------
Bodohnya, lebih pilih menyelamatkan cewek lain ketimbang cewek lo sendiri
------
"Woy! Bagi gue main juga donk! Masa gue harus lakuin teknik dasar lagi sih? Gabungin gue di tim kalian" Keyla berseru marah ke para lelaki kelasnya yang sedang asik memainkan bola basket di lapangan sebelah lapangan yang sedang dimainkan anak cewek. Para cewek hanya berlatih teknik dasar jump shoot dan hal itulah yang membuat Keyla muak, yang ia inginkan hanyalah bermain permainan basket. Deisya dan Nayla yang melihat muka kusut Keyla tertawa, mereka tau kalau Keyla tidak perlu berlatih teknik dasar itu, karena cewek tomboi itu sudah menguasainya. Cewek berambut pendek itu masih membujuk mereka bahkan membentak, ia sangat keras kepala. Dan akhirnya dia bisa bermain menggantikan Arsen yang sudah kelelahan.
"Tuh, gantiin gue. Geli gue liat wajah lo yang sok imut gitu, ga cocok sumpah. Mending gua ngalah deh, biar lo bisa main dan ga liatin muka jelek lo lagi" seru Arsen dan keluar dari area lapangan, cowok itu berjalan ke kantin meninggalkan Keyla yang sudah bersorak kesenangan.
"Tuh anak kapan bisa jadi cewek tulen sih? Udah banyak cara gue lakuin biar dia jadi agak feminim tapi tetap aja dia seperti itu" keluh Nayla dan memandang lelah Keyla yang sudah berlarian bersama anak cowok lainnya.
"Usaha lo ga sia-sia kok, buktinya si Keykey udah mau sisir rambut ke sekolah, mandi ke sekolah, pake bedak juga, duduk ga kayak cowok lagi, dan benda-bendanya udah banyak yang warna cerah, walau pun ga ada pink. Kan lo tau dia itu anti sama yang pink-pink an gitu" sahut Deisya yang juga memperhatikan Keyla.
"Bener juga yang lo bilang, dia udah lumayan ketimbang pas SMP dulu" setuju Nayla sambil menganggukan kepala.
"Eh, itu Arland kan yang di kantin? Kenapa tuh wajahnya, kusut amat" Deisya yang akan berbalik seketika berhenti. Melihat sosok Arland kembali terputar kejadian kemarin olehnya, dia menggeleng kepala, tak ingin mengingatnya kembali.
"Hmm" kembali Deisya berbalik, begitu pun Nayla. Nayla sedikit heran melihat respon Deisya tetapi dia tidak ingin bertanya lagi.
"AWAS!"
Duk! Bruk! Bruk!
"Astagfirullah, Sya! Lo ga papa kan?" Nayla bertanya cemas ketika sebuah bola melayang dan tepat menghantam belakang kepala Deisya dengan kencang, sehingga membuat gadis itu terduduk di lapangan. Deisya memegang kepalanya yang lumayan sakit, pandangannya berputar-putar membuatnya tambah pusing. Memejamkan mata sejenak, mencoba menghilangkan pusing yang melanda. Keyla tak kalah terkejut, dia langsung berlari melihat keadaan Deisya. Reynand juga terkejut, laki-laki itu juga ikutan main dan juga berlari ke arah Deisya yang sudah terduduk. Risky sang pelaku hanya terdiam, dia sungguh tak sengaja dan tidak mengira bola akan mengenai Deisya, ia pun ikut bergabung menghampiri Deisya.
"Sya! Lo ga papa kan?" suara Reynand terdengar oleh telinga Deisya. Dia membuka mata, mulutnya telah terbuka untuk mengatakan bahwa dia baik-baik saja. Tetapi gerombolan di depannya menghentikan itu. Disana, Arland memangku Lia dalam dekapannya, Lia tak sadarkan diri. Wajah cewek itu sangat pucat, pipinya di tampar pelan oleh Arland mencoba menyadarkan gadis itu, tapi sia-sia, tidak ada respon darinya hanya ringisan kecil yang keluar karena menahan sakit sambil memegang dadanya. Tampak jelas kekhawatiran di wajah kekasihnya. Arland pun segera mengangkat Lia dan berjalan cepat meninggal lapangan. Apakah Deisya orang yang jahat? Kenapa dia merasa marah ketika melihat kekhawatiran Arland? Padahal jelas Lia lah yang paling butuh pertolongan, dan Arland lah yang menolongnya, bukankah itu perilaku yang sangat baik? Dia merasa jahat, pikirannya menuduh Lia hanya akting pingsan untuk memancing Arland, padahal jelas dari wajah cewek itu kalau dia kesakitan. Dan lancang sekali pemikirannya, dia tidak ingin Arland yang menolong Lia, padahal hanya kekasihnya lah yang mengetahui kondisi dari cewek itu. Deisya merasa kali ini dia sangatlah jahat. Air mata coba ditahannya, denyutan di kepalanya di hiraukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARLASYA (Completed)✔
Teen FictionProses Revisi Deisya, cewek biasa yang memiliki hubungan dengan salah satu cowok populer di sekolahnya. Hubungan yang sudah memasuki tahun ketiga. Arlando, seorang kapten basket menyatakan perasaannya saat pertengahan kelas IX. Hubungan Deisya dan A...