34. Pulang

1.6K 69 4
                                    

"Kapan lo pulang Sya?" suara tanya Nayla terdengar dari speaker ponsel Deisya. Tangan Deisya bergerak naik turun menyisir rambut hitam panjangnya yang baru selesai dikeramas.

"Udah" jawabnya singkat. Deisya menebak Nayla pasti sekarang sedang menyerngit bingung. Dia tersenyum geli dan meletakkan sisir putihnya diatas meja rias.

"Udah? Maksudnya?"

"Gue udah pulang Nay! Hehehe" Deisya beranjak dan duduk dikursi balkon dengan ponsel berada ditelinga kanan.

"Eh, seriusan? Gue ke rumah lo otw, Keykey juga gue paksa ikut. Sedia-in cemilan dan minuman untuk kami, sampai dirumah lo semua telah tersedia. Bye!"

Tut~
Deisya memandang ponselnya aneh, beranggapan bahwa layar ponsel itu adalah wajah menjengkelkan Nayla. Kenapa dia harus menyediakan cemilan dan minuman untuknya? Padahal jika Deisya bertamu ke apartemennya tidak pernah dihidangkan cemilan atau makanan, minuman apalagi. Deisya geleng-geleng tidak percaya, dia memilih tidak peduli dan mengotak atik laptopnya. Sebuah drama korea terputar dilaptop putih itu, Deisya termasuk orang yang menyukai drama korea tetapi tidak dengan Idolnya. Dia hanya suka dengan jalan ceritanya yang menghanyutkan, tapi diluar itu dia tidak terlalu suka. Tiga puluh menit sudah berlalu, drama yang ditontonnya masih terputar. Dia masih santai, sampai suara nyaring Nayla mengganggu kesenangannya.

"Deisya! Ya ampun, gue kangen sama lo!" ungkap Nayla, dia berlari menuju Deisya dan memeluk sahabat kecilnya itu. Keyla menguap dan berbaring dikasur empuk Deisya, tidurnya terganggu karena suara 'merdu' Nayla yang mengalahkan suara kaleng jatuh.

"Nay! Sesak nih!" Deisya menepuk bahu Nayla pelan. Gadis berambut lurus sebahu itu melepaskannya.

"Lo sih! Pergi kelamaan! Eh, mana oleh-olehnya?" Deisya memutar jengah bola matanya yang besar.

"Jadi tujuan lo cuma buat oleh-oleh? Siap, siap siap! Lo dipecat jadi sahabat gue!" kesal Deisya dan melanjutkan video yang tadi dipause-nya.

"Canda elah! Gimana keadaan lo? Udah mendingan?" Nayla duduk dikursi depan Deisya.

"Ya udah lah! Kalo gue masih sakit gue ga bakal disini Nay! Lo tau kan Nenek gue tuh manjain gue banget, gue ga bakal dipulangin sebelum gue sembuh total" jawab Deisya.

"Eh bukannya kakek lo juga sakit ya?"

"Nah, itulah kehebatan nenek gue, beliau bisa rawat kakek plus jagain gue. Tapi Bunda juga ikutan kok" Nayla mangut-mangut tanda mengerti.

"Woy 'kunci'! Malah tidur dia, tuh anak perlu di ruqiyah biar normal dikit"

"Termasuk elo!" sahut Deisya. Cemberutan Nayla membuat tawa Deisya pecah.

"Elo juga kali Sya! Denger ya, kenapa sih lo masih tahan sama Arland? Udah jelas dia selingkuh dari lo Sya, putusin aja tuh cowok" perkataan Nayla membuat tawa Deisya terhenti. Dia menatap lama Nayla dan menghela nafas panjang.

"Gimana kabar dia seminggu ini?" pertanyaan itu akhirnya terucap. Selama seminggu dirumah neneknya, dia sangat merindukan sosok kekasihnya itu. Ponselnya ketinggalan dikamar selama dia dirumah neneknya, bahkan untuk menghubungi Nayla dia meminjam ponsel Bundanya.

"Ngapain sih lo nanyain kabar dia? Dia-nya aja ga nanyain kabar lo Sya, gue jadi ga dukung lo sama dia lagi. Kecewa gue!" cerca Nayla, dia bersedekap dan membuang muka.

"Emangnya apa yang dilakukannya selama seminggu ini?"

"Nih ya, gue ceritain. Cowok lo setiap pergi sekolah pasti sama Lia, istirahat juga sama tuh cewek, pulangnya pasti sama lagi. Hampir setiap waktu mereka berduaan. Gue jadi mumet sendiri liatnya!" jelas sudah kekesalan diwajah ayu Nayla. Mendengar penjelasan Nayla membuat Deisya sedih. Dia masih tidak siap melihat kedekatan Arland dengan mantan sahabatnya, atau masih sahabat. Dihati Deisya, Lia masihlah sahabatnya, dia tulus menganggap Lia sebagai sahabatnya.

ARLASYA (Completed)✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang