31. SAKIT

1.6K 73 3
                                    

"Gimana keadaannya?" Nayla menoleh saat Keyla bertanya setelah membuka pintu kamar yang didominasi oleh putih, Nayla menggeleng dan sekali lagi mengecek suhu badan Deisya yang sudah terbaring di atas kasur miliknya.

"Panasnya ga turun Key, tidurnya juga ga nyeyak deh kayaknya" suara Nayla terdengar khawatir, Keyla mendekat dan duduk disamping Nayla. Mereka berdua terdiam melihat Deisya, teringat lagi kejadian 2 jam yang lalu.

Disaat Deisya menekan bell apartemen Nayla dengan mata yang sudah basah oleh air mata. Cemas melihat keadaan sahabatnya yang sangat kacau, Nayla segera memeluk Deisya dan menuntunnya masuk ke apartemen. Mengalirlah cerita itu disertai air mata yang selalu saja berjatuhan, tidak mau berhenti. Deisya terus menangis, karena tidak tau apa yang harus dilakukan, Nayla menelfon Keyla dan menyuruh gadis tomboi itu untuk segera kemari. Dan keadaannya menjadi seperti ini, setelah satu setengah jam menangis Deisya merasakan pusing yang teramat sakit, badannya dibanjiri keringat padahal suhu AC apartemen lumayan rendah, dan badan Deisya juga menggigil serta suhu badannya tinggi. Mengetahui apa yang terjadi, Nayla segera menyuruh Deisya berbaring diranjangnya setelah dipaksa untuk meminum obat pereda sakit kepala. Baru 15 menit Deisya terbaring, selimut melilit tubuh mungilnya, dan bibirnya bergetar tanda kedinginan. Nayla pun sudah menyetel AC dengan suhu sedikit diatas normal.

"Pasti ini karena kejadian hujan-hujanan kemarin deh" keluh Nayla pelan.

"Emang kemarin dia main air hujan?" kening Keyla berkerut, anggukan pelan diberikan Nayla seraya beranjak keluar dari kamar tanpa menutup pintu kembali.

"Lo telfon Bunda dong, gue ga punya nomor Bunda soalnya" seru Nayla, tangannya mulai mengaduk bubur yang tadi ditinggalnya sebentar.

"Gue juga ga punya, periksa aja hp Deisya, ga mungkin seorang anak ga punya nomor hp emaknya kan?" balas Keyla santai sambil memakan pisang di meja bar.

"Kalo dia bawa hp kesini sih ga masalah, lah Deisya kan ga bawa hp kesini. Mana gue ga mau ganggu dia lagi tidur lagi buat nanya nomor Bunda" tangan Nayla mulai memindahkan bubur kadalam mangkuk dengan hati-hati.

"Lo telfon aja Bang Zico, dah selesai perkara" perkataan Keyla membuat Nayla terdiam sejenak, dia menghela nafas dan meletakkan mangkuk diatas baki hitam serta air segelas.

"Gue udah ga berhubungan lagi sama Bang Zico" ucap Nayla pelan. Tatapannya jauh memandang ke depan.

"Kan udah dibilangin jangan mau jadi pacar Bang Zico, tuh cowok emang terkenal sebagai 'PHPMAN PROFESIONAL'. Lo aja yang bego mau aja diphpin, sama abang sahabat sendiri lagi" cela Keyla yang kembali mencomot pisang.

"Setidaknya gue pernah deket sama dia, itu pun sudah cukup buat gue. Walau pun dia ga ada perasaan sama gue, tapi... Huft gue tulus kok sayang sama dia. Itu udah cukup" setelah mengatakan hal yang menurut Keyla adalah bodoh, konyol dan sangat menggelikan, Nayla meninggalkan dapur dan menemui Deisya dikamar. Keyla masih menetap didapur dan benda persegi panjang dengan casing minion menarik perhatiannya.

"Terserah kek mau hubungan lo ama dia udah kandas karena rasa sayang yang sungguh sangat menggelikan itu. Yang penting beri kabar sama keluarganya Deisya" Keyla pun mulai mengotak atik ponsel Nayla, mengetik sebuah pesan kepada Zico dan mengirimnya. Tidak ingin melihat balasannya, Keyla mematikan ponsel itu dan meletakkanya kembali.

~~~

"Lan? Kamu kok mandang hp mulu? Lagi nuggu chat dari siapa sih?" Arland sedikit tersentak setelah mendengar teguran dari Lia. Dia memasukkan ponsel ke dalam kantong celana dan meneganggak badan yang sebelumnya bersandar pada tepian pembatas.

"Ga! Ga ada apa-apa kok. Lo laper kan? Mau makan dimana?" Arland bertanya, mencoba mengalihkan topik. Lia merasa aneh dengan sifat Arland saat ini, tak henti-henyinya dia mengecek ponselnya, setiap menit, setiap waktu. Mungkin sudah lumrah bagi kita melihat orang memainkan ponsel, tapi tindakan Arland malahan kelihatan aneh.

ARLASYA (Completed)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang