Author pov
"Hay Lan! Aku boleh duduk di sini ga?" belum sempat Arlando menjawab pertanyaan itu, Lia sudah duduk manis tepat di sampingnya. Padahal kantin ini masih banyak tempat yang kosong.
"Kalo pun gue bilang nggak, lo bakal tetep duduk disini kan?" jawab Arlando datar. Lia yang mendengar itu hanya cengengesan dan menyuap nasi goreng yang sudah di pesannya.
"Eh Bulcan kok bisa kenal sama Arland?" tanya Arsen dengan sangat bingung, begitu pun dengan Risky. Sedangkan Vannes masih tetap menyuap batagor tanpa terganggu sedikit pun.
"Bulcan?" bingung Arland. Dia kadang-kadang bingung dengan sahabatnya yang satu ini, julukan yang diberikan oleh Arsen pasti aneh-aneh.
"Bule Cantik!" jawab Arsen dan Risky serentak. Arlando mengangguk dengan bibir yang membentuk huruf O.
"Aku kan teman masa kecilnya Arland, Vannes juga kok. Ya kan Van?" jawab Lia.
"Hmm" hanya gumaman jawaban Vannes.
"Lah kok lo ga bilang sih kalo punya temen masa kecil secantik ini, kalo tau udah gue embat dari dulu" celetuk Risky heboh.
"Wajah kayak pantat wajan gitu mana ada yang mau" ejek Arsen.
"Eh lu ga sadar wajah lo kayak apa hah? Kayak tai kuda!" balas Risky.
"Ya kan lo buta, makanya wajah setampan ini lo bilang kayak tai kuda" pd Arsen membuat semua orang yang semeja dengannya bergidik ngeri.
Sebenarnya Arlando dan teman-temannya merupakan kelompok cowok ganteng sekolah ini. Arlando, Elzan dan Vannes merupakan cowok terganteng atau sering disebut cewek-cewek sebagai most wanted boy sekolah ini, begitu pun dengan Arsen dan Risky. Mereka juga termasuk most wanted, tapi sayang kelakuan mereka yang absurd membuat mereka jarang dilirik cewek-cewek.
"Ngomong lagi lo berdua gue siram sama air bakso ini" ancam Arlando yang sudah muak mendengar celotehan duo alien.
"Hehe, santai bro. Kami hanya menghangatkan suasana kan Ki!?" Arsen menyikut Risky meminta persetujuan.
"Haha iya" jawab Risky. Mereka akhirnya kembali diam dan melanjutkan memakan makanan yang dari tadi nganggur di depan mereka.
"Lia! Gue cari dari tadi ternyata lo malah disini. Tumben lo duduk bareng para somplak ini" Keyla mendekati mereka dengan tangan megang cup minuman, telinganya di sumpal dengan haedset.
"Weh, tuh mulut bisa lebih manis lagi ga neng?" sindir Arsen yang merasa tidak terima dengan sebutan somplak. Keyla mengabaikan protesan Arsen dan menatap Lia penuh akan tuntutan agar pertanyaannya harus segera dijawab.
"Gue mau bareng mereka dulu ga papa kan Key?" tanya Lia yang merasa tidak enak meninggalkan Keyla sendirian.
"Ga papa kok, lo bebas mau makan sama siapa pun. Toh gue juga ga bakal rugi kok kalo ga makan bareng lo" ucap Keyla dingin dan langsung pergi dari hadapan mereka. Lia menunduk sedih, pasalnya Keyla sama sekali tak bisa bersikap hangat saat bersamanya. Cewek itu masih belum bisa menerimanya sebagai seorang teman sepenuhnya.
"Tuh cewek kok bisa sedingin itu ya? Padahal kalo sama Deisya dan Nayla biasa-biasa aja tuh" ujar Vannes yang piring batagornya sudah bersih, begitu pun dengan botol air mineralnya yang dilemparkannya ke tempat sampah terdekat.
"Dia emang gitu kalo sama orang yang ga deket sama dia" Lia menjawab kebingungan Vannes. Cowok itu manggut-manggut mengerti dan memainkan ponselnya. Lia menyendok kembali nasi gorengnya, saat akan memasukkan sendok itu sebuah suara menghentikannya.
"Lo ga papa digituin?" mata Lia berpindah ke arah Arlando yang ternyata sudah menyelesaikan makannya juga.
"A.. Apa?" tanya Lia dengan ragu. Dia harus memastikan kalau suara yang bertanya tadi adalah suara cowok yang sedang ditatapnya saat ini. Arlando mendesah pelan dan membalas tatapan Lia.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARLASYA (Completed)✔
Teen FictionProses Revisi Deisya, cewek biasa yang memiliki hubungan dengan salah satu cowok populer di sekolahnya. Hubungan yang sudah memasuki tahun ketiga. Arlando, seorang kapten basket menyatakan perasaannya saat pertengahan kelas IX. Hubungan Deisya dan A...