Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif....
Sudah sekian kalinya Arland mendengar jawaban itu. Selama seminggu hanya operator yang menjawab setiap dia menghubungi nomor kekasihnya, Deisya. Dia mengakui kesalahannya minggu lalu, perkataannya sungguh terlalu kelewatan. Dia dangat menyesali semua yang terucap dari bibir bodohnya. Jauhnya Deisya dari sisinya merupakan hal yang sangat tidak di inginkannya. Ponsel hitamnya dijatuhkan di atas kasur, saat ini dia butuh pelampiasan untuk mereda emosi. Berjalan menuju lantai dasar, langkahnya membawa ke samping kolam berenang yang berbentuk lingkaran dengan dua tingkatan. Disisi bagian kanan terdapat sebuah samsak hitam besar setinggi satu meter tergantung disebuah penyangga besi yang kokoh. Memakai sarung tinju, dia pun bersiap melepaskan pukulan.
Buk! Buk! Buk!
Tiga pukulan telah mendarat dengan mulus.
Buk! Buk! Buk!
Pukulan demi pukulan mulai menyusul, seluruh emosi dia tumpahkan dalam tinjuannya. Dia terus meninju dan tidak terasa sudah satu jam berlalu, keringat sudah membasahi tubuh atletisnya, rambutnya juga basah bahkan ada yang menempel pada dahinya. Nafasnya mulai tidak normal, dia membutuhkan pasokan udara lebih. Pukulannya terhenti dengan nafas yang menderu. Kedua tangannya memegang samsak, dahi ditempelkan pada samsak, matanya terpejam. Kenapa permasalahan terus berdatangan?
"Nih di minum! Nonjok samsak satu jam lebih dan non stop, gila bisa copot tangan kamu tuh!" Arland menoleh dan menemukan Lia yang menyodorkan sebotol minuman dengan senyum yang mengembang, lesung pipi gadis itu terlihat jelas.
"Thanks" Arland pun menerima sodoran itu dan langsung menghabiskan air di dalam botol itu hingga tandas. Lia menjauh dan duduk ditepi kolam dengan kaki sampai lutut ditelan oleh air kolam berenang yang sangat jernih. Arland mengikutinya.
"Sejak kapan kamu disini? Kok gue ga tau ya?" Arland pun bertanya.
"Dari tadi kok, mungkin udah satu jam-an lah! Kamu sih fokus amat nonjok samsak, jadi ga tau kalau aku dateng" Lia mencurutkan bibirnya. Arland menghembus nafas lelah. Lia memandangnya aneh.
"Kamu kenapa sih? Mikirin masalah Herland?." Arland menggeleng, bukan masalah sang adik yang dipikirkannya.
"Trus apa dong? Cerita sama aku" desak Lia yang kepo. Apa perlu dia berbagi ke Lia?
"Gua lagi mikirin Deisya, udah seminggu semenjak pulang pelatihan dia ga sekolah. Kabarnya sakit disekolah, tapi gue tau dia ga dirumahnya. Gue kawatir Mi, gue juga nyesel pernah berkata kasar sama dia. Gue, gue mau ketemu dia sekarang" keluh Arland. Warna wajah Lia langsung berubah. Dia sangat tidak menyukai Arland memikirkan Deisya. Sungguh tidak suka. Arland menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan sehingga Lia lebih bebas berekspresi ketidak sukaanya itu.
"Itu artinya dia ga membutuhkan kamu lagi dan mungkin ga sayang lagi sama kamu" Arland mendongak, menatap bingung Lia.
"Maksud kamu?"
"Yah, coba pikir deh. Orang kalau lagi sakit pasti membutuhkan orang yang disayanginya agar selalu mendampingi. Dia butuh perhatian lebih dari orang yang disayangi. Termasuk pacar, kalau Deisya emang bener dia sakit tapi ga ngehubungi kamu berarti ya seperti yang aku sebut tadi. Dia ga membutuhkan kamu dan ga sayang sama kamu" penjelasan Lia sukses mempengaruhi Arland. Lia tersenyum senang melihat Arland yang termenung memikirkan perkataannya tadi. Arland sungguh mudah untuk dipengaruhi oleh kata-kata. Bahkan dulu juga membuatnya sangat terpengaruh dan membuat awalan retak hubungannya dengan Deisya. Lia jadi teringat waktu itu.
Flashback on
Lia memasuki sebuah rumah mewah dengan banyak lampu disetiap sudutnya. Oke, memang Lia termasuk keluarga kaya, tetapi rumah keluarga Gionardo tidak hentinya membuat ia berdecak kagum. Mbok Idah menyambutnya dengan hangat, berbincang sedikit dengan mbok, dia pun melanjutkan tujuan utamanya datang kesini. Tentu saja untuk merebut Arland dari Deisya. Dengan percaya diri, dia mendekati kamar Arland.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARLASYA (Completed)✔
Teen FictionProses Revisi Deisya, cewek biasa yang memiliki hubungan dengan salah satu cowok populer di sekolahnya. Hubungan yang sudah memasuki tahun ketiga. Arlando, seorang kapten basket menyatakan perasaannya saat pertengahan kelas IX. Hubungan Deisya dan A...