Deisya pov
Aku menapakkan kaki keluar dari ruang guru. Kepalaku menunduk melihat ponsel dan jariku bergerak cepat mengetik pesan ke Lando pada salah satu aplikasi chat.
Kamu sekarang dimana?
Diparkiran. Kamu kok dipanggil Bu Rian tadi?
Nanti aku jelasin di mobil. Aku otw.
Aku menutup aplikasi tadi dan mematikan ponselku. Sekolah sekarang sepi karena bell pulang sudah berbunyi 30 menit yang lalu. Saat melewati koridor kelas X aku mendengar suara seperti ada sesuatu yang lagi dipukuli. Penasaran, segera aku mencari dimana asal bunyi tersebut. Aku berjalan menyusuri kelas-kelas yang kosong. Suaranya semakin jelas ketika mendekati kelas IPS, aku pun melangkah dengan hati-hati. Aku segera bersembunyi ketika melihat seorang cowok pendek yang sedang melihat kesana kemari seperti memastikan keadaan. Tak lama setelah itu dia berlari menuju toilet. Tanpa membuang waktu aku keluar dari persembunyian dan segera berjalan cepat ke arah kelas IPS. Aku berhenti tepat didepan pintu kelas X IS 5 yang tertutup rapat. Suara itu sangat jelas saat didepan kelas ini. Pelan-pelan aku mengintip dari jendela. Mataku terbelalak melihat ada yang dipukuli, eh nggak digebukin tepatnya. Ada 2 orang memukuli seorang cowok berambut coklat terang, dan ada 1 cowok lagi yang hanya bersedekap memandang pengeroyokan itu tanpa ada niatan untuk menolong. Rambut coklat terang terasa familiar olehku, aku berusaha mengingat-ingat. Yang punya rambut coklat terang asli hanya Lando. Mataku terbelalak setelah ingat siapa yang dikeroyoki. Tanpa pikir panjang aku membuka pintu itu dan segera masuk menolong Herland.
"Woi ngapain kalian hah? Mau gue laporin ke guru?!" teriakku membuat semua pasang mata melihat kearahku. Jujur aku sangat ketakutan sekarang tapi aku segera menutupinya. Herland melihatku dengan tatapan yang seolah berkata "lo ngapain sok jadi pahlawan kesiangan hah? Gue ga butuh." Aku membalas tatapannya "udah untung gue selamatin lo."
"Hahahaha, cewek lo hah? Berani juga dia, hai cantik" goda cowok gondrong kepadaku. Rasanya aku ingin muntah, tapi aku masih ingat situasi.
"Kami ga punya urusan sama lo, mending lo pergi sebelum gue marah" perkataan cowok berbadan besar dengan wajah jelek plus sangarnya membuat nyaliku menciut sesaat, tapi aku tetap memasang tampang belaguku dan membalas perkataannya.
"Kalian aja yang pergi sebelum gue laporin kalian ke Guru BK" lawanku dengan dagu yang diangkat setinggi-tingginya.
"Ngadu aja sana, tapi gue pastiin sebelum lo ngadu lo harus ngerasain kepalan tangan gue" ucap cowok berambut gondrong tadi sambil menganggkat kepalan tangannya untuk dipamerkan kepadaku. Aku menelan saliva melihat itu.
"Bos! Bos! Danger Bos! Danger! Ada Guru gendut menuju kesini Bos!" cowok pendek tadi tiba-tiba datang dengan tampang takutnya. Aku menahan tawaku karena cara pengucapan kata DANGER nya salah. Dengan cepat aku menetralkan ekspresiku.
"Sebaiknya kita segera pergi sebelum semua kacau. Dan lo! Urusan kita belum selesai" ucap cowok yang dipanggil Bos oleh si codek (cowok pendek) tadi sambil menunjuk Herland. Setelah itu dia menatapku dengan tatapan yang super tajam. Seketika itu membuatku merinding dan ketakutan. Aku berharap semoga tidak akan bertemu dengan orang itu. Akhinya mereka pergi keluar kelas. Aku bernapas dengan lega, ternyata tekanan mereka sangat kuat.
"Lo beruntung karna ada Guru, lain kali jangan ikut campur, gue ga mau dibunuh sama Arland kalo lo kenapa-napa" ucap Herland dingin. Bisa-bisa nya dia bersikap dingin disaat wajahnya dipenuhi lebam yang membiru, sudut bibirnya pun berdarah.
"Lo ga pa pa kan?" tanyaku khawatir mengabaikan perkataannya. Dia juga mengabaikan pertanyaanku dan segera berdiri. Dia mengambil masker dalam tasnya dan segera memakainya. Masker itu sempurna menutupi lukanya. Dia memakai hodienya dan berlalu melewatiku. Tiba-tiba dia berhenti tepat di pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARLASYA (Completed)✔
Teen FictionProses Revisi Deisya, cewek biasa yang memiliki hubungan dengan salah satu cowok populer di sekolahnya. Hubungan yang sudah memasuki tahun ketiga. Arlando, seorang kapten basket menyatakan perasaannya saat pertengahan kelas IX. Hubungan Deisya dan A...