacot kalo lo ga tau apa-apa" desis Arland dan kembali menarik Deisya. Gadis itu hanya pasrah ditarik Arlando, dia masih linglung. Kejadiannya terlalu cepat, kesedihan masih terasa, hal itulah yang membuatnya tidak bisa berfikir jernih saat ini.

Deisya tidak menyangka akan secanggung ini bersisisan berjalan bersama Arlando. Mereka sekarang menjadi pusat perhatian, setiap mata di koridor memandang seolah mereka adalah artis papan atas yang berjalan di karpet merah. Deisya yang tidak suka menjadi pusat perhatian memilih menundukkan kepala. Dia merutuki diri karena tidak memberontak saat ditarik Arland. Dan inilah sekarang, setiap mata bagaikan kamera yang selalu berkedip  yang membuat matanya silau.

"Hey, kenapa bengong sih? Lagi mikirin aku ya!" kata Arland disertai godaan. Deisya menerjap baru menyadari bahwa dia sudah didepan pintu kelasnya.

"Aku jemput pulang sekolah ke kelas kamu" ia pengusap puncak kepala Deisya pelan dan pergi setelah mengatakan hal itu. Deisya menatap bimbang punggung tegap Arland yang semakin jauh. Dia ingin mengikuti saran Nayla untuk segera berpisah dengan Arland, tetapi hati kecilnya masih menginginkan cowok itu. Dia menghela nafas dan berbalik memasuki kelas.

Tepat di pintu kelas, tatapan Deisya bertabrakan dengan mata biru milik Lia. Gadis itu menatapnya tajam sambil bersedekap lalu mengalihkan pandangan. Apa mata Deisya salah lihat atau bukan, tapi wajah Lia kelihatan sedikit pucat. Dia tak mempedulikannya dan berjalan menuju meja yang sudah dua minggu ini tidak ditempatinya. Sekarang dia menyesal duduk dikursi itu, karena musuhnya tepat duduk dibelakangnya. Kapan saja musuhnya itu bisa menancapkan pedang dari punggungnya. Lagi-lagi Deisya mulai menghayal, dia menggeleng cepat mengusir pemikiran itu dan segera duduk.

"Selamat datang kembali Deisya, semoga lo masih bisa bertahan dengan Arland. Gue ramal, kalian tidak akan bertahan karena Arland lebih memilih gue ketimbang cewek dekil kayak lo" keinginan terbesar Deisya saat ini adalah untuk mengoyak bibir penuh bisa Lia.

ARLASYA (Completed)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang