16. MAAF-MAAFAN

1.4K 89 7
                                    

Ini benar-benar situsi yang sangat canggung. Aku kembali duduk disalah satu meja cafe ini. Tapi yang dihadapanku saat ini orang yang berbeda. Orang dari masa laluku. Dia Emi. Emi yang berjanji padaku tak akan pergi meninggalkan aku. Emi teman masa kecilku.

"Sudah berapa lama kamu di Indonesia?" tanyaku. Dia yang mulanya menunduk, perlahan mengangkat kepalanya melihatku takut. Apa yang ditakutkannya?

"5 bulan" cicitnya.

"Jadi benar, kamu teman barunya Deisya kan?"dia mengangguk, masih dengan kepala menunduk. Vannes dari tadi hanya diam duduk disampingku.

"Kenapa kamu balik lagi ke Indonesia?"

"Pengen aja" jawaban macam apa itu?

"Kenapa kamu waktu itu main pergi aja, ga ada pamit sedikit pun dari kami" aku pun mulai mempertanyakan masa lalu. Dia kelihatan sedikit gelisah.

"Karena Daddy pindah kerja mendadak, jadi aku ga sempat pamit pada kalian" jawabnya. Sial, tangannya terhalangi oleh meja, sehingga aku ga bisa lihat apa dia bohong atau tidak.

"Terus setelah di Australi kamu ga kontak kami sama sekali? Sahabat macam apa itu" Vannes menyikut lenganku dengan keras. Aku melotot kearahnya, dia menggidikkan dagunya ke Emi. Sepertinya aku sedikit kasar.

"Maaf, kebawa emosi tadi"

"Nggak, kamu benar kok. Sahabat macam apa aku ini, yang ga kontak sahabatnya setelah pergi tanpa pamit. Maafkan aku" sesalnya.

"Itu bukan salah lo kok Mi, jadi jangan nangis" bujuk Vannes.

"Siapa juga yang nangis" elaknya. Aku menarik nafas panjang.

"Lan, kamu maafin aku kan?" aku memandang matanya, jujur aku sangat merindukannya. Aku segera memutus kontak mata itu dan beranjak.

"Beri gue waktu" ucapku sebelum pergi meninggalakan cafe itu. Aku menghidupkan mesin motor dan menjalankannya dengan cepat. Kenangan-kenangan masa lalu kembali terulang dibenakku. Membuatku tak bisa berfikir jernih sekarang. Aku ingin mengistirahatkan tubuhku. Rasanya tulang-tulangku mulai tak bisa menyanggaku sekarang. Tujuanku sekarang hanya ingin pulang dan tidur.

~~~

DEISYA POV

Aku merasa tenang sekarang. Tempat ini sangat sejuk, membuat pikiran yang semula kacau menjadi tertata kembali. Angin berhembus dengan lembut, aku sekarang duduk di cap mobil Bunda. Aku meminjamnya tadi untuk pergi ketempat ini. Tempat dimana kami memulai hubungan kami. Tempat yang memperlihatkan indahnya kotaku yang aslinya ga indah kalau tinggal disana. Aku melirik jam tanganku, tak terasa aku sudah 3 jam disini tanpa melakukan apa pun. Aku turun dari cap mobil dan segera masuk untuk segera pulang. Mesin mobil hidup, aku menyetel lagu kesukaanku agar keadaan lebih menyenangkan. Langit sudah dipenuhi oleh awan-awan hitam, sepertinya akan hujan. Aku harus segera pulang cepat, soalnya aku takut menyetir sendiri kalau sedang hujan. Apalagi jalanan saat ini sangat sepi. Belum jauh mobilku melaju, tiba-tiba malah berhenti mendadak. Aku kembali menstart mobil, tapi ga bisa hidup juga. Melihat ampare minyak, masih banyak. Malahan sebelum kesini aku mengisinya dulu. Aku mulai ketakutan, aku mencari ponsel dikantong celanaku, dashboard dan dalam tas selempangku tapi tak kutemukan.

"Ya ampun Deisya, kan lo tinggalin tadi di kamar. Bego lo, bego!" geramku sambil memukul kepala pelan. Aku melihat keluar jendela, hujan telah turun setetes demi setetes. Dan akhirnya malah hujan lebat disertai petir dan angin kencang. Tak ada kendaraan yang melaju ditempat ini. Hanya ada aku sendirian, tak ada yang tau aku dimana. Bahkan aku ga bilang tadi mau kemana. Sekarang sudah jam 5 sore, bentar lagi akan memasuki malam. Aku tambah ketakutan. Aku mencoba lagi menghidupkan mobil, hasilnya tetap sama. Air mata pun sudah membasahi pipiku, tanganku bergetar memegang stir. Kepala kutangkupkan kestri dan volume lagu kunaikkan. Aku sangat takut saat ini.

ARLASYA (Completed)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang