------
Kanjeng ratu beneran putus sama pangeran kodok?
------
"Hay! Kamu dari mana Land?" pertanyaan Lia yang menyambut Arlando saat memasuki ruang rawat gadis itu. Wajah gadis itu menjadi tirus, rambutnya mulai menipis, bibir pucat. Infus terpasang di kedua tangannya, senyum lelah terpasang diwajah tirus itu. Arland membalas dengan senyum lembut, segera ia duduk dikursi samping brankar.
"Aku tadi cari angin bentar di taman rumah sakit. Gimana keadaan kamu? Masih pusing?" tanya Arland dengan senyuman teduh.
"Ga separah tadi sih. Makasih ya udah mau jagain aku. Malahan kamu rela ga sekolah karena aku. Land, besok kamu sekolah ya, aku mohon" Lia menggenggam tangan Arland dan menatap cowok itu memelas. Ekspresinya sangat lucu menurut Arland. Cowok itu terkekeh dan mengacak pelan rambut Lia.
"Ga papa kok, aku ikhlas jagain kamu. Kalau kamu nyuruh aku sekolah, oke aja sih. Tapi kamu siapa yang jagain?" cemas Arlando. Sudah seminggu dia mengganti panggilan yang biasanya gue-lo bersama Lia, berubah menjadi aku-kamu.
"Kan orang tua aku ada Land"
"Mereka bisanya cuma malam, mereka masih sibuk kerja Mi" tangan Arland berpindah mengusap kepala Lia dengan lembut. Dia sangat cemas jika harus meninggalkan Lia seorang diri disaat gadis itu sedang sakit.
"Seminggu lagi ujian Land, masa kamu ga masuk. Trus apa yang bakal kamu isi pas ujian besok?"
"Kan Vannes ada, kamu kupa kalo dia pinter?" Arland menaik-naik alisnya jahil.
"Kamu juga pinter kali" ujar Lia. Cewek itu terkekeh setelah membalas perkataan Arland.
"Peringkat dua terakhir kamu sebut pinter?" elak Arland.
"Kamunya aja yang males belajar, otak pinter tapi ga di pake. Tukar aja deh sama otak aku" ledek Lia. Senyumnya mulai mengembang, senyuman tanpa beban. Arland menarik hidung mancung Lia dengan gemas.
"Ngawur aja kamu, udah mending kamu istirahat lagi"
"Baru juga aku bangun masa di suruh tidur lagi" cemberut Lia.
"Kalau gitu makan ya" ajak Arland dan mengambil makanan yang masih dibungkus plastik. Kepala Lia menggeleng, selera makannya tidak ada. Semua makanan rasanya sangat tidak enak di lidahnya. Arland menghela nafas. Sesendok makanan sudah menuju mulut Lia, gadis itu tidak mau membuka mulut.
"Ayo, makan. Dikit aja kok, entar sakit kamu makin parah loh!" bujuk Arland. Lia menatapnya sebentar dan membuka mulut perlahan.
"Nah, kamu tambah cantik kalo nurut kayak gini" hiburnya. Pipi Lia memerah, perkataan tadi sangat membuatnya senang. Orang yang mengatakan itu pun juga sadar, kalau cewek di depannya senang mendengar penuturannya. Jujur, Arland juga senang melihat Lia bersemu karena perkataannya.
Selama menyuapi Lia, cowok itu berpikir. Apakah benar cinta pertama itu susah untuk di lupakan? Dia tidak mengetahui isi hatinya saat ini. Di satu sisi dia sangat menyayangi Deisya dan disisi yang lain ia sangat nyaman bersama Lia. Tapi apa yang diharapkannya dari Deisya? Bukannya cewek itu sudah mengakhiri hubungan mereka? Dia sangat tidak mengerti keadaan Arland saat ini. Apa susahnya untuk mengerti posisi yang saat ini dia alami. Tapi dengan mudah cewek itu menggerakkan gunting untuk memotong jalinan kasih yang mereka rajut selama hampir tiga tahun ini. Sepertinya dia mulai menerima Deisya memutuskan hubungan mereka.
Dia kembali menyuapi Lia. Matanya pun mengamati wajah pucat itu. Ekspresi terpaksa dan jijik menjadi satu di wajah gadis itu. Arland terkekeh. Wajah itu, wajah yang selalu menghiburnya dikala kepergian orang yang di sayanginya. Wajah yang selalu muncul tepat sebelumnya pergi sekolah. Wajah yang menangis ketika bonekanya direbut. Kenapa dia tidak sadar. Lia lah orang yang sangat mengerti keadaan dirinya. Dialah yang mau menerimanya di semua keadaan. Ya, dialah orangnya. Tanpa sadar Arland sudah membuka hatinya untuk Lia. Dia ingin memperjuangkan cinta pertama yang dulu dipikirnya tidak akan pernah terwujud.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARLASYA (Completed)✔
Teen FictionProses Revisi Deisya, cewek biasa yang memiliki hubungan dengan salah satu cowok populer di sekolahnya. Hubungan yang sudah memasuki tahun ketiga. Arlando, seorang kapten basket menyatakan perasaannya saat pertengahan kelas IX. Hubungan Deisya dan A...