11. 4 ANAK KECIL

1.8K 96 16
                                    

AUTHOR POV

Ceklek!

Arlando membuka pintu rumahnya, rumah yang sudah ditinggalinya dari kecil. Rumahnya sangat sunyi, tak ada seorang pun yang menyambut kedatangannya. Dia berjalan melewati ruang tamu untuk ketangga yang menghubungkan lantai bawah dengan lantai atas. Tapi dia berhenti ketika melihat ruang keluarga yang biasanya gelap, sekarang lampunya kembali menyala. Kakinya melangkah keruangan itu. Seorang pria yang berusia sekitar 45-an sedang duduk santai diatas sofa ruangan itu sambil menyeruput kopi hitam yang masih panas. Arlando tiba-tiba menjadi canggung melihat sosok yang sangat dirindukannya kembali kerumah. Mata hitam legam yang tajam itu melihat Arlando yang juga memerhatikannya. Dua pasang mata yang sama itu bertemu, Arlando bergerak dan duduk disofa tepat didepan pria itu.

"Baru pulang kamu? Dari mana saja?" suara dingin pria itu memulai percakapan. Dia meletakkan cangkir kopinya diatas meja yang menjadi penghalang antara pria itu dengan Arlando.

"Aku dari rumah Deisya. Papa kapan nyampenya? Kok ga bilang-bilang kalo mau pulang? " tatapan rindu sangat kentara dimata Arlando. Dia benar-benar sangat merindukan ayahnya.

"Papa baru saja sampai, lagi pula papa disini cuma sebentar. Ada beberapa berkas yang ketinggalan, papa berangkat tengah malam nanti. Kamu baik-baik lah disini, juga dimana adik kamu?" tanya pria itu dengan wajah datar, Arlando tak tahu apakah ayahnya juga merindukannya atau tidak.

"Aku ga tau"

"Jaga adikmu dengan baik, jangan biarkan dia buat masalah lagi" titah pria itu. Arlando menggerakkan bola matanya kearah sebuah jendela besar yang tepat berada disamping kanannya.

"Ya tentu saja" jawabnya pelan yang masih terdengar oleh pria itu. Pria itu mengangguk dan berajak dari sofa sambil kerapikan toxedo yang melekat ditubuhnya.

"Kalau gitu Papa mau siap-siap dulu, sebentar lagi Papa akan ke bandara" pria itu keluar dari ruang keluarga meninggalakan Arlando yang masih setia duduk disofa. Dia menghela nafas, bisakah ayahnya bersikap seperti dulu lagi. Yang hangat dan penyayang.

Arlando menjatuhkan dirinya diatas kasur yang dilapisi spei hitam. Lengannya menutupi mata. Dadanya terasa sesak tanpa sebab, kepalanya juga berdenyut. Dia menegakkan tubuhnya sehingga sekarang dia terduduk dengan telapak tangan menutupi seluruh wajahnya. Ponsel yang berada diatas narkas bergetar. Dia menjangkau ponsel hitam itu dan membuka pesan dari nomor yang tak dikenal.

From: Unknow

Jangan lupa besok!

Kepalanya tambah berdenyut setelah melihat pesan itu. Dia memijat pangkal hidungnya agar denyutan dikepalanya sedikit berkurang. Ibu jarinya menscroll layar ponselnya dan menemukan nomor orang yang sangat berharga baginya. Dia menimang-nimang ponselnya sebentar, ditelfon atau tidak. Setelah itu dia mendial nomor itu, tak lama terdengar suara cewek dari seberang.

"Halo, Assalamu'alaikum. Kamu udah nyampe?" Senyum Lando kembali terbit mendengar suara Deisya. Semua masalah hilang ketika mendengar suara gadis itu. Suaranya saat ini adalah pengobat alternatif untuknya. Malam ini dihabiskannya untuk mendengar celotehan sang kekasih. Setidakknya dia merasa lebih baik sekarang.

~~~

Kringgg....

"Aduhh, kenapa ga bell istirahat yang bunyi? Perut gue udah konser nih" keluh Keyla dengan wajah masam. Lia terkekeh melihat teman sebangkunya itu, dia memasukkan tangannya kedalam tas dan mengeluarkan buku pelajaran selanjutnya.

"Baru juga jam 9, lo udah laper aja" ejek Nayla yang berbalik kearah mereka.

"Pencernaan gue itu lancar, jadi makanan dalam perut gue cepet tercerna. Ga sama kayak perut lo yang isinya cacing semua" balas Keyla.

ARLASYA (Completed)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang