13. EMOSI

1.6K 97 14
                                    

Deisya pov

"Apa-apaan lo tadi? Kalau ga gue rem, celaka lo. Siapa juga yang disalahin? Gue!" bentak Bang Zico sambil memukul stir dihadapannya. Dia menghentikan mobil tak jauh dari sekolah hanya untuk memarahiku.

"Lo yang apa-apan bang. Kalau lo ga serius sama Nayla, mending lo jauhin dia. Gue ga mau dia juga jadi korban php lo" sentakku dengan marah. Aku tidak ingin melihat Nayla tersakiti hanya karena abang bodohku ini.

"Kenapa lo ngelarang gue? Karena dia itu temen lo? Kalau dia temen lo pasti dia tau gue itu kayak apa" suara bang Zico terdengar seperti mencemo'oh Nayla. Aku menggeram kesal mendengar jawabannya yang seolah-olah cewek itu hanya mainan yang bisa dibuang kapan pun dia mau.

"Gue ga nyangka lo kayak gini bang. Lo ga mikir gimana perasaan mereka yang udah lo permainin, udah berapa hati yang lo permainin hah?" aku menatap tepat kearah mata Bang Zico. Matanya terkesan dingin dan kosong.

"Lo ga tau aja, cewek-cewek yang deketin gue itu semua ga tulus suka sama gue. Mereka hanya menyukai tampang gue yang menurut mereka tampan, apalagi gue ketua osis. Mereka deketin gue cuma numpang tenar, buat apa gue tulus kalau mereka kayak gitu?" aku terdiam mendengar jawabannya. Benar, cewek-cewek disekolah hanya menyukai tampang bang Zico yang menurutku juga tampan. Dia siswa terpopuler di sekolah, ditambah dengan jabatannya sebagai ketua osis dan prestasi-prestasi yang sering dicapainya.

"Tapi ga semua cewek kayak gitu bang, pasti ada yang tulus suka sama lo bukan hanya dari tampang lo doang"

"Hah? Tulus? Jadi temen lo itu tulus suka sama gue? Ga percaya gue, kenapa dia suka sama gue kalau ga liat tampang gue? Dia ga tau apa-apa tentang gue" remeh bang Zico. Aku menunduk tak bisa melawannya. Dia pun kembali menjalankan mobil memasuki jalan raya yang padat akan kendaraan. Aku menghela nafas dan mengangkat kepalaku melihat keluar jendela.

"Antar gue ke toko buku deket persimpangan itu"

"Hmm"

Setelah jawaban itu tak seorang pun dari kami mengeluarkan suara. Aku memilih memandang jalanan daripada kembali berdebat dengan Bang Zico. Bang Zico menepikan mobil kearah sebuah toko buku. Aku melepas selt belt dan membuka pintu mobil. Sebelum benar benar turun aku kembali melihat kearah bang Zico.

"Coba lo tanya sama Nayla, apa yang dia suka dari lo. Gue pergi dulu, pulangnnya gue naik taksi aja" akhirnya aku pun keluar dari mobil itu. Kaki ku bergerak memasuki toko itu, aku menaiki tangga untuk kelantai 2. Aku melirik kiri kanan, mencari keberadaan Reynan dan Jessica. Ternyata Reynan berada tak jauh dari tempatku berdiri, dia sepertinya memilah buku yang tepat, segeraku mendekat kearahnya.

"Woi Nan, Jessica mana?" dia mengangkat kepalanya melihatku.

"Udah nyampe lo Sya, Jessica ada kok tapi di rak buku lain" aku mengangguk dan ikut melihat buku-buku dirak.

"Eh, menurut lo buku mana yang bagus?" Reynan menyodorkan dua buku yang sangat tebal. Aku agak ngeri melihat buku itu.

"Ga tau gue, kita kan bisa nilainya dari sampul doang. Ntar sampulnya bagus tapi isinya ga lengkap lagi"

"Iya sih, kalo gitu kita ambil keduanya aja. Yang biru lo yang beli, kalo yang hijau biar gue aja" aku mengangguk dan mengambil buku yang diberikan Reynan.

Cekrek! Cekrek!

Alam bawah sadarku mengatakan bahwa sekarang aku diawasi, aku melihat kesekitar tapi tak ada yang mencurigakan. Aku berjalan pelan melewati rak-rak buku, mencari apakah ada seseorang yang mencurigakan. Tetapi hanya pengunjung biasa yang kutemukan, tak ada yang berperilaku aneh.

"Lo kenapa Sya?"

"Hah? Ga kenapa-kenapa kok" jawabku dengan senyum kaku. Aku yakin tadi ada yang mengawasiku, atau hanya firasatku doang? Aku menggidikkan bahu acuh.

ARLASYA (Completed)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang