30. KEJUTAN

1.4K 75 2
                                    

Author PoV

Langit mulai mendung, angin menerbangkan helaian daun pohon yang sudah mulai menguning, tuan petir mencoba menarik guruh dengan kilatan cahaya indahnya yang sangat mematikan. Taman kampus lumayan sepi, semua orang mengetahui kedatangan hujan lebih memilih mencari tempat berlindung daripada ditimpa oleh tangisan langit. Hal tersebut tidak berlaku bagi Deisya, gadis itu masih setia duduk disalah satu bangku taman kampus -tempat pelatihan- sambil mendongak menikmati pertunjukan petir dan guruh. Dingin menyerang tubuhnya, dia mencoba menghalau itu dengan memeluk diri sendiri. Kembali, pertunjukkan di langit sangat menarik perhatiannya. Hatinya menenang melihat alam bekerja dengan sendirinya, tetesan air hujan membasahi pipinya. Berawal dari satu tetesan, satu tetesan lagi dan tetesan lainnya juga ikut turun. Tanah yang tadinya kering, sekarang sudah basah karena timpaan hujan, bunga-bunga dan pohon-pohon yang jarang disiram kembali mendapat asupan air. Semua patutnya bersyukur diturunkannya hujan, banyak rahmat yang jatuh disetiap tetes air hujan. Tapi sebagian orang membenci hujan, katanya kenangan akan kembali teringat seiring turunnya tetesan air hujan. Jujur, Deisya tidak merasakan hal itu saat melihat hujan. Malahan dia menikmati butiran-butiran air yang mengenai tubuhnya. Itu seperti irama melodi yang indah.

Deisya memejamkan matanya menikmati tubuhnya yang mulai basah tanpa mempedulikan sekitar. Deisya tidak sadar, berjarak 200 meter darinya, Reynand mengamati sosok Deisya dengan tatapan yang amat sulit dimengerti. Reynand rasa sudah cukup Deisya menyiksa diri dibawah timpaan hujan, diambilnya langkah maju setelah berdiam diri tanpa mau mendekati Deisya. "30 menit lagi bus kita akan datang, sebaiknya lo segera ganti baju dengan yang kering. Lo nggak mau sakit karena main hujankan?"

Deisya mendongak, Reynand tersenyum lembut kearahnya. Tangan kiri cowok itu memegang sebuah payung putih yang telah memblokkir bulir hujan agar tidak membasahinya lagi.

"Lo masuk duluan aja, gue mau tinggal bentar" ucap Deisya. Nada suaranya terdengar lelah.

"Lo tinggal gue juga tinggal" balas Reynand enteng dan duduk tepat disebelah kiri Deisya, tangannya masih tetap menggenggam payung untuk melindungi tubuh mereka berdua.

"Nggak! Nan, bukan itu maksud gue. Gu.. Gue mau waktu sendiri sekarang, please tinggalin gue sendiri disini" suara Deisya sangat pelan, Reynand hampir tak bisa mendengar suara Deisya tapi dengan cepat dia sedikit mendekatkan telinganya kearah Deisya yang sedang menunduk.

"Sudah dua jam lo sendirian disini tanpa melakukan apa pun. Apa itu belum cukup buat lo? Kemaren juga lo menyendiri disinikan? Dua hari yang lewat juga kan? Bahkan 3 hari yang lalu juga begitu, lo kenapa sih Sya?" Reynand pun mulai bertanya-tanya. Deisya menunduk sambil memainkan jari, dia tidak ingin membagi keluh kesahnya saat ini. Ini hanyalah masalah percintaan, tidak perlu orang lain tahu masalah ini.

"Kalo lo emang ga mau cerita, ga papa kok. Gue ngerti, tapi gue mohon Sya, lo ganti baju sekarang. Entar lo sakit, juga emang lo mau kena marah sama Bu Beti karena belum juga siap-siap untuk pulang?" bujuk Reynand yang sudah tidak tahan melihat Deisya seperti ini, disaat-saat seperti ini cewek itu masih sempat keras kepala.

"Hmm, oke deh. Gue ganti" Deisya pun beranjak disusul Reynand yang mencoba melindunginya dari bulir hujan.

"Lo ga usah payungin gue, toh gue juga udah basah kok. Mending elo deh, tuh baju masih kering juga, jangan buat basah kayak baju gue dong" Deisya mencoba menolak dengan halus, tapi ternyata Reynand lumayan batu juga. Cowok itu tetap memayungi Deisya - yang sudah pasrah- sampai masuk lorong asrama.

"Pake baju yang agak tebel" ingat Reynand sebelum Deisya memasuki asrama cewek.

Deisya menganggu, "Makasih ya Nan! Gue duluan ya" cewek itu berbalik dan menghilang dibelokan lorong.

ARLASYA (Completed)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang